Ada kiper timnas Chile, ada pula kiper timnas China.
Kompetisi sepakbola Indonesia tidak hanya diperkuat pemain-pemain asing yang berposisi di lapangan, melainkan juga penjaga gawang. Ada yang mampu menjadi legenda di klub, tapi tidak sedikit yang hanya numpang lewat.
Di sepakbola, kiper adalah posisi yang sama pentingnya dengan bek, gelandang, atau penyerang. Untuk menjadi penjaga gawang jempolan, postur menjadi faktor utama. Meski tidak selalu kiper tinggi juga bermain bagus, postur tetap menjadi pertimbangan para pengurus klub mendatangkan kiper asing.
Meski tidak sebanyak pemain di lapangan, beberapa kiper top sempat menghiasi kompetisi sepakbola kasta tertinggi di Indonesia sejak 1994. Mereka bersaing dengan kiper lokal untuk mendapatkan kepercayaan pelatih maupun kecintaan dari suporter.
Berikut ini 10 penjaga gawang yang sempat meramaikan Liga Indonesia, yang uniknya berasal dari 6 konferedasi anggota FIFA:
1. Darryl Sinerine (Trinidad and Tobago)
Ketika kompetisi profesional digelar pada 1994, banjir pemain asing langsung terjadi. Bukan hanya pemain lapangan, melainkan juga kiper. Salah satu penjaga gawang yang pernah berkiprah di Liga Indonesia adalah Sinerine. Berkebangsaan Trinidad and Tobago, Sinerine membela Petrokimia Putra pada 1994/1995.
Bersama Jacksen Tiago dan Widodo Cahyono Putro, Sinerine membawa Petrokimia bertengger di puncak klasemen wilayah barat. Kebo Giras hanya kemasukan 31 gol dalam 32 laga untuk melaju ke babak 8 besar. Setelah menjadi runner-up Grup B, Sinerine akhirnya menembus final setelah mengalahkan PKT Bontang di semifinal.
Sayang, Sinerine gagal memberikan mahkota juara Liga Indonesia edisi perdana untuk Petrokimia. Mereka harus menyerah 0-1 dari Persib Bandung. Petrokimia sebenarnya sempat mencetak gol, tapi dianulir wasit Zulkifli Chaniago tanpa alasan jelas. Sebaliknya, gol kemenangan Persib tercipta setelah salah seorang pemain Petrokimia, Setio Burdianto diberi kartu merah.
2. Mbeng Jean Mambalaou (Kamerun)
Mambalaou bergabung bersama Persija pada 1996 di usia 19 tahun. Tapi, pria asal Kamerun tersebut tidak minder menghadapi kerasnya persaingan di kompetisi elite Indonesia. Dia mampu memberikan rasa aman bagi lini belakang Macan Kemayoran selama sekitar 4 musim ketika kompetisi masih bernama Liga Indonesia dan Divisi Utama menjadi kasta tertinggi.
Puncak prestasi Mambalaou ada pada 2000/2001. Saat itu, dari 26 laga yang dijalani Persija di Wilayah Barat, gawang Mambalaou paling sedikit kebobolan. Bersama Persib Bandung, Persija sama-sama menderita 18 gol.
Saat memasuki babak delapan besar, Persija juga melangkah mulus. Mereka tampil mengesankan hingga memetik tiket semifinal. Di babak 4 besar, penampilan Macan Kemayoran semakin mengesankan. Pasukan Sofyan Hadi kala itu mengandaskan Persebaya Surabaya 2-1. Ketika final berlangsung kontra PSM Makassar, Mambalaou melakukan beberapa penyelamatan gemilang sehingga Persija unggul 3-2.
3. Mariusz Mucharski (Polandia)
Berkebangsaan Polandia, Mucharski mencatatkan sejarah sebagai pemain asing pertama yang pernah dikontrak Persib. Ketika itu, pada 2003, Maung Bandung membuka keran import pesepakbola dengan mendatangkan Mucharski, Pavel Bocian, Maciej Dolega, dan Piotr Orlinski. Semuanya asal Polandia, termasuk sang nakhoda, Marek Sledzianowski.
