Naturalisasi bisa diproses jika pemain setuju.
Setelah mengamankan paspor tiga pemain keturunan untuk timnas U-20 asuhan Shin Tae-yong, PSSI tetap membuka keran naturalisasi. Pasalnya, di berbagai belahan bumi lainnya, ada banyak anak-anak muda keturunan Indonesia yang punya potensi mengenakan lambang Garuda di dada.

Naturalisasi di sepakbola modern adalah hal biasa. Negara-negara besar sekelas Jerman, Italia, Prancis, atau Spanyol, melakukannya.

Hal serupa terjadi di Indonesia. Pada masa kepelatihan Shin Tae-yong misalnya, sudah ada enam pemain naturalisasi yang diresmikan. Mereka adalah Shayne Pattynama, Jordi Amat, Sandy Walsh, Justin Hubner, Rafael Struick, dan Ivar Jenner. Jika ditambah Elkan Baggott, jumlahnya tujuh.

Dengan diaspora Indonesia yang tersebar ke seluruh dunia, stok pemain naturalisasi itu sebenarnya melimpah. Hanya saja tergantung kemauan sang pemain. Pasalnya, proses pergantian paspor hanya bisa terjadi jika para pihak setuju.

Nah, berikut ini 7 pemain keturunan yang bisa dinaturalisasi secepatnya jika terjadi persetujuan bersama:

1. Mees Hilgers (FC Twente)

Mees Hilgers
baru saja dipanggil timnas Belanda U-21. Saat ini, Mees Hilgers bermain sebagai bek di klub papan atas Eredivisie, FC Twente. Jebolan Ajax Amsterdam itu punya darah campuran Indonesia-Belanda dari sang ibu yang asli Manado.

Tapi, Mees Hilgers juga pernah mengatakan untuk saat ini belum terpikir membela Indonesia. Pasalnya, dia masih memiliki cita-cita bermain untuk De Oranje di Euro 2024 dan Piala Dunia 2026.



2. Kevin Diks Bakarbessy (FC Copenhagen)

Kevin Diks Bakarbessy
memiliki orang tua yang merupakan keturunan Maluku. Pernah bermain untuk Fiorentina, saat ini dia tercatat sebagai personel FC Copenhagen di Liga Super Denmark.

Sebelumnya, PSSI mengaku pernah menghubungi Kevin Diks Bakarbessy untuk terlibat dalam proses naturalisasi. Tapi, PSSI menyebut mendapatkan penolakan dari orang tuan Kevin Diks Bakarbessy. Sebaliknya, sang pemain mengaku tidak pernah mendapatkan tawaran dari PSSI. Jadi, mana yang benar?

3. Emil Audero Mulyadi (Sampdoria)

Emil Audero Mulyadi
sudah masuk radar PSSI sejak membela Juventus U-23. Tapi, ayahnya, yang berasal dari Nusa Tenggara Barat (NTB), menolak dengan sombong. Dia ingin Emil tetap menjadi warga negara Italia karena peluang membela Gli Azzurri di Piala Dunia lebih besar.

Masalahnya, hingga klubnya sekarang, Sampdoria, nyaris turun kasta ke Serie B, panggilan timnas Italia tidak pernah didapatkan.



4. Joey Pelupessy (FC Groningen)

Joey Pelupessy
bukan pemain kaleng-kaleng di Belanda. Dirinya tercatat sebagai kapten di salah satu klub tradisional Belanda, FC Groningen. Sebagai orang keturunan Maluku, peluang menarik Joey Pelupessy ke timnas Indonesia sangat besar. Hanya saja, sampai saat ini PSSI belum menghubunginya.

5. Tom Haye (Heerenveen)

Tom Haye
sudah berusia 28 tahun. Tapi, bukan berarti pemain Heerenveen ini tak mampu bersaing. Terbukti, gelandang keturunan Manado itu menjadi tulang punggung klubnya musim ini. Tercatat, Tom Haye sudah merumput 26 kali pada semua pertandingan resmi klubnya.

6. Cyrus Margono (Panathinaikos B)

Cyrus Margono adalah pemuda berusia 21 tahun yang lahir di Amerika Serikat (AS) dari ayah asal Surabaya dan ibu dari Iran. Sekarang, dia bermain di Panathinaikos B di Liga Super Yunani 2. Dan, sejak lama Cyrus Margono mengutarakan niat menjadi WNI. Bahkan, dirinya sempat mengunjungi KBRI Athena.

Hanya saja, untuk sementara, Shin Tae-yong tampaknya belum membutuhkan pemain di bawah mistar. Sebab, dirinya masih cukup puas dengan stok kiper timnas senior maupun junior. 

7. Ragnar Oratmangoen (FC Groningen)

Mirip dengan Sandy Walsh, Ragnar Oratmangoen sejak lama mengidentifikasikan dirinya sebagai orang Indonesia dan Muslim. Bendera Merah-Putih, logo Garuda, hingga Bahasa Indonesia sering muncul di akun media sosial resmi miliknya.

Sayang, keluarga gelandang serang yang kini bermain untuk FC Groningen bersama Joey Pelupessy itu sempat menolak menjadi WNI saat dihubungi PSSI beberapa waktu lalu. Alasannya, keluarga besar Ragnar Oratmangoen di Belanda simpatisan Republik Maluku Selatan (RMS).