Pemain Belanda identik dengan AC Milan, tetapi Juventus juga pernah mempekerjakan pemain negeri Oranje.
Saat datang ke Juventus Stadium pada musim panas tahun lalu dengan fee 75 juta euro dari Ajax Amsterdam, harapan besar dibebankan kepada Matthijs de Ligt. Sebagai pemain bertahan, dia diyakini bisa memperkokoh lini belakang La Vecchia Signora.

Meski membantu Juventus menjuarai Serie A 2019/2020, performa De Ligt ternyata tidak terlalu maksimal. Berpasangan dengan Leonardo Bonucci atau Giorgio Chiellini, dia hanya merumput 29 kali di Serie A. Dia gagal membantu Juventus memenangkan Coppa Italia setelah dikalahkan Napoli. De Ligt juga tidak bermain saat Juventus kalah di Supercoppa Italiana dari Lazio.

Untuk musim ini, De Ligt adalah salah pemain yang menghilang dari satrting line-up Juventus di Serie A maupun Liga Champions. Pemuda berusia 21 tahun tersebut harus berurusan dengan tim medis karena cedera bahu.



Selama De Ligt tidak bermain, Juventus memang belum pernah kalah di Serie A. Tapi, mereka belum berhasil memuncaki klasemen sementara setelah menang 2 kali dan imbang 3 kali dari 5 pertarungan. Sementara di Liga Champions, La Vecchia Signora baru saja dikalahkan Barcelona setelah memetik 3 poin atas Dynamo Kiev.

Sebagai pesepakbola asal Belanda yang bersinar di usia muda bersama Ajax, harapan fans Juventus kepada De Ligt sangat besar. Meski bermain bersama pemain idolanya, Cristiano Ronaldo, De Ligt dihadapkan pada fakta bahwa sangat jarang pesepakbola asal Belanda yang bermain di Juventus Stadium.

Sepanjang sejarah, hanya ada tiga pemain Belanda yang merumput di Juventus sebelum De Ligt. Ada yang sukses, tapi ada juga yang tidak mampu bermain membanggakan. Berikut ini ketiga pemain tersebut:


1. Edgar Davids



Bermain sejak 1 Januari 1998 hingga 1 Juli 2004, gelandang yang didatangkan dari AC Milan itu merumput pada 235 pertandingan dan memproduksi 10 gol. Dikenal dengan gaya berkacamata, Davids adalah pemain tengah pekerja keras yang sangat mobile dan lugas mengamankan area kekuasaannya.

Enam tahun di Turin, David sukses besar. Dia membantu tim berseragam hitam-putih meraih gelar Serie A 1997/1998, 2001/2002, dan 2002/2003. Ada lagi dua Supercoppa Italiana dan Piala Intertoto. Saat itu, Marcello Lippi pernah menggambarkan Davids sebagai "ruang mesin dengan operator satu orang".

Davids sering menjadi inspirasi di kompertisi Eropa. Dia bermain 15 kali saat Juventus berhasil mencapai final Liga Champions 2002/2003 sebelum dikalahkan AC Milan melalui adu penalti. Dia sebelumnya juga berhasil mencapai final Liga Champions dengan Juventus pada 1997/1998, semifinal1998/1999, serta mencapai Final Coppa Italia 2001/2002.


2. Edwin van der Sar



Pada 1999, Van der Sar sebagai salah satu penjaga gawang top Eropa. Dia menarik perhatian Manchester United, yang sedang mencari pengganti Peter Schmeichel. Tapi, dia justru pindah ke Juventus dengan 5 juta pounds. Van der Sar menjadi orang non-Italia pertama yang menjaga gawang untuk klub Turin.

Van der Sar melakukan debut saat imbang 1-1 dengan Reggina di Stadio delle Alpi. Selanjutnya, dia adalah penjaga gawang pilihan pertama selama dua musim pertamanya di Italia.  Pada hari terakhir musim 1999/2000,  Juventus kalah dari Perugia  setelah Van der Sar dipecundangi tendangan voli Alessandro Calori. Hasilnya,  Lazio menyalip Juventus dan memenangkan trofi Serie A dengan selisih 1 poin.

Musim-musim berikutnya kurang sukses. Van der Sar melakukan beberapa kesalahan, termasuk kesalahan yang ikonik dalam pertandingan kandang melawan AS Roma di Serie A pada 6 Mei 2001. Ketika itu, dia gagal menangkap tembakan Hidetoshi Nakata sehingga memungkinkan Vincenzo Montella memanfaatkan bola rebound untuk membuat skor 2-2. Akhirnya, Roma juara dan Juventus runner-up.

Akibat sejumlah kesalahan, Van der Sar kehilangan tempat di skuad utama pada musim panas 2001. Penyebabnya, Gianluigi Buffon datang dari Parma dengan 32,6 juta pounds. Itu rekor dunia untuk penjaga gawang pada masa tersebut.


3. Eljero Elia

Didatangkan dari Hamburg SV pada 31 Agustus 2011, Elia ditebus 9 juta euro. Dia melakukan debut pada 25 September 2011 dengan hasil imbang 1-1 melawan Catania. Setelah itu, dia bermain lagi pada 4 pertandingan tanpa mampu mengetarkan jala lawan.

Meski Juventus memenangkan gelar Serie A dengan permainan yang membanggakan, Elia tidak banyak berkontribusi. Pada akhirnya dia mengumumkan meninggalkan klub untuk menghidupkan kembali kariernya di tempat lain. Pada 11 Juni 2012, Elia menyerahkan permintaan transfer yang dikabulkan Juventus. Elia dibiarkan kembali ke Bundesliga untuk memperkuat Werder Bremen.

"Juventus telah memberi tahu saya bahwa saya akan diizinkan pergi. Saya hanya ingin menikmati bermain sepakbola lagi. Agen saya sedang mengurusnya dan dia akan menghubungi saya saat tawaran dari klub sudah pasti," kata Elia saat itu kepada Eredivisie Live.