Siapa menyangka Gareth Bale dulunya bek kiri. Perubahan posisi paling fenomenal dirasakan Andrea Pirlo.
Selain talenta, posisi di lapangan terkadang menentukan peruntungan seorang pesepakbola. Ada banyak contoh pemain yang ternyata mampu menjadi bintang saat tidak bermain di posisi aslinya.
Pada permainan sepakbola, terdapat banyak posisi di lapangan. Ada yang bertugas sebagai pemain bertahan, pemain tengah, maupun penyerang. Biasanya, pelatih menempatkan pemain di posisi yang disesuaikan dengan banyak hal. Ada yang karena talentannya. Tapi, tidak sedikit yang terpaksa.
Tidak semua pemain yang bermain sesuai keinginannya sukses. Ada juga yang gagal. Begitu pula tudak selamanya pemain yang dipaksa di posisi tertentu oleh pelatihnya akan gagal. Terdapat banyak contoh pemain sukses. Beberapa bahkan merasa nyaman dengan posisi yang diberikan pelatihnya.
Berikut ini contoh 12 pemain yang sukses saat berubah posisi sesuai keinginan sang pelatih:
1. Thierry Henry
Ketika Arsenal mengontrak Henry dari Juventus pada 1999, dia adalah pemain sayap murni. Di posisi itu, dia berjuang untuk mendapatkan posisi utama di Serie A. Tapi, Arsene Wenger punya ide lain. Pemikiran briliannya mengubah nasib Henry dan peruntungan Arsenal selama bertahun-tahun.
"Pada titik tertentu, saya ingin pergi ke Wenger dan mengatakan kepadanya untuk menempatkan saya kembali melebar. Kemudian, saya berkata pada diri sendiri bahwa saya harus bereaksi, bahwa saya tidak akan gagal untuk kedua kalinya, hanya beberapa bulan setelah pengalaman negatif di Turin," kata Henry saat itu.
Pelajaran sempurna dalam ketekunan, Henry kemudian mencetak 228 gol dalam 376 pertandingan untuk The Gunners. Wenger bisa merasa sangat puas tentang yang satu ini.
2. Gareth Bale
Banyak yang lupa bahwa ketika memperkenalkan kepada dunia lewat hattrick yang luar biasa melawan Inter Milan di Stadio Giuseppe Meazza pada 2010, Bale tidak bermain di posisi sekarang sebagai sayap murni. Saat itu dia mengenakan nomor punggung 3 dan berperan sebagai fullback kiri.
"Hal yang paling menakjubkan adalah ketika kami melawan mereka di kandang, mereka meninggalkan Maicon di bek kanan, satu lawan satu, melawan Gareth. Dia menghancurkannya lagi. Itu adalah akhir dari Maicon. Dia berubah dari bek kanan terbaik di dunia menjadi yang terburuk," kata Pelatih Spurs saat itu, Harry Redknapp, kepada Daily Telegraph pada 2015.
3. Bastian Schweinsteiger
Dengan Sami Khedira cedera saat pemanasan dan Christoph Kramer mengalami masalah di kepala akibat benturan pada awal pertandingan, artinya Toni Kroos berjuang sendirian. Tapi, Joachim Loew memiliki pemain sayap yang sudah diubah menjadi gelandang tengah oleh pelatihnya di Bayern Muenchen, yaitu Bastian Schweinsteiger. Hasilnya, Jerman juara Piala Dunia 2014.
Apa jadinya jika Bayern tidak mengubah posisi Schweinsteiger? Tapi, suami Ana Ivanovic itu benar-benar melanjutkan tradisi Bayern yang pernah dikerjakan kepada Jens Jeremies, Niko Kovac, Owen Hargreaves, atau Michael Ballack.
4. Javier Mascherano
Tidak ada rasa malu karena tidak mampu menembus lini tengah Barcelona yang terdiri dari Sergio Busquets, Xavi Hernandez, dan Andres Iniesta. Javier Mascherano justru mengubah dirinya sebagai bek tengah jempolan. Hasilnya, luar biasa. Dia menjadi salah satu benteng pertahanan tangguh dalam sejarah Barcelona dengan sejumlah gelar bergengsi. Dia juga sangat menikmati peran itu di Piala Dunia 2014, meski kalah di final.
5. Vincent Kompany
Selain masalah cedera, ada argumen kuat bahwa Vincent Kompany telah menjadi salah satu transfer terbaik Manchester City di era Sheikh Mansour. Tapi, sebelum menjadi bek tengah, pria Belgia itu adalah gelandang. Bahkan, ketika Mark Hughes masih melatih Man City, Kompany tetap bermain di lini tengah. "Posisi favorit saya adalah di lini tengah," kata Kompany pada 2009.