Sayang, cuaca Indonesia yang panas membuat legiun Polandia kesulitan beradaptasi. Kebersamaan mereka hanya seumur jagung. Gerombolan Polandia akhirnya didepak manajemen jelang putaran II. Peran mereka digantikan Chile connections dalam diri Juan Paez (pelatih), Alejandro Tobar, Claudio Lizama, Rodrigo Lemunao, dan Rodrigo Sanhueza.
Kabur dari Indonesia, Mucharski kembali ke Polandia untuk melanjutkan karier profesional. Setelah pensiun, mantan penjaga gawang Wisla Krakow tersebut kini tercatat sebagai pelatih kiper di salah satu klub Liga Polandia, Wisla Plock.
4. Sergio Vargas (Chile)
Vargas datang ke PSM Makassar pada 2004 dengan curriculum vitae yang bagus. Sebagai orang Chile yang lahir di Argentina, Vargas sempat membela Argentina U-17 sebelum pindah haluan membela tim senior Chile pada 2001. Debutnya untuk La Roja terjadi pada 24 April 2001 melawan Uruguay ketika kalah 0-1. Dia adalah kiper utama Chile yang kandas di perempat final Copa America 2001.
Bergabung dengan Juku Eja, Vargas langsung menjadi buah bibir. Meski singkat, dia ikut membantu PSM menjadi runner-up Liga Indonesia. Sebelum meninggalkan Makassar, Vargas sempat membantu PSM tampil di Liga Champions Asia menghadapi Yokohama Marinos (Jepang) dan Shandong Luneng (China).
5. Zeng Cheng (China)
Zeng tercatat sebagai salah satu kiper sukses yang dimiliki China. Membela tim nasional pada 42 pertandingan, penjaga gawang berpostur 191 itu menjadi bagian dari generasi emas Guangzhou Evergrande ketika menjuarai Liga Super China (2013, 2014, 2015, 2016, 2017, 2019), Piala FA (2006), Piala Super China (2016, 2017, 2018), dan Liga Champions Asia (2013, 2015).
Namun, sebelum semua kesuksesan itu didapat, Zeng justru mengawali karier profesional di Indonesia Super League (ISL). Pada 2005, Zeng dipinjamkan Wuhan Guanggu ke Persebaya Surabaya. Meski singkat, Zeng mampu membuat Bonek jatuh hati. Selain penampilan yang modis layaknya personel boyband asal Taiwan yang ketika itu sedang digandrungi, F4, Zeng juga tampil bagus.
Dididik di Indonesia justru membuat mentalitas Zeng semakin tangguh. Sekembalinya ke Wuhan, dia justru mengalami peningkatan karier. Sempat membela Henan Jianye sebelum ditransfer Guangzhou, Zeng musim ini membela Shanghai Greenland Shenhua bersama Stephan El Shaarawy dan Obafemi Martins.
6. Sinthaweechai Hathairattanakool (Thailand)
Kosin membela Persib dalam 2 periode, yaitu 2006 dan 2009. Selama bermain untuk Maung Bandung, pesepakbola asal Thailand itu mampu menampilkan permainan yang bagus. Berambut agak panjang lurus dengan bandana di kepala menjadi ciri khas Kosin ketika merumput di Stadion Si Jalak Harupat. Pada 2006 dia bermain 33 kali selama satu musim penuh.. Sementara pada 2009 hanya 11 kali dalam setengah musim.
Performanya di lapangan benar-benar memikah hati suporter Persib. Kepergiannya kembali ke kampung halaman ditangisi ribuan suporter. Bahkan, ketika Kosin menggelar pertandingan perpisahan pada 2018, spanduk dari Bobotoh ikut menghiasi Stadion Rajamangala, Bangkok.
7. Evgheni Khmaruc (Moldova)
Khmaruc adalah kiper asal Moldova yang tercatat membela Persija pada 2007/2008. Berpostur 190 cm, Khmaruc datang ke Jakarta dengan catatan yang layak dipamerkan. Bersatatus kiper utama timnas Moldova, Khmaruc selalu tampil lugas mengawal pertahanan Macan Kemayoran. Pada musim itu, Persija mampu menembus semifinal Divisi Utama sebelum dikalahkan Sriwijaya FC.
