Tanpa Gullit, sepakbola Inggris tidak akan seperti sekarang. Dia mendatangkan Vialli, Zola, di Matteo dan juga Lebouef.
Chelsea yang kita lihat dalam satu dekade belakangan adalah lintasan sejarah, tak ada prestasi yang datang dalam semalam. Klub yang berdiri pada awal abad ke-19 itu telah ikut serta dalam jatuh bangun kompetisi sepakbola lokal.

Pada tahun 1978, saat liga masih bernama Divisi Satu dan Divisi Dua, Chelsea pernah hampir bangkrut, capaian tertinggi The Blues mentok di urutan 13 klasemen.

Namun, ketika tahun 1982, saat Chelsea dibeli oleh Ken Bates, segalanya mulai berbalik. Meski pasang surut, Chelsea pernah menyelesaikan musim sebagai juara.

Tahun demi tahun terlewati, hingga sampailah pada musim panas 1995, The Blues kedatangan pemenang Ballon D'or, pencetak gol yang ditakuti Eropa, legenda AC Milan yang mempersembahkan puluhan piala. Dialah Ruud Gullit, kedatangan laki-laki Belanda itu kelak akan mengubah jalannya sejarah tidak hanya Chelsea tetapi juga Liga Premier.

Berbicara kepada BBC pada bulan Juni, Gullit mengatakan tentang kepindahannya, “Ketika saya bergabung dengan Chelsea, pada bulan Juni 1995, Liga Premier sangat berbeda dengan yang sekarang.”

“Saya bukan pemain luar negeri pertama yang datang ke sini, tapi saya adalah salah satu yang pertama datang dengan nama besar, dari liga yang lebih besar, seperti Serie A,” ujar Gullit.

Lalu ia menambahkan, dan makin mempertegas betapa masih mediokernya Liga Premier kala itu. “Melihat ke belakang, Italia adalah rajanya saat itu - semua pemain terbaik ada di sana. Sepak bola Inggris adalah perbandingan yang sangat mendasar, dan Inggris ingin memiliki orang-orang dari luar sehingga mereka dapat mencoba untuk mengembalikan permainan mereka ke level tertinggi Eropa.”

Mantan bek Chelsea David Lee, yang membuat 151 penampilan selama 10 tahun tinggal di klub, mengenang saat skuad mengetahui tentang kedatangan Gullit.

“Semua orang sangat mengantisipasi pemain sekaliber Ruud datang ke Stamford Bridge”. Lee lalu menambahkan, “Sangat menyenangkan bisa belajar darinya baik di tempat latihan maupun di lapangan. Dia selalu punya waktu untuk membantu saya dengan nasihat.”

Bukan hanya para pemain yang bersemangat atas kedatangan gelandang pemenang Piala Eropa itu. Para penggemar juga merayakannya dengan penuh ketidakpercayaan. Misalnya saja Chris Wright, penulis situs Chelsea Rewind, mengatakan, “Keputusan Ruud bermain untuk Chelsea seperti sebuah mimpi. Meskipun karier bermainnya hampir berakhir, dia masih memiliki banyak hal untuk ditawarkan.”

"Kami semua akhirnya bisa mempercayainya saat melihat gambar di koran keesokan harinya. Ruud dan Glenn Hoddle dengan syal Chelsea di sekeliling mereka sementara Ruud mengenakan seragam kandang baru 'Coors' di atas kemeja dan dasinya,” ujarnya.

Mantan striker Chelsea Gavin Peacock, berbicara kepada situs Chelsea Rewind, ia mengenang dampak Gullit di atas lapangan hijau, dengan segala puja-puji. “Ruud menciptakan minat dunia pada Chelsea, dan saya berhasil dari enam atau tujuh gol terakhir saya, lima di antaranya karena dibantu oleh Ruud."

“Dia bisa saja meledak saat menguasai bola dan Anda tahu ketika Ruud menguasai bola, Anda tidak bisa berbuat apa-apa, karena Anda tahu dia akan mempertahankannya. Dia akan selalu melakukan hal yang benar.
"Sangat menyenangkan bisa bermain dengannya di lapangan,” tutup Peacock.

Ruud Gullit Melatih Chelsea

Menjelang akhir musim 1995/96, Chelsea yang saat itu dilatih oleh Glen Hoddle dikabarkan bakal meninggalkan klub dan ia akan naik pangkat menjadi pelatih baru untuk timnas Inggris. Gullit yang masih aktif bermain, ditunjuk sebagai penggantinya, ia memainkan peran manajer-pemain, seperti yang belakangan pernah dilakukan oleh Ryan Giggs di United.