6. Andrea Pirlo
Andrea Pirlo dikenal sebagai deep-lying playmaker terbaik yang pernah dihasilkan sepakbola. Orang yang paling berjasa terhadap karier Pirlo adalah Carlo Ancelotti. "Dia mengubah karier saya. Dia menempatkan saya di depan pertahanan. Kami berbagi beberapa momen tak terlupakan. Kami memiliki masa lalu yang luar biasa bersama," ujar Pirlo.
Banyak yang lupa bahwa pelatih Juventus itu memulai sepakbola di posisi menyerang. Layaknya Francesco Totti, Pirlo merupakan trequartista. Dia adalah pemilik nomor 10 yang beroperasi di belakang dua striker. Peran itu tidak sukses dijalankan Pirlo di Brescia, Inter Milan, dan Reggina.
7. Antonio Valencia
Sebagai pemain sayap, pemain internasional Ekuador tersebut awalnya bersinar setelah melakukan pindah dari Wigan Athletic ke Manchester United. Dia memenangkan penghargaan Sir Matt Busby Player of the Year dan Players 'Player of the Year pada 2011/2012. Tapi, setelah itu performanya menurun. Tekanan karena mendapatkan jersey No.7.
"Ada saat ketika saya melihat pemain sekelas Angel di Maria dan Memphis Depay datang dan bertanya-tanya apakah waktu saya sudah mencapai akhir. Saya hanya berkonsentrasi dan berlatih keras," kata Valencia suatu kali.
Perubahan posisi akhirnya didapatkan Valencia ketika Jose Mourinho datang. Dia tidak lagi menjadi sayap, melainkan fullback kanan. Pada 2017, Mourinho menjuluki Valencia sebagai "bek kanan terbaik di dunia". Posisinya bertahan hingga dia meninggalkan MU.
8. Gareth Barry
Gareth Barry memantapkan dirinya sebagai pemain tim utama di Aston Villa karena kemampuan beroperasi di semua sektor. Dia bisa beroperasi di bek tengah, bek kiri dan sayap kiri.
Saat Martin O'Neill menjadi pelatih, Barry ditempatkan di lini tengah. Langkah tersebut membuat Barry menjadi pemain reguler tim nasional Inggris dan menarik minat Liverpool. Akhirnya, dia pergi ke Manchester City. Dia memainkan peran yang berharga dalam memenangkan Piala FA dan Liga Premier. Di Everton dan West Bromwich Albion, Barry juga tetap bermain di posisi itu.
9. Philipp Lahm
Philipp Lahm sudah memiliki prestasi dengan posisinya sebagai fullback. Tapi, kedatangan Pep Guardiola sebagai pelatih Bayern Muenchen membuat Lahm pindah ke lini tengah. Baik sebagai bek maupun gelandang, Lahm menunjukkan performa kelas dunia. "Philipp Lahm adalah pemain paling cerdas yang pernah saya latih dalam karier saya. Dia luar biasa," kata Guardiola.
10. Ryan Giggs
Ryan Giggs adalah pemain sayap sejati yang menghabiskan sebagian besar kariernya di Manchester United. Dia cepat, terampil, dan mahir memberikan umpan dari sayap kiri.
Namun, di tahun-tahun terakhirnya di Old Trafford, Giggs menunjukkan kecerdasan sepakbola. Dia menjadi pemain penting di lini tengah MU. Giggs bertransformasi dari winger menjadi gelandang tengah. Dia memilih memberi umpan untuk penyerang yang lebih eksplosif, untuk kepentingan orang-orang seperti Wayne Rooney atau Cristiano Ronaldo.
11. Gianluca Zambrotta
Pada 1999, Gianluca Zambrotta bergabung dengan Juventus dari Bari sebagai salah satu pemain sayap paling menarik di Italia. Cedera di Piala Dunia 2002 membuat Mauro Cameronesi tampil mengesankan di posisi Zambrotta (gelandang sayap kanan) di Juventus. Hal itu memaksa Marcello Lippi mengubah Zambrotta menjadi fullback.
Hebatnya, Zambrotta mampu beroperasi di kedua sisi lapangan di posisi barunya sebagai fullback. Dia memenangkan banyak trofi bersama Juventus, Barcelona, dan AC Milan. Ada lagi Piala Dunia 2006.