Sayang, Khmaruc memiliki emosi yang labil. Dia pernah berkelahi dengan Cristian Gonzales ketika Persija berjumpa Persik Kediri. Akibatnya, Khmaruc mendapat hukuman dari PSSI.
Setelah hanya bermain satu musim di Indonesia, kiper yang didatangkan atas rekomendasi Sergei Dubrovin tersebut kembali ke kampung halamannya. Di Moldova, Khmaruc membela Cherno More, Nistru Otaci, Dinamo Bender, hingga pensiun bersama Dinamo-Auto Tiraspol pada 2014.
8. Yoo Jae-hoon (Korea Selatan)
Jae-hoon tercatat sebagai salah satu kiper asing terbaik yang pernah bermain di Indonesia. Membela Persipura Jayapura, pria asal Korea Selatan itu mempersembahkan sejumlah gelar bergengsi plus terpilih sebagai kiper terbaik Indonesia Super League (ISL). Jae-hoon kini bekerja untuk Shin Tae-yong sebagai penerjemah timnas Indonesia.
9. Deniss Romanovs (Latvia)
Punya curriculum vitae yang baik sebagai kiper timnas Latvia, Romanovs datang ke Indonesia pada saat yang salah. Pada 2011, dia datang ke Indonesia untuk bermain di kompetisi sempalan Liga Primer Indonesia (LPI) membela Cendrawasih Papua. Berhubung status LPI adalah kompetisi ilegal, karier Romanovs di Cendrawasih juga berlangsung pendek.
Namun, Romanovs belum jera untuk mencoba peruntungan di Indonesia. Dia bergabung dengan Arema Indonesia pada 2012. Sebelum kompetisi 2013 kick-off, dia dikontrak Pro Duta di Indonesia Premier League (IPL). Kompetisi yang tadinya ilegal berubah legal setelah terjadi pergantian kepemimpinan di PSSI.
Karier Romanovs di Indonesia berakhir setelah memperkuat Pelita Bandung Raya di Indonesia Super League (ISL) 2014/2015. Saat itu, dia mencatakan 29 penampilan dan membawa PBR ke semifinal.
10. Aleksandar Vrteski (Australia)
Berpostur 194 cm, Vrteski memiliki pengalaman membela timnas Australia U-17, U-20, serta Macedonia (kini Macedonia Utara) U-21. Tapi, dia datang ke Indonesia di waktu yang tidak tepat. Vrteski hadir saat Liga Primer Indonesia (LPI) menjadi kompetisi sempalan Indonesia Super League (ISL). Saat itu, dia memperkuat Solo FC sebelum berpindah ke Jakarta FC. Setelah kompetisi di Indonesia kembali normal, Vrteski jera dan tidak pernah kembali. Dari Indonesia, dia membela Newcastle Jets, Stirling Lions, Inglewood United, hingga Gwelup Croatia. Semuanya klub di Negeri Kanguru.
Di sepakbola, kiper adalah posisi yang sama pentingnya dengan bek, gelandang, atau penyerang. Untuk menjadi penjaga gawang jempolan, postur menjadi faktor utama. Meski tidak selalu kiper tinggi juga bermain bagus, postur tetap menjadi pertimbangan para pengurus klub mendatangkan kiper asing.
Ketika kompetisi profesional digelar pada 1994, banjir pemain asing langsung terjadi. Bukan hanya pemain lapangan, melainkan juga kiper. Salah satu penjaga gawang yang pernah berkiprah di Liga Indonesia adalah Sinerine. Berkebangsaan Trinidad and Tobago, Sinerine membela Petrokimia Putra pada 1994/1995.
Sayang, Sinerine gagal memberikan mahkota juara Liga Indonesia edisi perdana untuk Petrokimia. Mereka harus menyerah 0-1 dari Persib Bandung. Petrokimia sebenarnya sempat mencetak gol, tapi dianulir wasit Zulkifli Chaniago tanpa alasan jelas. Sebaliknya, gol kemenangan Persib tercipta setelah salah seorang pemain Petrokimia, Setio Burdianto diberi kartu merah.
