Baca juga kisah Dejan Stankovic main di tiga negara. Begitu juga Alfredo d Stefano. Kok bisa?
Jika Dejan Stankovic dan Alfredo di Stefano hanya pernah membela tiga tim nasional sepanjang karier profesionalnya, Akhrik Tsveiba justru memiliki catatan memperkuat empat negara sekaligus. Bagaimana mungkin?
Pemilk nama lengkap Akhrik Sokratovich Tsveiba tersebut lahir di Gudauta, 10 September 1966. Itu adalah kota di Uni Soviet, yang sekarang masuk bagian Georgia. Bermain sebagai bek tengah maupun bek sayap, Tsveiba memulai semuanya dari Dinamo Sukhumi sebelum pindah ke Dinamo Tbilisi.
Bermain sangat bagus di Tbilisi, pesepakbola berpostur 182 cm tersebut mendapatkan panggilan tim nasional Uni Soviet. Di bawah asuhan Valeriy Lobanovskiy, dipercaya bermain pada Piala Dunia 1990. Sayang, Uni Soviet tampil buruk dan hanya mampu menjadi juru kunci Grup B di belakang Kamerun, Rumania, dan Argentina.
Setelah kembali dari Italia, Tsveiba dikontrak Dynamo Kiev. Saat itu, situasi Eropa Timur dengan kacau. Angin perubahan yang didengungkan Mikhail Gorbachev membuat Uni Soviet bubar menjadi banyak negara baru. Oleh manajemen Dynamo, Tsveiba langsung diberi paspor Ukraina.
Masalah muncul karena sebelum bubar, Uni Soviet tampil bagus di Kualifikasi Euro 1992. Berada di Grup 3, Negeri Tirai Besi mampu memuncaki klasemen akhir dengan menyingkirkan Italia, Norwegia, Hungaria, dan Siprus. Saat itu, Tsveiba juga ikut berjibaku sejak awal hingga pertandingan terakhir.
Berhubung saat Euro di Swedia berlangsung Uni Soviet sudah bubar, negara-negara pecahan sepakat membentuk timnas baru dengan label Sodruzhestvo Nezavisimykh Gosudarstv atau Persemakmuran Negara Merdeka (CIS).
Skuad CIS di Euro 1992 terbentuk dengan bermaterikan pemain-pemain dari 9 negara anggota. Tapi, kenyataannya, dari 20 pemain, Rusia mengirim wakil terbanyak dengan 14 orang. Ukraina 4 pemain, yaitu Tsveiba, Oleh Kuznetsov, Oleksiy Mykhaylychenko, dan Volodymyr Lyutyi. Sisanya, 1 pemain dari Belarus, (Sergei Aleinikov). Satu lagi mewakili Georgia (Kakhaber Tskhadadze).
CIS hanya berusia kurang 5 bulan. Mereka menjalani laga pertama versus Amerika Serikat di Miami, 25 Januari 1992, dengan kemenangan 1-0 pada uji coba internasional. CIS memainkan pertandingan terakhir pada 18 Juni 1992 di Norrkoping versus Skotlandia dengan kekalahan 0-3. Itu laga pamungkas CIS di fase grup Euro 1992.
Setelah CIS bubar, para pemain dipulangkan ke negara asal masing-masing, termasuk Tsveiba. Dia memutuskan kembali ke Ukraina dan tetap melanjutkan karier bersama Dynamo hingga 1993.
Seusai kontrak dengan Dynamo tidak diperpanjang, Tsveiba bergabung dengan KAMAZ Naberezhnye Chelny di Rusia, Qingdao Hainiu (China), dan Gamba Osaka (Jepang). Kemudian, Tsveiba kembali ke Rusia untuk memperkuat Alania Vladikavkaz pada 1997. Saat meninggalkan Dynamo, Tsveiba kehilangan status sebagai pemain timnas.
Bersama Vladikavkaz, kesempatan Tsveiba bermain di level internasional kembali terbuka. Saat Boris Ignatyev melatih Rusia pada 1996-1996, Tsveiba diberi paspor Rusia dan dimasukkan dalam skuad yang menjalani Kualifikasi Piala Dunia 1998.
