Libero.id - Pada musim 90-an, sepertinya tidak ada liga manapun yang menandingi keseruan Seri A. Tahun-tahun itu sepakbola Italia adalah rumah besar bagi para pesepakbola hebat, tahun yang mampu membangkitkan nostalgia para penggemar Seri A di seluruh dunia.
Klub-klub teratas Seri A dipadati oleh pemain-pemain yang memenangkan Ballon d'Or dan para pemain Seri A telah memecahkan rekor transfer dunia dalam enam tahun beruntun sepanjang dekade 90-an. Klub-klub papan atas Seri A sukses mendominasi kompetisi kontinental.
Dan agaknya, kumpulan bakat terbaik sepanjang musim 90-an, sulit terulang dalam sepakbola modern Italia. Untuk itu mari kita lihat kembali masa-masaa keemasan sepakbola Italia dengan mengunjungi beberapa bintang paling berkesan di zaman itu. Berikut ini adalah lima pesepakbola berjuluk fantasista terbaik Seri A pada era 90-an. Merujuk namanya, fantasista adalah pemain yang memiliki intelejensia, kreativitas dan teknik di atas rata-rata:
1. Roberto Baggio
Pemain idenik bernomor punggung 10 ini adalah “Si Kuncir Kuda”, Roberto Baggio. Selama kariernya, Baggio bergonta-ganti klub, sepanjang ia bermain di Serie A, beberapa berhasil dia bantu menuju papan atas kala itu, di antaranya Juventus, AC Milan, Inter Milan, dan Brescia.
Pada mulanya Bagigo mempersembahkan 55 gol dari 136 laga bersama Fiorentina, kemudian pada musim 1990, Bagio pindah ke Juventus dengan status mahar termahal di dunia, ia menjadi top skorer 4 musim berturut-turut dan ikut membantu Bianconei memenangkan Scudetto dan UEFA Cup.
Baggio adalah detak jantung Juventus. Jemampuannya dribelnya yang berani menghasilkan momen-momen magis nan cemerlang. Itulah yang menandai Baggio sebagai salah satu pemain terbaik dunia. Bagio dinobatkan sebagai pemenang Pemain Terbaik FIFA dan Ballon d'Or, pada tahun 1993.
2. Rui Costa
Rui Costa adalah pria Portugal tulen, dan ia tiba di sepakbola Italia setelah melewati sortiran sistem akademi Benfica. Playmaker klasik ini dengan cepat membawa sentuhan elegan nan berkelas ke Seri A yang terkenal dengan kekuatan pertahanannya.
Dengan model rambut yang acak-acakan, kaus kaki pendek khas, dan keseimbangan puitik, maestro lini tengah ini tampil piawai melewati lawan, mengobrak-abrik pertahanan, Costa jeli dalam melihat dan membaca situasi lapangan hijau, kunci dari permainannya adalah kreativitas.
Sepanjaang 1994-2001 bersama Fiorentina Rui Costa secara teratur memberi peluang bagi Gabriel Batistuta. Striker asal Argentina yang haus akan gol itu patut berterima kasih padanya, sebab membuka jalan dan memuluskan tujuan akhir seorang striker: gol.
Karakter bermain Costa dapat digambarkan sebagai pesepakbola elegan. Dia membuat sepakbola begitu menawan. Costa memenangkan hati siapa saja yang melihatnya, terutama publik Fiorentina, kendati capaian gelar tertinggi macam Liga Champions ia lakoni saat di San Siro bersama AC Milan.
3. Gianfranco Zola
Gianfranco Zola atau dengan nama pendek Zola, sengaja didatangkan ke Naples sebagai pengganti jangka panjang Diego Maradona di Napoli. Zola dijuluki “Maradona kecil”, merupakan bagian terpenting dari kesebelasan Napoli yang keluar sebagai kampiun Seri A pada musim 1989/90. Namun sayang 3 tahun berselang, masalah keuangan yang menimpa Napoli harus berujung pada pindahnya Zola.
Zola kemudian menandatangani kontrak dengan tim Parma, penyedia assist terbanyak Seri A itu, sekali lagi menikmati masa keemasannya. Selain membantu rekan setim, selama empat tahun yang mengesankan, dari 102 penampilan liga untuk Parma, Zola terbilang produktif mencetak gol, 49 adalah angka yang ia sarangkan ke jala gawang lawan.
Dalam sejarah Seri A, Gianfranco Zola adalah salah satu sisi paling ikonik medio 90-an. Zola bermain bersama nama-nama terkenal seperti Gianluigi Buffon, Fabio Cannavaro dan lainnya.
4. Zinedine Zidane
Zidane datang ke Juventus pada masa yang tepat, saat klub itu membutuhkan sumber kreativitas setelah kepergian Roberto Baggio. Dalam 5 musimnya Zidane melukiskan warna-warna indah untuk Bianconeri dimana sang pria Prancis itu membantu Juventus atas 6 gelar.
Jika para bintang Seri A memiliki lebih banyak kesempatan dengan bola, maka seketika “sihir” berhenti saat Zinedine Zidane mulai menaruh kakinya di atas bola. Zidane bermain tenang seumpama atlit balet, teknik penguasaan bolanya tanpa cacat dan ia punya visi yang tak tertandingi. Zidane mondar-mandir di sekitar lapangan Seri A dengan anggun, lincah, cantik, dan hebat.
Dan itu jelas bukan pekerjaan gampang. Menjadi terkemuka di sebuah liga yang pada masanya berjejal pemain dengan kualitas tinngi, bakat ekspresif dan kemampuan elegan adalah tantangan sekaligus takdir yang dijalani Zidane dengan baik sekali.
Keberadaan Zidane di Seri A adalah era emas bagi sepakbola Italia. Saat berseragam Juventus Zinedine Zidane memenangkan tiga penghargaan FIFA Player of the Year dan Ballon d'Or selama akhir tahun sembilan puluhan, tepatnya 1998.
5. Alesandro Del Piero
Menjelang pertengahan tahun 90-an di Seri A, Alessandro del Piero berada di garis depan sebagai generasi dengan talenta baru. Juventus hanya perlu beberapa pertandingan untuk yakin dan kemudian mengontrak pemain muda dari Padova dengan transfer sebesar 2,5 juta euro - sebuah angka yang mengejutkan saat itu, tetapi kita tahu Del Piero adalah investasi terbaik dalam sejarah klub.
Del Piero mencetak hattrick pada laga debutnya, dan bermula dari situlah kemampuannya terus meningkat, menjadikan dirinya sebagai bintang. Del Piero adalah seorang “trequartista.” Kalau sudah bola di kaki, tiga perempat lapangan hijau berasa miliknya.
Dia mewarisi kaus nomor 10 dari Roberto Baggio, bersama Juventus Del Piero menghabiskan 19 tahun dengan 11 tahun ban kapten di lengan, memenangkan tiga gelar Seri A dari empat musim pertama yang dijalani, Del Piero juga membantu Juventus untuk tiga final Liga Champions berturut-turut - diantaranya ia memahkotai “The Old Lady,” mempersembahkan juara Eropa setelah mengalahkan Ajax melalui adu penalti.
Alesandro Del Piero gantung sepatu pada musim 2015, saat itu dengan status pencetak gol terbanyak (289) dan penampil terbanyak (705). Ada beberapa nama yang identik dengan Juventus dan Alessandro del Piero salah satunya.
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini