“Qatar itu di mana? Mereka bilang itu di Teluk. Saya bilang oke. Saya lalu melihat peta,” cerita Soria. Sisanya kemudian sejarah!
Ada yang unik dari daftar pencetak gol terbanyak sepanjang masa tim nasional Qatar. Bukan pemain dengan nama dalam Bahasa Arab yang ada di situ, melainkan Bahasa Spanyol. Dia adalah Andres Sebastian Soria Quintana. Bagaimana mungkin?

Soria adalah pemain tim nasional Qatar pada 2006-2017. Dia memang bukan orang Qatar asli. Penyerang berusia 36 tahun tersebut juga tidak berasal dari Jazirah Arab maupun negeri Timur Tengah lainnya. Soria lahir dan besar di Uruguay sebelum hijrah ke Qatar pada 2004.



Lahir di Paysandu, 8 November 1983, Soria menjadi salah satu contoh suksesnya program naturalisasi yang dicanangkan Asosiasi Sepakbola Qatar (QFA) pada pertengahan 2000-an. Beda dengan Indonesia yang memilih pemain bekas, QFA memberi pemain asing paspor Qatar di usia muda dan ketika dalam performa terbaik.

Soria memang telah memutuskan pensiun dari pertandingan antarnegara pada 2017 setelah bermain 123 kali. Dedikasi pemain Al-Arabi itu tidak akan pernah dilupakan masyarakat Qatar. Dia adalah pemain dengan jumlah caps terbanyak kedua setelah Hassan Al-Haydos dengan 131. Soria juga mengalahkan Wesam Rizik dengan 111 caps.

Selain itu, Soria juga masih tercatat sebagai pencetak gol sepanjang masa The Maroons dengan 40 gol. Jumlah itu lebih banyak dari Mubarak Mustafa dengan 34 gol, Mohammed Salem Al-Enazi (33 gol), dan Mansour Muftah (31 gol).

"Ketika mereka (agen) memberi tahu saya bahwa saya memiliki kesempatan bermain di Qatar, saya berkata, Qatar itu di mana? Mereka bilang itu di Teluk. Saya bilang oke. Saya pergi untuk melihat peta karena saya hanya tahu bahwa Gabriel Batistuta pernah bermain di sini sebelumnya. Jadi, saya datang pada 2004 dan mulai bermain untuk tim nasional pada 2006, saat kami dikalahkan Uzbekistan," kata Soria, tentang latar belakang bermain di Qatar, kepada Aljazeera pada 2009.

Apa yang diungkapkan Soria memang besar. Sebelum mencetak sejarah bersama The Maroons, perjalanan panjang sempat dilakoni Soria saat menekuni sepakbola. Dia pertama kali menjalani trial bersama tim di kampung halamannya, Defensor Sporting.

"Saat remaja saya pergi ke Defensor dan berlatih dua minggu. Mereka mengatakan kepada saya, maaf kami memiliki banyak pemain bagus lainnya. Kami tidak memiliki kesempatan untuk anda. Saya bilang, oke tidak masalah. Saya hanya perlu biaya bus untuk pulang. Saya tidak kecewa atau sedih. Saya terus bermain di liga amatir," ungkap Soria.

Soria benar-benat membuktikan ucapannya. Dia tidak menyerah dan terus menekuni sepakbola. Suatu ketika, seseorang yang sedang bersepeda melihat aksi bermain Soria. Orang itu kemudian memperkenalkan Soria kepada agen pemain  dan mengirimnya ke Montevideo.

Dari situlah Soria akhirnya bisa memperkuat Liverpool de Montevideo saat dilatih Julio Ribas pada 2002. Liverpool adalah salah satu klub elite di Uruguay selain Penarol, Nacional, dan Danubio.

Namun, perjalanan karier Soria di kampung halaman tak berlangsung lama. Setelah merumput 2 tahun dengan 49 pertandingan dan 11 gol di kasta tertinggi kompetisi Uruguay, Soria mulai mencari tantangan baru. Agennya mengirimkan rekaman pertandingan dirinya ke bebarapa klub di Eropa, Timur Tengah, hingga Asia Timur.

Tiba-tiba, Soria mendapatkan telepon dari pelatih legendaris Prancis, Bruno Metsu. Nakhoda Senegal di Piala Dunia 2002 tersebut ketika itu melatih Al-Gharafadi Liga Qatar. Dia meminta Soria bergabung pada 2004.

Awalnya, Soria bingung mengambil sikap. Tapi, setelah berpikir panjang dan meminta saran keluarga, dia setuju terbang ke Doha. Ternyata, dia membuat keputusan tepat dengan bergabung bersama Al-Gharafa. Saat debutnya bersama The Cheetahs, dia langsung mempersembahkan trofi Liga Qatar 2004/2005.

Soria juga melakukan hal sama ketika hijrah ke Qatar SC. Saat itu, dirinya meraih Qatar Crown Prince Cup 2009. Penampilannya membuat sejumlah klub Eropa seperti Udinese, Getafe, hingga Atletico Madrid mengajukan undangan trial. Tapi, Soria memutuskan bertahan di Qatar.

Penampilan apik bersama Qatar SC ternyata membuat Dzemaludin Musovic, pelatih Qatar saat itu, tertarik. Dia memanggil Soria bergabung bersama The Maroons untuk pertarungan internasional.

Sejak pemanggilan pertama di timnas, Soria tidak pernah absen. Dia hanya berhalangan hadir ketika cedera atau mendapatkan hukuman kartu. Soria menjadi pemain penting ketika Qatar tampil di Piala Asia 2007 dan 2011. Dia juga terlibat di semua pertandingan Kualifikasi Piala Dunia yang dijalani Qatar pada masa tersebut.

"Saya selalu berpikir positif dan yakin suatu saat nanti Qatar akan tampil di Piala Dunia," ucap Soria. Harapan Soria beberapa tahun lalu benar-benar akan terwujud pada 2022. Pasalnya, Qatar akan lolos otomatis sebagai tuan rumah. Kemungkinan besar Soria hanya akan menjadi penonton.