Menggenakan seragam timnas keempatnya, Tsveiba bermain 8 pertandingan selama kualifikasi. Hasilnya, Rusia menjadi runner-up Grup 5 di belakang Bulgaria. Posisi itu berarti poin Beruang Merah harus disandingkan dengan 8 runner-up lainnya. Mereka kalah poin dari Skotlandia, Italia, dan Belgia. Tapi, hanya Skotlandia yang lolos ke Piala Dunia.
Dejan Stankovic tampil di 3 Piala Dunia dengan 3 negara
Selain Tsveiba, kasus yang hampir sama dialami Stankovic pada era yang tidak berbeda jauh. Sama seperti Uni Soviet, Yugoslavia juga pecah menjadi banyak negara merdeka pada 1990-an.
Stankovic tampil pertama kali di Piala Dunia pada 1998. Saat itu, Yugoslavia masih eksis sebagai negara, meski sudah ditinggalkan Bosnia-Herzegovina, Kroasia, Slovenia, dan Macedonia Utara. Bendera Yugoslavia yang sama, meski tanpa bintang merah di tengah, juga masih sempat dikibarkan Stankovic saat tampil pada Euro 2000.
Yugoslavia resmi bubar pada 2003. Lalu, Serbia dan Montenegro membentuk negara baru bernama Srbije i Crne Gore alias Serbia-Montenegro. Tidak butuh lama bagi negara pewaris Yugoslavia itu untuk ikut kompetisi sepak bola Eropa dan dunia. Mereka mengikuti Piala Dunia 2006.
Masalahnya, saat Piala Dunia digelar di Jerman, Montenegro menyatakan berpisah dengan Serbia lewat referendum yang disetujui 55% rakyat. Pada 6 Juni 2006, Montenegro resmi menjadi negara merdeka dan setelah Piala Dunia, Asosiasi Sepakbola Serbia-Montenegro bubar.
Tanpa Montenegro, Serbia berjuang sendiri. Serbia tampil di Piala Dunia 2010. Tapi, Stankovic gagal membantu The White Eagles sukses di fase grup setelah dikalahkan Ghana dan Australia. Satu-satunya kemenangan justru dipetik atas Jerman.
Alfredo di Stefano main untuk Argentina, Kolombia, dan Spanyol
Bermain di tiga negara ternyata juga sempat dialami Alfredo di Stefano. Tapi, kisah legenda Real Madrid tersebut berbeda dengan Tsveiba maupun Stankovic. Di Stefano membela Argentina, Kolombia, dan Spanyol bukan karena negara asalnya yang bubar.
Beda dengan saat ini, dulu FIFA belum punya regulasi yang melarang pemain pindah negara. Di Stefano berpindah-pindah timnas karena kepraktisan. Saat masih bermain di kampung halaman untuk River Plate dan Huracan, Di Stefano dipanggil La Albiceleste. Lalu, setelah pindah ke Millonarios di Bogota, Di Stefano bersedia memperkuat Kolombia. Begitu pula dengan Spanyol ketika bermain untuk Real Madrid.
Perbedaan lainnya adalah Di Stefano tidak pernah bermain di Piala Dunia. Saat Piala Dunia 1962 berlangsung, Di Stefano cedera hanya beberapa hari sebelum kick-off. Sebagai bentuk penghormatan, dia tetap ikut ke Chile dan diberi nomor punggung 6 lantaran nomor 9 digunakan Francisco Gento.
Pemilk nama lengkap Akhrik Sokratovich Tsveiba tersebut lahir di Gudauta, 10 September 1966. Itu adalah kota di Uni Soviet, yang sekarang masuk bagian Georgia. Bermain sebagai bek tengah maupun bek sayap, Tsveiba memulai semuanya dari Dinamo Sukhumi sebelum pindah ke Dinamo Tbilisi.
BACA FEATURE LAINNYA
4 Usaha Gagal Menyamai Sextuple Barcelona 2009, Bayern Muenchen Selanjutnya?
4 Usaha Gagal Menyamai Sextuple Barcelona 2009, Bayern Muenchen Selanjutnya?
Berhubung saat Euro di Swedia berlangsung Uni Soviet sudah bubar, negara-negara pecahan sepakat membentuk timnas baru dengan label Sodruzhestvo Nezavisimykh Gosudarstv atau Persemakmuran Negara Merdeka (CIS).
BACA FEATURE LAINNYA
5 Duet Bek Sayap Kanan-Kiri Terbaik di Eropa Saat Ini
5 Duet Bek Sayap Kanan-Kiri Terbaik di Eropa Saat Ini
CIS hanya berusia kurang 5 bulan. Mereka menjalani laga pertama versus Amerika Serikat di Miami, 25 Januari 1992, dengan kemenangan 1-0 pada uji coba internasional. CIS memainkan pertandingan terakhir pada 18 Juni 1992 di Norrkoping versus Skotlandia dengan kekalahan 0-3. Itu laga pamungkas CIS di fase grup Euro 1992.
Seusai kontrak dengan Dynamo tidak diperpanjang, Tsveiba bergabung dengan KAMAZ Naberezhnye Chelny di Rusia, Qingdao Hainiu (China), dan Gamba Osaka (Jepang). Kemudian, Tsveiba kembali ke Rusia untuk memperkuat Alania Vladikavkaz pada 1997. Saat meninggalkan Dynamo, Tsveiba kehilangan status sebagai pemain timnas.
Menggenakan seragam timnas keempatnya, Tsveiba bermain 8 pertandingan selama kualifikasi. Hasilnya, Rusia menjadi runner-up Grup 5 di belakang Bulgaria. Posisi itu berarti poin Beruang Merah harus disandingkan dengan 8 runner-up lainnya. Mereka kalah poin dari Skotlandia, Italia, dan Belgia. Tapi, hanya Skotlandia yang lolos ke Piala Dunia.
Dejan Stankovic tampil di 3 Piala Dunia dengan 3 negara
Selain Tsveiba, kasus yang hampir sama dialami Stankovic pada era yang tidak berbeda jauh. Sama seperti Uni Soviet, Yugoslavia juga pecah menjadi banyak negara merdeka pada 1990-an.
Stankovic tampil pertama kali di Piala Dunia pada 1998. Saat itu, Yugoslavia masih eksis sebagai negara, meski sudah ditinggalkan Bosnia-Herzegovina, Kroasia, Slovenia, dan Macedonia Utara. Bendera Yugoslavia yang sama, meski tanpa bintang merah di tengah, juga masih sempat dikibarkan Stankovic saat tampil pada Euro 2000.
Yugoslavia resmi bubar pada 2003. Lalu, Serbia dan Montenegro membentuk negara baru bernama Srbije i Crne Gore alias Serbia-Montenegro. Tidak butuh lama bagi negara pewaris Yugoslavia itu untuk ikut kompetisi sepak bola Eropa dan dunia. Mereka mengikuti Piala Dunia 2006.
Masalahnya, saat Piala Dunia digelar di Jerman, Montenegro menyatakan berpisah dengan Serbia lewat referendum yang disetujui 55% rakyat. Pada 6 Juni 2006, Montenegro resmi menjadi negara merdeka dan setelah Piala Dunia, Asosiasi Sepakbola Serbia-Montenegro bubar.
Tanpa Montenegro, Serbia berjuang sendiri. Serbia tampil di Piala Dunia 2010. Tapi, Stankovic gagal membantu The White Eagles sukses di fase grup setelah dikalahkan Ghana dan Australia. Satu-satunya kemenangan justru dipetik atas Jerman.
Alfredo di Stefano main untuk Argentina, Kolombia, dan Spanyol
Bermain di tiga negara ternyata juga sempat dialami Alfredo di Stefano. Tapi, kisah legenda Real Madrid tersebut berbeda dengan Tsveiba maupun Stankovic. Di Stefano membela Argentina, Kolombia, dan Spanyol bukan karena negara asalnya yang bubar.
Beda dengan saat ini, dulu FIFA belum punya regulasi yang melarang pemain pindah negara. Di Stefano berpindah-pindah timnas karena kepraktisan. Saat masih bermain di kampung halaman untuk River Plate dan Huracan, Di Stefano dipanggil La Albiceleste. Lalu, setelah pindah ke Millonarios di Bogota, Di Stefano bersedia memperkuat Kolombia. Begitu pula dengan Spanyol ketika bermain untuk Real Madrid.
Perbedaan lainnya adalah Di Stefano tidak pernah bermain di Piala Dunia. Saat Piala Dunia 1962 berlangsung, Di Stefano cedera hanya beberapa hari sebelum kick-off. Sebagai bentuk penghormatan, dia tetap ikut ke Chile dan diberi nomor punggung 6 lantaran nomor 9 digunakan Francisco Gento.