Sangat jarang klub Serie A merekrut pemain Amerika. Dulu ada Alexi Lalas atau Oguchi Onyewu. Tetapi siapa Weston McKennie?
Tanpa basa-basi, Juventus akhirnya mendaratkan pemain muda asal Amerika Serikat, Weston McKennie, dari Schalke 04 dengan mahar 28 juta euro. Suporter La Vecchia Signora mendadak terkejut dan berusaha mencari tahu siapa sebenarnya gelandang berusia 22 tahun tersebut.

Sepanjang sejarah, sangat jarang klub Serie A merekrut pemain dari Amerika Utara, khususnya AS. Hingga musim lalu hanya ada 4 keponakan-keponakan Paman Sam yang sempat bermain di kompetisi elite Italia. Mereka adalah Armando Frigo bersama Fiorentina pada 1939/1942, Alexi Lalas (Padova, 1994/1996), Michael Bradley (Chievo Verona dan AS Roma, 2011–2014), serta Joshua Perez (Fiorentina, 2016/2017).



Bergabungnya McKennie sebagai pembelian kedua Juventus musim ini setelah Arthur Melo dari Barcelona membuat banyak orang bertanya-tanya. Apakah dia layak bermain di klub dengan tekanan besar seperti Juventus? Pasalnya, McKennie hanya memiliki pengalaman bermain 4 musim di Bundesliga bersama Die Koenigsblauen tanpa mempersembahkan trofi.

Berikut ini 10 fakta yang perlu diketahui tentang pemuda kelahiran Little Elm, Texas, 28 Agustus 1998, tersebut:

1. Tinggal di Jerman pada usia 6-9 tahun mengikuti dinas militer orang tuanya

Seperti sejumlah pemain AS di Bundesliga (John Brooks, Julian Green, Fabian Johnson), McKennie juga memiliki hubungan masa kecil dengan Jerman. Dia menghabiskan tiga tahun di Kaiserslautern mengikuti sang ayah, yang merupakan anggota militer AS yang bertugas di Ramstein Air Force Base.

Di tempat itu, dia jatuh cinta pada sepak bola. Dia bergabung dengan klub pertamanya, Phoenix Otterbach, pada 2004. Dua tahun kemudian dia bertemu dengan pemain-pemain timnas AS sebelum pertandingan persahabatan dengan Polandia jelang Piala Dunia 2006. Sebagai anak gawang, McKennie berjumpa Landon Donovan dan Carlos Bocanegra.

2. Bersahabat dengan Christian Pulisic sejak berusia 13 tahun



Saat di Bundesliga sebelum membela Chelsea, Pulisic bermain untuk Borussia Dortmund. Secara tradisional, Dortmund bermusuhan dengan Schalke. Namun, hal itu tidak berlaku pada Pulisic dan McKennie. Keduanya bersahabat sejak usia 13 tahun dan semakin dekat ketika sama-sama tinggal di Jerman. Sebab, Dortmund dan Gelsenkirchen adalah kota yang bertetangga layaknya Depok dengan Bogor. 

Dalam sebuah wawancara Sports Illustrated, McKennie membela mati-matian sang sahabat dari kritikan media terkait kegagalan AS lolos ke Piala Dunia 2018. Dia menyebut Pulisic justru menjadi pemain yang harus diberikan dukungan, bukan hujatan.

"Kegagalan itu menyebalkan bagi Christian karena dia terlibat dalam 12 dari 17 gol selama kualifikasi. Dia berusia 19 tahun dan harus menempatkan tim yang penuh dengan pemain berpengalaman di punggungnya. Itu tidak adil karena namanya selalu dikaitkan dengan kegagalan itu," kata McKennie, dilansir bundesliga.com.

3. Jika tidak tinggal di Jerman saat kecil, dia bisa saja menggeluti American football

Berasal dari Texas tidak bisa terhindarkan bahwa McKennie akan menjadi penggemar American football (NFL) jika ayahnya tidak bertugas di Jerman. Pasalnya, dalam beberapa kesempatan dia sering tertangkap kamera memainkan American football menggunakan bola sepakbola di sela-sela sesi latihan Schalke.

McKennie pernah mengatakan dalam sebuah wawancara dengan media Jerman bahwa keluarga besarnya tidak ada yang menyukai sepakbola. Mereka lebih menggemari NFL. Kakak laki-lakinya adalah pendukung setia Washington Redskins, sedangkan sang ayah penggemar berat Dallas Cowboys. Jadi, dia merupakan satu-satunya suporter "soccer" di rumahnya.

4. Pengorbanan besar diambil untuk bisa bergabung dengan Schalke

Untuk menjadi pesepakbola profesional yang mengawali karier di Bundesliga, McKennie memiliki pengorbanan besar. Saat berusia 17 tahun, klub MLS di kampung halamannya, FC Dallas, datang dengan kontrak sebagai MLS Homegrown Player. Sementara University of Virginia  menawarkan beasiswa kuliah penuh. Pada saat yang sama, Schalke mengajak bergabung ke tim junior dengan masa depan di tim utama yang belum pasti.

