From hero to zero, menjadi kata yang pantas menggambarkan aksi Lukaku di Liga Eropa musim ini.
Romelu Lukaku menjadi pemain pertama yang menciptakan gol bunuh diri di era Liga Eropa. Pemain terakhir yang melakukannya adalah Delfi Geli saat Deportivo Alaves dikalahkan Liverpool pada final Piala UEFA 2000/2001. 

From hero to zero, menjadi kata yang pantas menggambarkan aksi Lukaku di Liga Eropa musim ini. Sempat dianggap pahlawan karena sejumlah kontribusi positif di lapangan, pemain asal Belgia itu kini menjadi pecundang karena gol bunuh diri yang mengubur mimpi Inter Milan. Fans Manchester United pun merayakan hasil ini. 

Beberapa saat setelah wasit mengakhiri pertandingan di Rhein Energie Stadion dengan kemenangan 3-3 Sevilla asal Inter, berbagai meme dan status berseliweran di media sosial tentang bunuh diri Lukaku. Mayoritas dilakukan netizens yang diidentifikasi sebagai pendukung The Red Devils. 



Dalam sejumlah gambar di Twitter, Instagram, hingga Faceboook, mereka memajang gambar-gambar para pemain MU ketika mengangkat trofi Liga Eropa 2013/2014 saat mengalahkan Ajax Amsterdam. Gambar-gambar itu disertai caption candaan yang melecehkan keputusan Lukaku meninggalkan Old Trafford. 

Ada pula yang memasang video ketika Lukaku menciptakan gol bunuh diri saat MU melawan Arsenal, beberapa musim lalu. Terdapat juga warga dunia maya yang membandingkan gol Lukaku dengan gol Ole Guinnar Solksjaer ketika MU menjuarai Liga Champions 1998/1999 dengan mengalahkan Bayern Muenchen secera dramatis. Kedua gol itu sekilas sama karena sama-sama sontekan.

Selain tentang Lukaku, dengan hasil pertandingan melawan Sevilla, keinginan Antonio Conte menjuarai Piala UEFA (Liga Eropa) sebagai pemain dan pelatih otomatis gagal diwujudkan. Sebab, sebelum banting stir menjadi pelatih, Conte adalah pemain sepakbola yang sukses. Dia menyabet semua gelar juara yang disediakan di kompetisi Eropa, kecuali Piala Super. Bersama Juventus, Conte menjuarai Piala UEFA 1992/1993, Liga Champions 1995/1996, dan Piala Intertoto 1999.

Setelah menjadi pelatih, Conte sempat mencoba peruntungan bertarung di kompetisi Benua Biru bersama sejumlah klub. Dengan Juventus, pencapaian terbesar arsitek berpaspor Italia itu adalah semifinal Liga Eropa 2013/2014. Saat itu, La Vecchia Signora disingkirkan Benfica dari semifinal. 

Sementara saat menukangi Chelsea pada 2016-2018, Conte hanya berhasil sampai di babak 16 besar Liga Champions 2017/2018. Pada masa tersebut, The Blues disingkirkan Barcelona dengan agregat 1-4.

Sepanjang sejarah Liga Eropa sejak era Piala UEFA, hanya ada tiga orang yang mampu mengangkat trofi sebagai pemain dan pelatih. Pertama, Dino Zoff. Kiper legendaris Italia tersebut sanggup berjaya pada 1976/1977 saat Juventus mengalahkan Athletic Bilbao dengan agregat 2-2. La Vecchia berpesta berdasarkan keuntungan gol tandang. 

Ketika beralih peran menjadi nakhoda, Zoff memimpin Juventus mencapai laga puncak Piala UEFA 1989/1990. Bertemu Fiorentina dengan sistem home-away, Zoff sanggup membuat klub asal Turin itu menang 3-1 dan imbang tanpa gol. 

Nama kedua setelah Zoff adalah Huub Steven. Pria berkebangsaan Belanda tersebut menjuarai Piala UEFA 1977/1978 bersama PSV Eindhoven. Saat itu, PSV menghadapi SEC Bastia dari Prancis. Saat berlangsung di Stade Armand Cesari, Bastia, hasilnya imbang 0-0. Ketika giliran merumput di Philips Stadion, Eindhoven, PSV berpesta 3 gol tanpa balas. 

Setelah pensiun dan menjadi pelatih, pemilik nama lengkap Hubertus Jozef Margaretha Stevens tersebut juga sukses di Piala UEFA. Pada 1996/1997, Stevens berhasil membantu Schalke 04 mengalahkan Inter 4-1 melalui adu penalti setelah pada dua pertandingan kandang-tandang sama-sama berakhir 1-0 untuk tim tuan rumah. 

Sosok terakhir yang sukses di ajang kelas dua Benua Biru adalah Diego Simeone. El Cholo menjuarai Piala UEFA 1997/1998 ketika membela Inter. Saat itu, I Nerazzurri mengalahkan Lazio 3-0 di Parc des Princes, Paris.

Ketika duduk di bench, Simeone meraih kesuksesan yang sama di era Liga Eropa. Tidak tanggung-tanggung, pria Argentina itu juara dua kali. Pertama, pada 2011/2012. Ketika itu, Los Colchoneros mengalahkan Athletic Bilbao 3-0 di Arena Nationala, Bucharest. Kedua, pada 2017/2018, klub Ibu Kota Negeri Matador itu memukul Olympique Marseille di Parc Olympique Lyonnais, Lyon.