Dengan sistem dan kedisiplinan yang lebih baik dari Indonesia, penyelenggaraan Liga Thailand di tengah pandemi tidak menimbulkan masalah.
Saat semua pemain Liga 1 sedang menganggur karena kompetisi libur sangat panjang, Rudolof Yanto Basna justru menjadi salah satu pesepakbola Indonesia yang menikmati petualangan di lapangan hijau. Bek asal Papua itu merumput di Liga Thailand bersama PT Prachuap FC.
Beda dengan sepakbola di Indonesia yang mati suri, kompetisi di Thailand tetap berjalan normal dengan berpedoman pada protokol kesehatan Covid-19. Sempat dihentikan pada awal-awal masa pandemi, Thai League 1 dilanjutkan kembali setelah penyebaran Virus Corona bisa dikontrol.
Beda dengan kompetisi di Eropa yang digelar di stadion tertutup, Asosiasi Sepakbola Thailand (FAT) tetap mengizinkan pertandingan dihadiri penonton. Syaratnya, stadion hanya boleh diisi 50% dari kapasitas serta penerapan prinsip jaga jarak dan penggunaan masker secara disiplin.
Dengan sistem dan kedisiplinan yang lebih baik dari Indonesia, penyelenggaraan Liga Thailand di tengah pandemi tidak menimbulkan masalah. Para pemain, baik lokal maupun asing, juga terlihat menikmati jalannya pertandingan, termasuk Basna. Dia menjadi satu-satunya Tenaka Kerja Indonesia (TKI) yang masik eksis di kompetisi Negeri Gajah Putih.
Sebelum Basna, Liga Thailand juga sempat mempekerjakan beberapa pemain Indonesia. Contohnya, Terens Puhiri, Irfan Bachdim, Ryuji Utomo, Greg Nwokolo, Victor Igbonefo, serta Sergio van Dijk. Tapi, mereka tidak bertahan lama karena sejumlah alasan.
Berikut ini 5 fakta menarik terkait kiprah Basna di sepakbola Thailand:
1. Berawal dari Thai League 2
Setelah bermain untuk Sriwijaya FC pada 2017, Basna memutuskan menjalani karier di Thailand pada 2018. Saat itu, dia dikontrak Khon Kaen FC. The T-Rexs baru saja naik kasta dari Divisi III ke Divisi II (Thai League 2). Meski berstatus pemain nasional, Basna tidak malu berjibaku di klub kecil di kasta bawah.
"Senang menjadi bagian Khon Kaen. Klub ini punya potensi berada di atas. Saya melihat ini kesempatan dan suasana di dalam tim seperti keluarga. Selalu hangat. Kerja sama akan membawa tim ke tempat yang tinggi di negara ini," kata Basna saat itu di situs resmi Khon Kaen.
Beroperasi sebagai bek, Basna bermain bersama beberapa pemain asing Khon Kaen lainnya seperti Marc Landry Babo (Pantai Gading), Darko Tasevski (Macedonia Utara), Kim Seong-hyeon (Korea Selatan), hingga David Bala dan Renan Marques (Brasil). Hasilnya, Khon Kaen nyaris promosi setelah hanya bertengger di posisi 4 klasemen akhir. Mereka hanya terpaut 1 poin tim peringkat 3, Chiangmai FC.
Meski gagal membawa Khon Kaen promosi, keinginan pemuda kelahiran Sorong, 12 Juni 1995, tersebut untuk bermain di Thai League 1 terwujud pada 2019. Dia mendapatkan kontrak 1 tahun dari Sukhothai FC.
2. Menyelamatkan Sukhothai FC dari jurang degradasi
Level persaingan Thai League 1 yang lebih ketat dari Thai League 2 ternyata tidak membuat Basna loyo. Dia harus bersaing dengan sejumlah pemain asing lain untuk bisa mendapatkan menit bermain. Saat itu, The Fire Bat juga mempekerjakan Joel Sami (Kongo), John Baggio (Madasgascar), Irvin Herrera (El Salvador), Jung Myung-oh (Korea Selatan) dan Iain Ramsay serta Joshua Grommen (Filipina).
Pada musim tersebut, Basna memang hanya bermain 11 kali dan mencetak 2 gol. Tapi, salah satu pertandingan yang dijalani Basna akan dikenang suporter Sukhothai untuk waktu lama. Laga itu melawan Nakhonratchasima Mazda.
Saat itu, Sukhothai sempat unggul 2-0. Lalu, Basna menciptakan gol bunuh diri sehingga skornya 2-1. Mazda sempat bangkit untuk membuat skor imbang 2-2. Tiba-tiba, Basna mencetak gol dan membawa timnya kembali unggul (3-2). Akhirnya, Sukhothai menang 4-2.
Di akhir klasemen, Sukhothai ada di posisi 12 dengan 34 poin atau sama dengan Mazda. Keduanya unggul 4 poin dari tim peringkat 15 dan 16, yang harus turun ke Thai League 2.
3. Pilihan utama di lini belakang PT Prachuap FC
Sejauh ini, Prachuap sudah memainkan 11 pertandingan dengan hasil 9 poin dari 2 kemenangan, 3 imbang, dan 6 kalah. Dari jumlah tersebut, Basna bermain 10 kali dengan mayoritas masuk starting line-up. Menggunakan nomor punggung 4, dia adalah pemain yang sangat diandalkan di lini belakang The Killer Wasp.
Selain karena kemampuan yang semakin bagus, Basna juga diuntungkan karena menjadi satu-satunya pemain asing di posisi bek yang membela Prachuap musim ini. Lima pemain lainnya beroperasi di tengah dan depan seperti William Henrique dan Willen Mota (Brasil), Yoo Jun-soo (Korea Selatan), Soukaphone Vongchiengkham (Laos), dan Iain Ramsay (Filipina).
4. Sempat terima gaji 50%, kini 100% lagi
Ketika kompetisi di Thailand terhenti akibat pandemi, klub-klub juga melakukan penyesuaian. Sesuai regulasi, mereka memotong gaji para pesepakbola profesional hinggal 50%. Itu berbeda dengan Indonesia yang mencapai 75%.
Saat Maret dan April, Basna masih menerima gaji 100%. Lalu, Mei, Juni, Juli, Agustus, dia mendapatkan potongan 50%. Sejak September ketika kompetisi digulirkan kembali, Basna mengantongi bayaran 100%. Untuk nominal, rahasia. Yang pasti jauh lebih besar dari bayaran yang didapatkan di Liga 1. Apalagi, Basna juga menerima fasilitas penunjang seperti rumah dan mobil.
5. Tidak melupakan pendidikan tinggi
Meski bermain di luar negeri, Basna ternyata tidak lupa menyelesaikan kuliahnya di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (SPd), Basna harus melalui jalan berliku. Lokasi yang terpisah negara membuat dia sempat stres. Beruntung, kampus mengizinkan dirinya menjalani pembelajaran online selama 3 tahun.
Basna mendapatkan kesempatan berkuliah di UNY berkat kerja sama dengan PSSI, beberapa tahun lalu. Ketika itu, 25 pemain timnas U-19 yang meraih gelar juara Piala AFF 2013 mendapatkan beasiswa pendidikan. Tapi, di tengah jalan kerja sama terhenti setelah peralihan kepengurusan.
Sejumlah pemain memilih mundur karena terkendala biaya, jarak, dan waktu. Tapi, Basna tetap meneruskan kuliah, meski harus menggunakan biaya sendiri dan terkendala jarak. "Ada sesuatu yang harus kita tekuni dengan sungguh-sungguh, yaitu talenta. Tapi, tidak mengesampingkan hal penting lainnya, yaitu pendidikan," tulis Basna di akun Instagram miliknya, @yanto_basna, beberapa hari lalu.
Beda dengan sepakbola di Indonesia yang mati suri, kompetisi di Thailand tetap berjalan normal dengan berpedoman pada protokol kesehatan Covid-19. Sempat dihentikan pada awal-awal masa pandemi, Thai League 1 dilanjutkan kembali setelah penyebaran Virus Corona bisa dikontrol.
BACA FEATURE LAINNYA
10 Kiper Liga Premier dengan Gaji Tertinggi, Meski Cadangan Kepa di Nomor 2
10 Kiper Liga Premier dengan Gaji Tertinggi, Meski Cadangan Kepa di Nomor 2
1. Berawal dari Thai League 2
Setelah bermain untuk Sriwijaya FC pada 2017, Basna memutuskan menjalani karier di Thailand pada 2018. Saat itu, dia dikontrak Khon Kaen FC. The T-Rexs baru saja naik kasta dari Divisi III ke Divisi II (Thai League 2). Meski berstatus pemain nasional, Basna tidak malu berjibaku di klub kecil di kasta bawah.
