Keinginan The Toffees untuk tampil di Liga Champions selalu menguap oleh faktor-faktor yang tidak penting lewat tangan Liverpool.
Everton adalah tim Inggris paling sial dalam kategori Liga Champions. Keinginan The Toffees untuk tampil di kompetisi sepak bola antarklub paling bergengsi di Eropa itu selalu menguap oleh faktor-faktor yang tidak penting lewat tangan Liverpool.

Lahir pada 1878, Everton hanya pernah 10 kali bertanding di Piala dan Liga Champions. Hasilnya, 2 kali menang, 5 kali imbang, dan 3 kali kalah. Kesempatan pertama pada 1963/1964. Saat itu, mereka langsung tersingkir di pertandingan pertama versus Inter Milan. Kesempatan kedua datang pada 1970/1971. Saat itu, Everton terhenti di perempat final dari Panathinaikos. 

Setelah itu, Everton seperti dikutuk. Klub tetangga Liverpool itu seperti tidak diizinkan untuk tampil di ajang elite Eropa. Bukti pertama terjadi pada 1984/1985. Saat itu, The Toffees menjuarai Liga Inggris Divisi I (nama lama Premier League). Dengan koleksi 90 poin dari 42 pertandingan, Everton saat itu membiarkan Liverpool dan Tottenham Hotspur di posisi 2-3 dengan 77 poin.

Itu merupakan gelar kedelapan para penghuni Goodison Park di kompetisi kasta tertinggi Inggris. Akibatnya, Everton berhak menjadi wakil tunggal Inggris di Piala Champions 1985/1986. 

Sayang, kesempatan bermain di Eropa setelah terakhir kali terjadi pada 1970/1971 sirna. Penyebabnya, Tragedi Heysel. Akibat ulah para pendukung Liverpool di final Piala Champions 1984/1985 kontra Juventus yang berujung kematian 39 orang dan mencederai ratusan lainnya, UEFA melarang tim-tim Inggris tampil di Eropa. Sanksi itu berlaku 5 tahun (6 tahun khusus The Reds). 

Kesialan tersebut ternyata tidak memadamkan semangat para pemain Everton untuk terus mencoba. Tidak perlu menunggu lama, kesempatan kedua datang pada 1986/1987. Ketika itu, Everton kembali menjuarai kompetisi Inggris. Dengan 86 poin, The Toffees kembali membiarkan Liverpool dan Tottenham berada di posisi 2-3 klasemen akhir. 

Lagi-lagi harapan suporter Everton untuk menyaksikan tim kesayangan bermain di pentas bergengsi Eropa harus menguap. Pasalnya, hukuman UEFA terkait Tragedi Heysel masih berlaku dan tidak ada tanda-tanda akan direvisi. 

Saat Liga Champions memiliki format baru, peruntungan Everton tidak berbeda jauh. Contohnya, 2004/2005. Pada musim itu, Everton tampil luar biasa di Premier League. Di bawah arahan David Moyes, Tim Cahill dkk menunjukkan permainan pantang menyerah sejak awal hingga akhir. Hasilnya, Everton finish di posisi 4. Artinya, tiket fase utama Liga Champions 2005/2006 sudah dikantongi. 

Masalah muncul ketika Liverpool finish di posisi 5. Seharusnya, The Reds hanya tampil di Piala UEFA. Namun, yang tidak diduga Everton, UEFA, dan FA, Steven Gerard dkk saat itu menjuarai Liga Champions. Akibatnya, terjadi kekacauan aturan. Beda dengan saat ini yang mengizinkan 5 wakil, dulu negara besar maksimal hanya mengirimkan 4 wakil dan juara bertahan otomatis lolos. 

Awalnya, FA bersikeras mengirim Everton ke Liga Champions. Sementara UEFA berharap FA mengutus Liverpool. Kemudian, setelah melalui perdebatan dan diskusi yang sengit, UEFA mengambil jalan tengah. Keduanya bisa tampil di Liga Champions lewat kualifikasi. 

Sialnya, Everton tidak memiliki DNA Liga Champions. Mereka justru dikalahkan Valencia pada Kualifikasi III. Sedangkan Liverpool menyingkirkan CSKA Sofia. The Reds melaju ke fase grup dan The Toffees gagal. Mereka harus kembali ke habitat awal di Piala UEFA. 

Kebencian fans Everton kepada Liverpool semakin menjadi karena keinginan tampil di Liga Champions kembali digagalkan The Reds. Kali ini tercipta pada 2007/2008. Pada pekan 32, The Toffees harus bertamu ke Anfield. Saat itu, Liverpool ada di posisi 4 dengan 59 poin. Everton di peringkat 5 dengan 57. Jika mampu mengalahkan Everton, mereka akan balik unggul 1 poin. 

Meski tampil tandang, Everton terlihat sangat percaya diri. Mereka sesumbar bisa mengalahkan Liverpool di Anfield. Sayang, ketika pertandingan berlangsung, fans The Toffees harus kembali gigit jari. Gol Fernando Torres pada menit 7 membuat Liverpool unggul 1-0 dan Everton kembali gagal ke Liga Champions. Di akhir musim mereka finish di posisi 5 dengan selisi 11 poin dari Liverpool di peringkat 4. 

Dengan melihat hasil musim ini, kutukan Everton di Liga Champions masih akan terus berlangsung. Pasalnya, mereka hanya mampu finish di posisi 12 klasemen akhir. The Toffees tertinggal poin yang sangat signifikan dari Liverpool selaku juara. Hasil itu cukup mengecewakan karena mereka sudah mempekerjakan Carlo Ancelotti sebagai nakhoda.

"Saya sangat tertantang (untuk membawa Everton ke Liga Champions). Saya tertarik dengan proyek yang akan mereka kerjakan. Saya bersemangat membawa Everton ke papan atas Premier League," ujar Ancelotti ketika diperkenalkan sebagai bos baru Everton, dilansir The Guardian.