5 Hal yang Wajib Dilakukan Man United Jika Ingin Kembali ke Puncak

"Mana yang menjadi prioritas?"

Analisis | 22 November 2021, 13:48
5 Hal yang Wajib Dilakukan Man United Jika Ingin Kembali ke Puncak

Libero.id - Di bawah asuhan Ole Gunner Solskjaer selama hampir tiga tahun, Manchester United sudah melakukan pertandingan sebanyak 168 kali, dengan rincian 91 kali menang, 37 imbang, dan 40 kali kekalahan.

Jika berdasarkan statistik di atas, Solskjaer sebenarnya memiliki persentase kemenangan cukup bagus, yakni 54,17% dibandingkan dengan dua pelatih sebelumnya seperti David Moyes (52,94%) dan Louis van Gaal (52,94%).

Namun, kekalahan 1-4 yang dialami Setan Merah dari Watford pada Sabtu (20/11/2021), membuat Solskjaer kini resmi dipecat sehari pasca kekalahan tersebut.

Awalnya, kehadiran pelatih asal Norwegia itu di Old Trafford telah menjadi salah satu harapan baru para penggemar. Namun, hampir tiga tahun dia gagal memberikan satu pun piala kesuksesan.

Sementara di lain sisi, pemecatan itu membuat panas Dewan Direksi Man United, karena tak kunjung menemukan pelatih yang tepat. Keluarga Glazer, yang memiliki klub, dan Wakil Ketua Eksekutif, Ed Woodward, telah lama dituduh memprioritaskan kemakmuran komersial daripada penampilan di lapangan.

Kita dapat mengerti bahwa Solskjaer hanyalah riak masalah dari masalah besar di Man United.
Memecat seorang pelatih jauh lebih mudah daripada mengganti seluruh skuad atau menemukan satu set direktur baru untuk urusan di luar lapangan. Tetapi, para pemain dan dewan klub juga bertanggung jawab atas ketidaknyamanan saat ini.

Pada catatan itu, jika Man United ingin kembali ke puncak sepakbola Inggris, paling tidak ada 5 hal yang harus mereka lakukan.

5. Tunjuk Pelatih Jangka Panjang

Sejak pensiunnya Sir Alex Ferguson pada 2013, Man United telah mempekerjakan empat pelatih permanen selama hampir delapan musim.

Sementara siklus perubahan terus-menerus telah memberikan keajaiban bagi Chelsea, kepemilikan dan pilihan pelatih yang kejam dari The Blues lebih unggul daripada para petinggi di Old Trafford.

Man United terjebak di antara dua ideologi. Meskipun mereka tidak setangguh seperti Chelsea dan PSG, Setan Merah belum meniru bangunan jangka panjang Liverpool dan Manchester City.

Momen ketika Sir Alex Ferguson dan Arsene Wenger memerintah klub selama beberapa decade memang sudah berlalu. 'Jangka panjang' memiliki arti yang berbeda dalam sepakbola saat ini.

Liverpool mempekerjakan Juergen Klopp sejak 2015, sementara Pep Guardiola tiba di Manchester City setahun kemudian. Laporan menunjukkan Man United selalu menginginkan pelatih jangka panjang yang stabil.

Tetapi, tindakan dewan seperti memecat Louis van Gaal tepat setelah kemenangan Piala FA 2016, kemudian menolak mendukung Jose Mourinho di bursa transfer beberapa tahun menunjukkan bahwa mereka melakukan pekerjaan yang buruk.

Untuk itu, Man United tidak hanya perlu memilih pelatih yang tepat, tetapi mereka juga perlu berbuat lebih banyak untuk memberikan kepercayaan sepenuhnya pada pelatih jangka panjang.

4. Tunjuk Direktur Sepakbola

Direktur sepakbola, atau direktur olahraga biasanya bertanggung jawab membuat keputusan besar di klub, seperti strategi transfer dan penunjukan manajerial.

Manchester City mempekerjakan Txiki Begiristain, sementara PSG dipimpin oleh Leonardo Araujo. Dan, Hasan Salihamidzic adalah direktur olahraga di Bayern Muenchen. Sementara Michael Zorc menangani urusan tersebut di Borussia Dortmund.

Faktor umum yang menyatukan nama-nama ini adalah mereka semua adalah mantan pemain profesional. Sementara itu, bankir investasi dan pakar akun Ed Woodward adalah pembuat keputusan utama di Man United.

Latar belakang dalam sepakbola bukanlah suatu keharusan. Contohnya Michael Edwards di Liverpool dan Marina Granovskaia dari Chelsea sangat sukses dengan caranya sendiri. Faktanya, Man United dijalankan oleh sosok-sosok yang lebih terbiasa dengan keuangan ketimbang sepakbola.