BACA BIOGRAFI LAINNYA
Kisah Hidup Giorgio Squinzi, Silvio Berlusconi-Massimo Moratti ala Sassuolo
Kisah Hidup Giorgio Squinzi, Silvio Berlusconi-Massimo Moratti ala Sassuolo
Beroperasi sebagai bek, Basna bermain bersama beberapa pemain asing Khon Kaen lainnya seperti Marc Landry Babo (Pantai Gading), Darko Tasevski (Macedonia Utara), Kim Seong-hyeon (Korea Selatan), hingga David Bala dan Renan Marques (Brasil). Hasilnya, Khon Kaen nyaris promosi setelah hanya bertengger di posisi 4 klasemen akhir. Mereka hanya terpaut 1 poin tim peringkat 3, Chiangmai FC.
2. Menyelamatkan Sukhothai FC dari jurang degradasi
Level persaingan Thai League 1 yang lebih ketat dari Thai League 2 ternyata tidak membuat Basna loyo. Dia harus bersaing dengan sejumlah pemain asing lain untuk bisa mendapatkan menit bermain. Saat itu, The Fire Bat juga mempekerjakan Joel Sami (Kongo), John Baggio (Madasgascar), Irvin Herrera (El Salvador), Jung Myung-oh (Korea Selatan) dan Iain Ramsay serta Joshua Grommen (Filipina).
Saat itu, Sukhothai sempat unggul 2-0. Lalu, Basna menciptakan gol bunuh diri sehingga skornya 2-1. Mazda sempat bangkit untuk membuat skor imbang 2-2. Tiba-tiba, Basna mencetak gol dan membawa timnya kembali unggul (3-2). Akhirnya, Sukhothai menang 4-2.
Di akhir klasemen, Sukhothai ada di posisi 12 dengan 34 poin atau sama dengan Mazda. Keduanya unggul 4 poin dari tim peringkat 15 dan 16, yang harus turun ke Thai League 2.
3. Pilihan utama di lini belakang PT Prachuap FC
Sejauh ini, Prachuap sudah memainkan 11 pertandingan dengan hasil 9 poin dari 2 kemenangan, 3 imbang, dan 6 kalah. Dari jumlah tersebut, Basna bermain 10 kali dengan mayoritas masuk starting line-up. Menggunakan nomor punggung 4, dia adalah pemain yang sangat diandalkan di lini belakang The Killer Wasp.
Selain karena kemampuan yang semakin bagus, Basna juga diuntungkan karena menjadi satu-satunya pemain asing di posisi bek yang membela Prachuap musim ini. Lima pemain lainnya beroperasi di tengah dan depan seperti William Henrique dan Willen Mota (Brasil), Yoo Jun-soo (Korea Selatan), Soukaphone Vongchiengkham (Laos), dan Iain Ramsay (Filipina).
4. Sempat terima gaji 50%, kini 100% lagi
Ketika kompetisi di Thailand terhenti akibat pandemi, klub-klub juga melakukan penyesuaian. Sesuai regulasi, mereka memotong gaji para pesepakbola profesional hinggal 50%. Itu berbeda dengan Indonesia yang mencapai 75%.
Saat Maret dan April, Basna masih menerima gaji 100%. Lalu, Mei, Juni, Juli, Agustus, dia mendapatkan potongan 50%. Sejak September ketika kompetisi digulirkan kembali, Basna mengantongi bayaran 100%. Untuk nominal, rahasia. Yang pasti jauh lebih besar dari bayaran yang didapatkan di Liga 1. Apalagi, Basna juga menerima fasilitas penunjang seperti rumah dan mobil.
5. Tidak melupakan pendidikan tinggi
Meski bermain di luar negeri, Basna ternyata tidak lupa menyelesaikan kuliahnya di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (SPd), Basna harus melalui jalan berliku. Lokasi yang terpisah negara membuat dia sempat stres. Beruntung, kampus mengizinkan dirinya menjalani pembelajaran online selama 3 tahun.
Basna mendapatkan kesempatan berkuliah di UNY berkat kerja sama dengan PSSI, beberapa tahun lalu. Ketika itu, 25 pemain timnas U-19 yang meraih gelar juara Piala AFF 2013 mendapatkan beasiswa pendidikan. Tapi, di tengah jalan kerja sama terhenti setelah peralihan kepengurusan.
Sejumlah pemain memilih mundur karena terkendala biaya, jarak, dan waktu. Tapi, Basna tetap meneruskan kuliah, meski harus menggunakan biaya sendiri dan terkendala jarak. "Ada sesuatu yang harus kita tekuni dengan sungguh-sungguh, yaitu talenta. Tapi, tidak mengesampingkan hal penting lainnya, yaitu pendidikan," tulis Basna di akun Instagram miliknya, @yanto_basna, beberapa hari lalu.