BACA FEATURE LAINNYA
Pemain Paling Ditunggu di Liga Premier di Setiap Usia: 17 Hingga 35 Tahun
Pemain Paling Ditunggu di Liga Premier di Setiap Usia: 17 Hingga 35 Tahun
Mambalaou bergabung bersama Persija pada 1996 di usia 19 tahun. Tapi, pria asal Kamerun tersebut tidak minder menghadapi kerasnya persaingan di kompetisi elite Indonesia. Dia mampu memberikan rasa aman bagi lini belakang Macan Kemayoran selama sekitar 4 musim ketika kompetisi masih bernama Liga Indonesia dan Divisi Utama menjadi kasta tertinggi.
Puncak prestasi Mambalaou ada pada 2000/2001. Saat itu, dari 26 laga yang dijalani Persija di Wilayah Barat, gawang Mambalaou paling sedikit kebobolan. Bersama Persib Bandung, Persija sama-sama menderita 18 gol.
3. Mariusz Mucharski (Polandia)
Berkebangsaan Polandia, Mucharski mencatatkan sejarah sebagai pemain asing pertama yang pernah dikontrak Persib. Ketika itu, pada 2003, Maung Bandung membuka keran import pesepakbola dengan mendatangkan Mucharski, Pavel Bocian, Maciej Dolega, dan Piotr Orlinski. Semuanya asal Polandia, termasuk sang nakhoda, Marek Sledzianowski.
Kabur dari Indonesia, Mucharski kembali ke Polandia untuk melanjutkan karier profesional. Setelah pensiun, mantan penjaga gawang Wisla Krakow tersebut kini tercatat sebagai pelatih kiper di salah satu klub Liga Polandia, Wisla Plock.
4. Sergio Vargas (Chile)
Vargas datang ke PSM Makassar pada 2004 dengan curriculum vitae yang bagus. Sebagai orang Chile yang lahir di Argentina, Vargas sempat membela Argentina U-17 sebelum pindah haluan membela tim senior Chile pada 2001. Debutnya untuk La Roja terjadi pada 24 April 2001 melawan Uruguay ketika kalah 0-1. Dia adalah kiper utama Chile yang kandas di perempat final Copa America 2001.
Bergabung dengan Juku Eja, Vargas langsung menjadi buah bibir. Meski singkat, dia ikut membantu PSM menjadi runner-up Liga Indonesia. Sebelum meninggalkan Makassar, Vargas sempat membantu PSM tampil di Liga Champions Asia menghadapi Yokohama Marinos (Jepang) dan Shandong Luneng (China).
5. Zeng Cheng (China)
Zeng tercatat sebagai salah satu kiper sukses yang dimiliki China. Membela tim nasional pada 42 pertandingan, penjaga gawang berpostur 191 itu menjadi bagian dari generasi emas Guangzhou Evergrande ketika menjuarai Liga Super China (2013, 2014, 2015, 2016, 2017, 2019), Piala FA (2006), Piala Super China (2016, 2017, 2018), dan Liga Champions Asia (2013, 2015).
Namun, sebelum semua kesuksesan itu didapat, Zeng justru mengawali karier profesional di Indonesia Super League (ISL). Pada 2005, Zeng dipinjamkan Wuhan Guanggu ke Persebaya Surabaya. Meski singkat, Zeng mampu membuat Bonek jatuh hati. Selain penampilan yang modis layaknya personel boyband asal Taiwan yang ketika itu sedang digandrungi, F4, Zeng juga tampil bagus.
Dididik di Indonesia justru membuat mentalitas Zeng semakin tangguh. Sekembalinya ke Wuhan, dia justru mengalami peningkatan karier. Sempat membela Henan Jianye sebelum ditransfer Guangzhou, Zeng musim ini membela Shanghai Greenland Shenhua bersama Stephan El Shaarawy dan Obafemi Martins.