Daya tarik Gullit terbukti mujur, dengan tiga pemain baru di musim panas 1996, ia menciptakan lebih banyak gebrakan di Stamford Bridge.



Setelah awal yang lambat,  bersama Ruud Gullit sebagai pelatih, Chelsea segera mulai memainkan sepakbola yang menghibur.

Mereka adalah Gianluca Vialli yang tiba dengan status bebas transfer dari Juventus. Rekan Italia lainnya, Roberto Di Matteo, didatangkan dari Lazio dan bek tengah Prancis Frank Leboeuf tiba dari Strasbourg.

Lalu musim berikutnya, Gullit mengontrak Gianfranco Zola dari Parma. Laki-laki Italia itu kemudian dianggap oleh banyak orang sebagai salah satu pemain terbaik Chelsea.

Menyusul kemudian, kiper Belanda Ed de Goey, bek Celestine Babayaro dan Graeme Le Saux, gelandang Gus Poyet dan striker Tore Andre Flo.

Namun pada Februari 1998, berita mengejutkan pemecatan Gullit sebagai manajer Chelsea diumumkan. Gullit dan dewan direksi Chelsea bertengkar di depan umum tentang alasan di balik keputusan sepihak itu.

Dewan direksi mengklaim mereka telah menawarkan untuk menaikkan gaji Gullit dengan bayaran tertinggi di Liga Premier, sementara pemain Belanda itu mengklaim dia hanya memiliki satu pertemuan dengan klub tentang memperpanjang masa melatihnya, dan tidak ada pembicaraan soal itu.

"Gullit meninggalkan warisan yang berharga, baik sebagai pemain, saat dia membuat kami lebih baik, atau sebagai pelatih yang memenangkan Piala FA dan merekrut beberapa pemain top," kata mantan pemain Chelsea David Lee.

Karier Kepelatihan Ruud Gullit

Tak lama dari pemecatannya, pada 27 Agustus 1998, Gullit kembali melatih, kali ini di Newcastle United di mana ia menggantikan Kenny Dalglish.

Gullit tiba dengan janji untuk membawa 'sepak bola seksi' kembali ke Timur Laut. Tetapi tim berjuang setelah awal yang buruk, Newcastle hanya mampu finis di posisi ke-13.

Tapi bagaimanapun, pada musim itu, mereka berhasil mencapai final Piala FA, namun sayang dan lagi-lagi, Gullit hanya menikmati waktu yang sebentar, duduk perkaranya, ia berselisih dengan pemain bintang Alan Shearer.

Meski demikian, pengaruh Gullit pada permainan sepakbola Liga Inggris masih terlihat jelas. Chelsea kemudian memenangkan Piala Winners dan Piala FA lainnya di bawah penggantinya Vialli.

Sejak saat itu, sebagian besar pemain yang diboyong Gullit masih di Chelsea dan menjadi pemain kunci dalam membantu tim mengamankan Liga Champions pada tahun 2003, yang pada akhirnya akan membuat Roman Abramovich membeli klub London Utara tersebut.

Selain dua klub Liga Premier di atas, Ruud Gullit juga pernah menangani Feyenoord dan LA Galaxy. Terakhir kali Ruud Gullit menjadi pelatih pada musim 2017, itupun bukan pelatih penuh,  hanya sebatas asisten manajer Dick Advocaat di Timnas Belanda.

Tapi karier melatihnya jauh di bawah capaian sewaktu ia masih sebagai pesepakbola aktif. Sebagai pemain Ruud hampir pernah mencicipi semua trofi dan penghargaan individu.

Pasca gantung sepatu, Gullit sekarang adalah tamu reguler di Sky Sports sebagai pakar untuk pertandingan Chelsea, ia juga menceritakan kisah perilisan seragam kandang Chelsea musim 2020/21 baru-baru ini, dan itu secara tak langsung menunjukkan hubungannya yang baik dengan klub bahkan hingga hari ini.

Jelas tanpa keberadaan Ruud Gullit segalanya akan terlihat jauh berbeda, tidak hanya untuk Chelsea, tetapi untuk Liga Premier secara keseluruhan.

Ruud adalah pemicu klub-klub Liga Premier untuk mendatangkan pemain kelas wahid lainnya, kita tahu, awal tahun 90an adalah musim dimana kompetisi yang kini jadi paling elit itu baru seumur jagung.