12. Lothar Matthaeus
Pada 1990, Matthaeus dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Jerman setelah menjadi kapten tim nasional untuk meraih kemenangan di Piala Dunia. Saat itu, dia mencetak 4 gol sebagai gelandang tengah. Di posisi itu, Matthaeus bermain 12 musim dengan memproduksi 168 gol.
Namun, semua berubah di penghujung karier. Pada 1998, Matthaeus kembali dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Jerman. Saat itu, dia menginjak usia 38 tahun. Posisinya bukan lagi gelandang tengah, melainkan bek tengah. Terkadang, dia bermain sebagai libero dan sweeper untuk Bayern Muenchen.
Pada permainan sepakbola, terdapat banyak posisi di lapangan. Ada yang bertugas sebagai pemain bertahan, pemain tengah, maupun penyerang. Biasanya, pelatih menempatkan pemain di posisi yang disesuaikan dengan banyak hal. Ada yang karena talentannya. Tapi, tidak sedikit yang terpaksa.
BACA BERITA LAINNYA
Momen Kiper Skotlandia Menunda Selebrasi Usai Menang Adu Penalti Dramatis
Momen Kiper Skotlandia Menunda Selebrasi Usai Menang Adu Penalti Dramatis
1. Thierry Henry
Ketika Arsenal mengontrak Henry dari Juventus pada 1999, dia adalah pemain sayap murni. Di posisi itu, dia berjuang untuk mendapatkan posisi utama di Serie A. Tapi, Arsene Wenger punya ide lain. Pemikiran briliannya mengubah nasib Henry dan peruntungan Arsenal selama bertahun-tahun.
BACA FEATURE LAINNYA
Kisah Joe Biden, Presiden Baru AS Ternyata Juga Penggemar Sepakbola
Kisah Joe Biden, Presiden Baru AS Ternyata Juga Penggemar Sepakbola
Pelajaran sempurna dalam ketekunan, Henry kemudian mencetak 228 gol dalam 376 pertandingan untuk The Gunners. Wenger bisa merasa sangat puas tentang yang satu ini.
2. Gareth Bale
"Hal yang paling menakjubkan adalah ketika kami melawan mereka di kandang, mereka meninggalkan Maicon di bek kanan, satu lawan satu, melawan Gareth. Dia menghancurkannya lagi. Itu adalah akhir dari Maicon. Dia berubah dari bek kanan terbaik di dunia menjadi yang terburuk," kata Pelatih Spurs saat itu, Harry Redknapp, kepada Daily Telegraph pada 2015.
3. Bastian Schweinsteiger
Dengan Sami Khedira cedera saat pemanasan dan Christoph Kramer mengalami masalah di kepala akibat benturan pada awal pertandingan, artinya Toni Kroos berjuang sendirian. Tapi, Joachim Loew memiliki pemain sayap yang sudah diubah menjadi gelandang tengah oleh pelatihnya di Bayern Muenchen, yaitu Bastian Schweinsteiger. Hasilnya, Jerman juara Piala Dunia 2014.
Apa jadinya jika Bayern tidak mengubah posisi Schweinsteiger? Tapi, suami Ana Ivanovic itu benar-benar melanjutkan tradisi Bayern yang pernah dikerjakan kepada Jens Jeremies, Niko Kovac, Owen Hargreaves, atau Michael Ballack.
4. Javier Mascherano
Tidak ada rasa malu karena tidak mampu menembus lini tengah Barcelona yang terdiri dari Sergio Busquets, Xavi Hernandez, dan Andres Iniesta. Javier Mascherano justru mengubah dirinya sebagai bek tengah jempolan. Hasilnya, luar biasa. Dia menjadi salah satu benteng pertahanan tangguh dalam sejarah Barcelona dengan sejumlah gelar bergengsi. Dia juga sangat menikmati peran itu di Piala Dunia 2014, meski kalah di final.
5. Vincent Kompany
Selain masalah cedera, ada argumen kuat bahwa Vincent Kompany telah menjadi salah satu transfer terbaik Manchester City di era Sheikh Mansour. Tapi, sebelum menjadi bek tengah, pria Belgia itu adalah gelandang. Bahkan, ketika Mark Hughes masih melatih Man City, Kompany tetap bermain di lini tengah. "Posisi favorit saya adalah di lini tengah," kata Kompany pada 2009.
6. Andrea Pirlo
Andrea Pirlo dikenal sebagai deep-lying playmaker terbaik yang pernah dihasilkan sepakbola. Orang yang paling berjasa terhadap karier Pirlo adalah Carlo Ancelotti. "Dia mengubah karier saya. Dia menempatkan saya di depan pertahanan. Kami berbagi beberapa momen tak terlupakan. Kami memiliki masa lalu yang luar biasa bersama," ujar Pirlo.
Banyak yang lupa bahwa pelatih Juventus itu memulai sepakbola di posisi menyerang. Layaknya Francesco Totti, Pirlo merupakan trequartista. Dia adalah pemilik nomor 10 yang beroperasi di belakang dua striker. Peran itu tidak sukses dijalankan Pirlo di Brescia, Inter Milan, dan Reggina.
7. Antonio Valencia
Sebagai pemain sayap, pemain internasional Ekuador tersebut awalnya bersinar setelah melakukan pindah dari Wigan Athletic ke Manchester United. Dia memenangkan penghargaan Sir Matt Busby Player of the Year dan Players 'Player of the Year pada 2011/2012. Tapi, setelah itu performanya menurun. Tekanan karena mendapatkan jersey No.7.
"Ada saat ketika saya melihat pemain sekelas Angel di Maria dan Memphis Depay datang dan bertanya-tanya apakah waktu saya sudah mencapai akhir. Saya hanya berkonsentrasi dan berlatih keras," kata Valencia suatu kali.
Perubahan posisi akhirnya didapatkan Valencia ketika Jose Mourinho datang. Dia tidak lagi menjadi sayap, melainkan fullback kanan. Pada 2017, Mourinho menjuluki Valencia sebagai "bek kanan terbaik di dunia". Posisinya bertahan hingga dia meninggalkan MU.
8. Gareth Barry
Gareth Barry memantapkan dirinya sebagai pemain tim utama di Aston Villa karena kemampuan beroperasi di semua sektor. Dia bisa beroperasi di bek tengah, bek kiri dan sayap kiri.
Saat Martin O'Neill menjadi pelatih, Barry ditempatkan di lini tengah. Langkah tersebut membuat Barry menjadi pemain reguler tim nasional Inggris dan menarik minat Liverpool. Akhirnya, dia pergi ke Manchester City. Dia memainkan peran yang berharga dalam memenangkan Piala FA dan Liga Premier. Di Everton dan West Bromwich Albion, Barry juga tetap bermain di posisi itu.
9. Philipp Lahm
Philipp Lahm sudah memiliki prestasi dengan posisinya sebagai fullback. Tapi, kedatangan Pep Guardiola sebagai pelatih Bayern Muenchen membuat Lahm pindah ke lini tengah. Baik sebagai bek maupun gelandang, Lahm menunjukkan performa kelas dunia. "Philipp Lahm adalah pemain paling cerdas yang pernah saya latih dalam karier saya. Dia luar biasa," kata Guardiola.
10. Ryan Giggs
Ryan Giggs adalah pemain sayap sejati yang menghabiskan sebagian besar kariernya di Manchester United. Dia cepat, terampil, dan mahir memberikan umpan dari sayap kiri.
Namun, di tahun-tahun terakhirnya di Old Trafford, Giggs menunjukkan kecerdasan sepakbola. Dia menjadi pemain penting di lini tengah MU. Giggs bertransformasi dari winger menjadi gelandang tengah. Dia memilih memberi umpan untuk penyerang yang lebih eksplosif, untuk kepentingan orang-orang seperti Wayne Rooney atau Cristiano Ronaldo.
11. Gianluca Zambrotta
Pada 1999, Gianluca Zambrotta bergabung dengan Juventus dari Bari sebagai salah satu pemain sayap paling menarik di Italia. Cedera di Piala Dunia 2002 membuat Mauro Cameronesi tampil mengesankan di posisi Zambrotta (gelandang sayap kanan) di Juventus. Hal itu memaksa Marcello Lippi mengubah Zambrotta menjadi fullback.
Hebatnya, Zambrotta mampu beroperasi di kedua sisi lapangan di posisi barunya sebagai fullback. Dia memenangkan banyak trofi bersama Juventus, Barcelona, dan AC Milan. Ada lagi Piala Dunia 2006.
12. Lothar Matthaeus
Pada 1990, Matthaeus dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Jerman setelah menjadi kapten tim nasional untuk meraih kemenangan di Piala Dunia. Saat itu, dia mencetak 4 gol sebagai gelandang tengah. Di posisi itu, Matthaeus bermain 12 musim dengan memproduksi 168 gol.
Namun, semua berubah di penghujung karier. Pada 1998, Matthaeus kembali dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Jerman. Saat itu, dia menginjak usia 38 tahun. Posisinya bukan lagi gelandang tengah, melainkan bek tengah. Terkadang, dia bermain sebagai libero dan sweeper untuk Bayern Muenchen.