6. Sinthaweechai Hathairattanakool (Thailand)
Kosin membela Persib dalam 2 periode, yaitu 2006 dan 2009. Selama bermain untuk Maung Bandung, pesepakbola asal Thailand itu mampu menampilkan permainan yang bagus. Berambut agak panjang lurus dengan bandana di kepala menjadi ciri khas Kosin ketika merumput di Stadion Si Jalak Harupat. Pada 2006 dia bermain 33 kali selama satu musim penuh.. Sementara pada 2009 hanya 11 kali dalam setengah musim.
Performanya di lapangan benar-benar memikah hati suporter Persib. Kepergiannya kembali ke kampung halaman ditangisi ribuan suporter. Bahkan, ketika Kosin menggelar pertandingan perpisahan pada 2018, spanduk dari Bobotoh ikut menghiasi Stadion Rajamangala, Bangkok.
7. Evgheni Khmaruc (Moldova)
Khmaruc adalah kiper asal Moldova yang tercatat membela Persija pada 2007/2008. Berpostur 190 cm, Khmaruc datang ke Jakarta dengan catatan yang layak dipamerkan. Bersatatus kiper utama timnas Moldova, Khmaruc selalu tampil lugas mengawal pertahanan Macan Kemayoran. Pada musim itu, Persija mampu menembus semifinal Divisi Utama sebelum dikalahkan Sriwijaya FC.
Sayang, Khmaruc memiliki emosi yang labil. Dia pernah berkelahi dengan Cristian Gonzales ketika Persija berjumpa Persik Kediri. Akibatnya, Khmaruc mendapat hukuman dari PSSI.
Setelah hanya bermain satu musim di Indonesia, kiper yang didatangkan atas rekomendasi Sergei Dubrovin tersebut kembali ke kampung halamannya. Di Moldova, Khmaruc membela Cherno More, Nistru Otaci, Dinamo Bender, hingga pensiun bersama Dinamo-Auto Tiraspol pada 2014.
8. Yoo Jae-hoon (Korea Selatan)
Jae-hoon tercatat sebagai salah satu kiper asing terbaik yang pernah bermain di Indonesia. Membela Persipura Jayapura, pria asal Korea Selatan itu mempersembahkan sejumlah gelar bergengsi plus terpilih sebagai kiper terbaik Indonesia Super League (ISL). Jae-hoon kini bekerja untuk Shin Tae-yong sebagai penerjemah timnas Indonesia.
9. Deniss Romanovs (Latvia)
Punya curriculum vitae yang baik sebagai kiper timnas Latvia, Romanovs datang ke Indonesia pada saat yang salah. Pada 2011, dia datang ke Indonesia untuk bermain di kompetisi sempalan Liga Primer Indonesia (LPI) membela Cendrawasih Papua. Berhubung status LPI adalah kompetisi ilegal, karier Romanovs di Cendrawasih juga berlangsung pendek.
Namun, Romanovs belum jera untuk mencoba peruntungan di Indonesia. Dia bergabung dengan Arema Indonesia pada 2012. Sebelum kompetisi 2013 kick-off, dia dikontrak Pro Duta di Indonesia Premier League (IPL). Kompetisi yang tadinya ilegal berubah legal setelah terjadi pergantian kepemimpinan di PSSI.
Karier Romanovs di Indonesia berakhir setelah memperkuat Pelita Bandung Raya di Indonesia Super League (ISL) 2014/2015. Saat itu, dia mencatakan 29 penampilan dan membawa PBR ke semifinal.
10. Aleksandar Vrteski (Australia)
Berpostur 194 cm, Vrteski memiliki pengalaman membela timnas Australia U-17, U-20, serta Macedonia (kini Macedonia Utara) U-21. Tapi, dia datang ke Indonesia di waktu yang tidak tepat. Vrteski hadir saat Liga Primer Indonesia (LPI) menjadi kompetisi sempalan Indonesia Super League (ISL). Saat itu, dia memperkuat Solo FC sebelum berpindah ke Jakarta FC. Setelah kompetisi di Indonesia kembali normal, Vrteski jera dan tidak pernah kembali. Dari Indonesia, dia membela Newcastle Jets, Stirling Lions, Inglewood United, hingga Gwelup Croatia. Semuanya klub di Negeri Kanguru.