Dulunya dia adalah striker. Menjadi gelandang serba bisa karena alasan yang unik.
Corentin Tolisso bisa menjadi pusat perhatian media ketika Bayern Muenchen menghadapi Olympique Lyon pada semifinal Liga Champions, Kamis (20/8/2020) dini hari WIB. Gelandang berkebangsaan Prancis itu adalah produk asli Akademi Sepakbola Les Gones.



Lahir di Tarere (35 km dari Lyon) dan tinggal di Amplepuis (65 km dari Lyon), Tolisso memiliki ayah yang berasal dari Togo dan ibu asli Prancis. Tolisso kanak-kanak mengenal sepakbola dari sang ayah yang memasukkannya ke klub lokal di sekitar rumah, Stade Amplepuisien. Posisi awalnya, striker.

Pada 2004, dalam sebuah turnamen di Thizy (masih di kawasan yang sama dengan Lyon), Tolisso tampil memikat dan menarik para pemandu bakat FC Pays de L'Arbresle. Bersama L'Arbresle, kemampuan Tolisso terpantau talent scout Lyon. Dalam sebuah pertandingan tim remaja, dia mencetak hattrick ke jala Les Gones untuk skor akhir 4-4. Saat itu, Tolisso baru berusia 11 tahun. 

Berkat penampilan itu, Tolisso diminta bergabung dengan Lyon pada 2007. Dia dimasukkan ke tim U-13. Keputusan itu ibarat suka dan duka yang datang bersamaan. Dia senang karena bermain di klub elite. Susah karena Tolisso tipe remaja yang tidak bisa berpisah dengan orang tua. Akibatnya, selama beberapa saat dirinya harus bolak-balik Amplepuis-Lyon setiap hari. 

"Itu benar-benar momen yang sulit. Saya menangis saat itu. Hidup benar-benar susah. Lalu, solusi datang. Ibu saya mendapatkan pekerjaan di Lyon sehingga keluarga saya memutuskan menetap di Lyon. Kami hanya perlu 30 menit ke tempat latihan," ucap Tolisso, dikutip bundesliga.com.

"Dari usia 16 tahun, saya keluar rumah jam 6 pagi bersama ibu. Saya ke sekolah dan ibu bekerja. Pulang sekolah, saya ke tempat latihan Lyon menggunakan metro (kereta bawah tanah). Setelah itu, saya pulang menggunakan kereta terakhir dan keesokan harinya saya melakukan rutinitas yang sama," tambah pemuda kelahiran 3 Agustus 1994 tersebut.

Namun, di tim junior Lyon itulah Tolisso mendapatkan posisinya seperti sekarang sebagai gelandang serbabisa. Remi Garde adalah pelatih Lyon ketika memberi Tolisso kesempatan debut di level senior. Dia orang yang sangat berjasa menjadikan Tolisso pemain tengah. Alasan Garde saat itu sangat sederhana, yaitu Tolisso pesepakbola kidal.



Di lini tengah, Tolisso bisa memainkan berbagai posisi. Sebut saja gelandang bertahan, gelandang jangkar, hingga gelandang serang. Kemampuan adaptasi yang baik juga memungkinkan dirinya bermain sebagai bek sayap di kanan atau kiri.

Selama musim debut profesional bersama Garde, Tolisso bermain dalam skema yang berbeda-beda di lini tengah, mulai 4-4-2 konvensional hingga 4-4-2 berlian. Dia juga terbiasa bermain dengan 3-5-2 atau 5-3-2 sebagai gelandang maupun bek sayap. "Saya dilatih Lyon sebagai gelandang. Saya suka posisi ini. Maju, mencetak gol, mengoper. Saya lebih dari pembawa bola," ujar Tolisso pada 2014, dilansir Eurosport.

Saat itu, para pengamat sepakbola di Prancis membandingkan Tolisso dengan Toni Kroos. Akibatnya, Bayern benar-benar datang ke Lyon untuk mengajukan proposal transfer 41,5 juta euro plus 6 juta euro tergantung performa pada 14 Juni 2017. Itu menjadi rekor penjualan Lyon sebelum dipatahkan Alexandre Lacazette beberapa pekan kemudian saat pindah ke Arsenal dengan 53 juta euro.

Jumlah tersebut juga menjadi rekor pembelian Bayern dan Bundesliga. Tolisso mematahkan catatan Javi Martinez dengan 40 juta euro saat bergabung ke Allianz Arena dari Athletic Bilbao pada transfer window musim panas 2012.

"Awalnya, agen saya menghubungi saya dan mengatakan ada tawaran dari Bayern. Beberapa hari kemudian, saya bertemu mereka. Tidak sulit memutuskan. Bayern klub elite di Eropa dengan filosofi yang hebat. Mereka juga klub yang memiliki tradisi bagus dengan pemain-pemain dari Prancis. (Franck) Ribery, Willy Sagnol, Bixente Lizarazu," ungkap Tolisso saat itu, kepada L'Equipe.

Sayang, harapan untuk melihat Tolisso seperti Kroos belum bisa direalisaikan. Pada musim pertama, Tolisso mendapatkan kesempatan bermain 40 kali di semua ajang dengan 26 diantaranya di Bundesliga. Sementara musim lalu, dia mengalami masalah pada cruciate ligament lutut kanan di pekan 3 Bundesliga. Akibatnya, dia hanya tampil 4 kali sepanjang musim.

Untuk musim ini, kondisi kesehatan Tolisso mulai membaik. Meski tidak selalu masuk starting line-up, kontribusi pemain yang ikut menjuarai Piala Dunia 2018 bersama Prancis itu tidak bisa diingkari. Tolisso bermain 8 kali di Liga Champions dengan koleksi 3 gol.

Dengan lawan yang akan dihadapi pada semifinal, potensi pemilik 21 caps untuk Les Bleus itu terbentang sangat luas di depan mata. Pasalnya, dia sangat mengenal isi dapur Les Gones.

"Dari sudut pandang (orang-orang) Jerman, Lyon adalah tim yang paling tidak dikenal. Tapi, melawan Manchester City (di perempat final), semua orang melihat kemampuan tim ini. Kami tidak akan pernah meremehkan mereka. Saat pertandingan besar datang, Lyon selalu hadir. Tidak ada tim yang bisa mencapai semifinal secara kebetulan," pungkas Tolisso.