"Saya membuat keputusan yang tepat dan saya tidak menyesalinya sama sekali. Tidak mudah bagi saya untuk melepaskan (tawaran) Dallas. Tapi, anda harus berpikir apakah saya akan melihat ke belakang dalam 10 tahun dan berharap saya bisa pergi ke Eropa? Saya merasa jika anda dapat melakukannya di sana, anda dapat kembali ke sini dan bermain di level yang tinggi. Namun, jika sebagai seorang anak kecil anda masuk ke MLS dan kemudian mencoba untuk datang ke Eropa, anda mungkin belum siap," ungkap McKennie.

5. Peran besar sang ibu dalam karier profesional McKennie

Saat ayah dan kakak menyarankan McKennie berkuliah di Virginia, sang ibu justru mendukung kepindahan McKennie ke Schalke. Saat itu, sang ibu hanya berpesan agar McKennie tidak menjadi pesepakbola yang glamor seperti kebanyakan pemain hebat di Eropa. "Saya tahu persis siapa saya dan dari mana saya berasal. Ibu saya akan memukul saya jika tiba-tiba saya mulai bertingkah seperti bintang," ucap McKennie.

6. Momen tak terlupakan McKennie saat dikontrak Schalke U-19

McKennie tiba di Gelsenkirchen pada musim panas 2016 dan bergabung dengan tim U-19. Saat itu, dia sangat beruntung karena memiliki kesempatan untuk bekerja dengan pelatih legendaris, Norbert Elgert. Dia adalah sosok yang mengorbitkan Manuel Neuer, Benedikt Hoewedes, Mesut Oezil, hingga Julian Draxler.



Beroperasi sebagai gelandang bertahan, McKennie menikmati musim yang luar biasa. Dia mencetak 4 gol dan 3 assist plus menjadi kapten tim pada 5 kesempatan di kompetisi junior. Pada akhirnya Schalke kalah di semifinal Bundesliga U-19 melalui adu penalti dari Bayern Muenchen. Tapi, McKennie telah menunjukkan potensi yang lebih dari cukup untuk mendapatkan promosi ke skuad senior pada musim panas 2017.

7. Memimpin AS U-19 sukses di Piala Slovakia 2016

McKennie telah menunjukkan jiwa kepemimpinan yang bagus beberapa bulan sebelum pindah ke Schalke, yaitu saat masih bermain untuk tim junior Dallas. Setelah pindah ke Jerman, kariernya semakin melambung. McKennie lalu ditunjuk menjadi kapten AS U-19 yang tampil di turnamen junior bergengsi bertajuk Piala Slovakia 2016. Dia membawa AS juara dinobatkan sebagai pemain terbaik.

"Jika segala sesuatunya berjalan seperti yang saya rasa, saya pikir kami akan membicarakannya dengan cara yang sama seperti kami bicara tentang Christian Pulisic. Dia (McKennie) bisa berkembang lebih jauh. Saya tidak ingin memberikan banyak tekanan kepadanya. Tapi, dia adalah salah satu talenta luar biasa," tegas mantan kiper, Brad Friedel, yang saat itu melatih AS U-19.

8. Menjadi idola fans Schalke di usia muda

Pada awalnya, tidak mudah bagi McKennie untuk tinggal di luar negeri. Tapi, dengan dukungan rekan satu tim asal AS yang saat itu sama-sama menimba ilmu di tim junior Schalke, Nick Taitague dan Haji Wright, McKennie akhirnya betah. Dia sempat tinggal bersama Taitague selama beberapa bulan. Setelah itu, McKennie menyewa apartemennya sendiri di bagian kota yang tenang.

"Untuk tinggal di sini, anda harus menjadi penggemar berat sepakbola. Komunitas ini didasarkan pada kerja keras dan kami dikenal sebagai Die Knappen (penambang batu bara). Itulah yang biasa mereka lakukan di sini. Anda bisa kalah dalam permainan 0-5. Tapi, selama anda memberikan segalanya dan anda bekerja keras, mereka akan tetap bertepuk tangan pada anda di akhir laga," ungkap McKennie.

9. Penggemar berat Harry Potter

McKennie mengaku sebagai penggemar fanatik karya JK Rowling. Bahkan, jika tidak menjadi pesepakbola, dia sempat bermimpi ingin menjadi penyihir, khususnya ketika Schalke bertemu Dortmund. "Ketika saya sampai di sini, mereka seperti teman kecilmu bermain untuk tim yang salah. Ini lucu. Saya penggemar berat Harry Potter dan Dortmund seperti lawan saya," beber McKennie.


10. Dikontrak jangka panjang dan dijual mahal ke klub lain

Sejak melakukan debut melawan Ingolstadt pada akhir musim 2016/2017, McKennie langsung mencuri perhatian. Klub lalu berpikir untuk memperpanjang kontraknya hingga musim panas 2022. Setelah kehilangan Sead Kolasinac dengan status bebas transfer ke Arsenal, manajemen Die Koenigsblauen memastikan hanya akan menjual McKennie ke klub yang bisa memberikan banyak uang.

"Weston akan berkembang menjadi anggota kunci di tim utama kami. Berkat bakatnya dan kemauannya untuk belajar, dia telah bangkit dari tim U-19 ke sekuad utama di Bundesliga. Itu merupakan kesuksesan sejak awal. Kami sangat senang Weston melihat masa depan jangka panjangnya di Schalke. Namun, kita tidak akan pernah tahu di masa depan," tegas Direktur Olahraga Schalke, Christian Heidel.