Edwin van der Sar, yang melakukan pekerjaan luar biasa sebagai CEO Ajax, disebut-sebut sebagai calon potensial untuk Man United. Namun, itu tetap menjadi mimpi karena Richard Arnold, seorang akuntan Inggris, secara luas diperkirakan akan mengambil alih posisi Woodward ketika supremo Man United turun pada akhir tahun.

3. Man United Membutuhkan Kepemilikan Baru

The Glazers, sebuah keluarga bisnis asal Amerika Serikat, telah menjadi pemilik mayoritas Man United sejak 2005. Almarhum Malcolm Glazer dan putranya, Joel dan Avram, adalah tokoh yang paling terlibat dengan klub selama keluarga itu sebagai pemilik Setan Merah.

Tanpa menggali jauh ke dalam seluk-beluk keuangan, penjelasan paling sederhana adalah bahwa Man United tidak lebih dari sapi perah bagi keluarga Glazer. Klub, yang saat itu bebas utang, diambil alih oleh keluarga Glazer dengan bantuan pinjaman besar-besaran. Mereka kemudian melihat utang klub meningkat secara substansial selama dekade berikutnya.

Kepemilikan terus dibenci dan secara luas tidak populer di seluruh fanbase Man United. Sementara masalah utang adalah masalah utama, pendukung klub juga menyalahkan pemilik atas kurangnya keterlibatan dan minat mereka dalam fungsi sehari-hari klub.

Area pertengkaran utama lainnya adalah fakta bahwa pemilik tampaknya puas dengan kegagalan sepakbola selama klub sukses secara komersial.

2. Mengadopsi Strategi Transfer yang Jelas

Untuk sebagian besar masa kepelatihan Solskjaer di Man United, klub tampaknya memiliki kebijakan transfer yang tetap. Setelah desakan Mourinho pada target di masa utama mereka seperti Alexis Sanchez dan Ivan Perisic, Man United justru memilih untuk fokus pada pemain muda di bawah kendali Solskjaer.

Meski sudah ada perbaikan, bisnis transfer Man United sepertinya masih untung-untungan. Klub menandatangani Jadon Sancho setelah menargetkan dia selama lebih dari setahun sebagai solusi untuk masalah sayap kanan mereka. Tapi, Mason Greenwood bermain di sisi kanan tahun ini, sementara Sancho digeser.

Klub juga mengontrak Edinson Cavani di akhir jendela transfer tahun lalu, hingga kembalinya Cristiano Ronaldo memberi kejutan terakhir di musim panas kemarin. Memang, dia adalah pemain bagus, tetapi itu menunjukkan bahwa Man United masih cenderung panik di bursa transfer, kehilangan target, dan kemudian membuang biaya atau upah besar dengan putus asa.

Sementara penandatanganan yang layak pada saat itu, Man United membayar lebih untuk Harry Maguire dan Aaron Wan-Bissaka, menghabiskan 130 juta pounds (Rp 2 triliun) untuk dua pemain yang akhirnya berkinerja buruk.

Bukan rahasia lagi bahwa Man United sangat membutuhkan seorang gelandang bertahan. Ruben Neves dikaitkan dengan klub selama berbulan-bulan awal tahun ini, tetapi tidak ada kesepakatan yang tercapai meskipun kedatangan Ronaldo terlambat.

Merumuskan strategi transfer adalah satu hal, tetapi menerapkannya dengan percaya diri adalah hal lain. Man United telah mengambil langkah pertama, tetapi tidak dengan keyakinan nyata.

1. Manchester United Harus Pindah dari Era Sir Alex Ferguson

Bisa dibilang tidak ada pelatih yang membentuk klub sepakbola selama Sir Alex Ferguson melakukannya. Mantan pelatih Setan Merah itu menghabiskan lebih dari dua dekade yang mulia di klub hingga memenangkan hampir segalanya.

Sayangnya, Man United tampak terobsesi melihat masa lalu ketimbang fokus ke masa depan. 'Manchester United DNA' dan 'The United Way' adalah dua istilah paling populer yang semakin sering dilontarkan oleh klub sejak Ferguson mengundurkan diri pada 2013.

Di masa lalu, Van Gaal dan Mourinho dikritik karena tidak bermain dengan ciri khas Man United. Pengganti mereka, Solskjaer, juga sering mengklaim bahwa dia ingin timnya bermain seperti yang seharusnya dilakukan Man United.

Baru-baru ini, dewan direksi klub menolak Antonio Conte karena percaya dia bukan pelatih dalam cetakan DNA klub.

Tekad Man United untuk mempertahankan Solskjaer dalam pekerjaan kini sudah gagal, daripada mencoba untuk merekonstruksi tiruan pucat dari pemerintahan rezim Sir Fergie. Man United semestinya akan lebih baik jika menempa jalan baru ke depan.

(atmaja wijaya/yul)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network