Liga 1 tahun ini akan sangat berbeda dibanding musim sebelumnya.
Liga 1 akan kembali bergulir pada awal bulan depan. Dalam kondisi "normal baru" ada sejumlah perubahan yang dirancang PT Liga Indonesia Baru dan PSSI, yang akan diterapkan kepada 18 klub peserta.


Mencontoh kesuksesan liga-liga di Eropa yang berhasil melanjutkan kompetisi 2019/2020 di tengah keterbatasan terkait pandemi Covid-19, PT LIB juga optimistis bisa menggelar Liga 1 2020 dengan lancar. Selain berkoordinasi dengan pemerintah dan Satgas Covid-19, mereka juga membuat sejumlah regulasi baru yang disodorkan kepada klub.


Tujuan dari perubahan regulasi adalah untuk membuat Liga 1 tetap menarik. Selain itu, kondisi keuangan klub juga menjadi perhatian serius. PT LIB tidak ingin masalah lebih pelik datang ketika kompetisi sepakbola kasta tertinggi di Indonesia tersebut diselenggarakan kembali.


Berikut ini 9 hal baru yang akan dijumpai suporter ketika Liga 1 dilaksanakan kembali setelah terhenti akibat Virus Corona:   



1. Penerapan protokol kesehatan ketat dan swab test berkala



PT LIB memastikan protokol kesehatan seperti jaga jarak, pembatasan orang di bench, dan penggunaan masker harus dijalankan. Begitu pula larangan meludah, bertukar jersey, bersalaman, hingga kewajiban mencuci tangan dengan sabun atau pemakaian handsanitizer.

Selain itu, swab test menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan semua peserta kompetisi. Rencananya, setiap tim mendapatkan 11 kali swab test dalam rentang waktu 14 hari. Tapi, sebelum PT LIB menanggung biaya swab test tersebut, setiap klub harus melakukannya sendiri ketika memulai agenda

"Swab test itu lebih ampuh dibanding rapid test. Hitungan 14 hari itu dari pemerintah. Kita hanya mengikuti Satgas (Covid-19). Itu menjadi rujukan kita untuk melakukan swab test," ujar Direktur Utama PT LIB, Akhmad Hadian.

2. Pemain yang sedang sakit dilarang ikut bermain

Berhubung Covid-19 menyerang pernapasan, maka pemain yang memiliki gejala-gelaja flu, pilek, batuk, atau demam dipastikan tidak boleh ikut bermain. Dia harus menjalani isolasi mandiri dibawah pengawasan ketat tim medis. Pemain yang mengalami gejala seperti itu akan langsung digiring ke tempat swab test sembari diobati. Jika dinyatakan positif, isolasinya dilanjutkan. Jika negatif, akan diberi pengobatan biasa hingga sembuh 100%.

3. Penggunaan pemain U-18 dan U-20

Demi kelancaran Piala Dunia U-20 2021, PT LIB mewajibkan setiap klub memasukkan 2 pemain muda di daftar susunan pemain. Tapi, tidak wajib tampil karena memainkan pemain di pertandingan menjadi otoritas penuh pelatih saat melihat kondisi dan kebutuhan tim di pertandingan.

4. Pergantian 5 pemain

Pergantian 5 pemain bukan murni ide PT LIB dan PSSI lantaran sudah diterapkan di kompetisi-kompetisi Eropa musim lalu ketika dilanjutkan setelah pandemi Covid-19. Regulasi itu muncul di Benua Biru karena Badan Asosiasi Sepakbola Internasional (IFAB) yang mengatur law of the game telah meminta FIFA untuk mengubah peraturan pergantian pemain.

Saat itu, IFAB menyarankan agar 3 pergantian pemain diganti menjadi 5. Hal tersebut dilakukan lantaran kompetisi menjalani jadwal padat. Di Eropa, regulasi seperti itu sukses diterapkan dan membuat para pemain lebih segar karena tenaganya tidak terkuras.

5. Tidak ada degradasi di akhir musim.

Tidak seperti kompetisi di Eropa yang dilanjutkan setelah penguncian wilayah, Liga 1 musim ini dipastikan tidak mengenal degradasi. PT LIB menganggap kompetisi 2020 dalam kondisi darurat sehingga tidak etis jika harus menghukum klub yang bertanding dengan degradasi.

Meski tidak ada yang turun kasta, PT LIB juga memastikan tiket promosi dari Liga 2 tetap diberikan. Nantinya, 2 tim dari kasta kedua akan promosi ke Liga 1 musim depan. Artinya, kompetisi 2021 akan diikuti 20 peserta. Jika situasinya normal, Liga 1 musim depan bisa diselenggarakan dengan normal.

6. Berpusat di Jawa dan harus menggunakan transportasi darat

Semua pertandingan akan digelar di Jawa. Klub-klub dari pulau-pulau lain harus memilih salah satu tempat di Jawa sebagai homebase sementara. Tujuannya, meminimalisasi pergerakan pemain dengan jarak yang jauh. Selain itu agar lebih efektif dan menekan biaya transportasi.

Dengan digelar di Jawa, semua peserta harus menggunakan transportasi darat. Pesawat udara dilarang dengan maksud untuk mencegah penularan Virus Corona dari orang lain di luar anggota kontingen.

"Penerbangan akan membuat persiapan tim menjadi lebih banyak. Saat pandemi ini penumpang harus tiba di bandara 4 jam sebelum terbang. Mereka juga harus menjalani pemeriksaan kesehatan . Saat tiba di bandara tujuan, mereka harus diperiksa lagi. Pemeriksaan berlanjut ketika sampai di tempat menginap dan di tempat latihan. Terlalu rumit," tambah Hadian.

7. Penyesuaian standar kelayakan venue pertandingan



Dengan menggelar laga di Jawa, klub-klub peserta wajib mencari stadion yang sudah memenuhi standar PSSI dan PT LIB. Stadion-stadion itu kebayakan juga digunakan tim dari Liga 1. Artinya, tidak menutup kemungkinan klub dari luar Jawa akan menggunakan stadion yang sama dengan tim pemilik yang sebenarnya. Misalnya, Borneo FC berbagi kandang dengan Persela Lamongan menggunakan Stadion Surajaya.

8. Kenaikan subsidi dan uang hadiah

Untuk memastikan kelancaran lalu-lintas keuangan klub, operator liga menyatakan akan menaikkan subsidi. Awalnya, klub mendapatkan Rp520 juta setiap termin. Selanjutnya, jumlahnya menjadi Rp800 juta. Jika tidak ada hambatan, uang dibayarkan mulai September 2020 hingga Februari 2021.

Selain itu, uang hadiah juga akan diberikan kepada tim yang mampu mengakhiri klompetisi di tangga paling atas. Sang juara akan digelontor uang tuani Rp1,5 miliar. Sementara runner-up Rp500 juta.

9. Klub wajib melepas pemain yang mendapat panggilan timnas

Membela tim nasional Indonesia adalah kewajiban semua pemain yang merumput di Liga 1. Artinya, para pemilik pemain tersebut tidak boleh menghalang-halangi jika panggilan datang kapan pun. Klub yang tidak mengizinkan pemainnya bergabung dengan skuad Garuda akan mendapatkan hukuman berat dari PSSI. Bisa berupa denda maupun skorsing.