Libero.id - Setelah mengawali kampanye Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Amerika Selatan dengan kemenangan 1-0 atas Ekuador, Argentina bersiap menghadapi tantangan mahaberat. La Albiceleste akan berjumpa Bolivia di Estadio Hernando Siles, La Paz, 13 Oktober 2020. Mereka punya memori kelam di tempat itu, 11 tahun silam!
Estadio Hernando Siles adalah stadion olahraga multifungsi di Ibu Kota Bolivia. Stadion itu adalah kompleks olahraga terbesar di negara tersebut dengan kapasitas 41.143 tempat duduk. Banyak pertandingan sepakbola internasional sekelas Copa America atau Kualifikasi Piala Dunia yang dimainkan.
Stadion diberi nama seperti itu sebagai bentuk penghormatan kepada Presiden Bolivia ke-31, Hernando Siles Reyes. Stadion yang terletak di Distrik Miraflores tersebut terlihat biasa-biasa saja. Yang membedakan adalah lokasinya yang berada di ketinggian 3.637 meter di atas permukaan laut. Sebagai perbandingan puncak Semeru, gunung tertinggi di Jawa mencapai 3676 di meter di atas permukaan laut.
Sebagai stadion sepakbola berstandar FIFA yang paling tinggi di kolong langit, Estadio Hernando Siles layaknya neraka. Negara tetangga Bolivia seperti Brasil, Uruguay, dan Argentina sempat tak berkutik ketika bermain melawan La Verde.
Ada banyak cerita horor ketika bintang-bintang dunia bertumbangan di Estadio Hernando Siles. Sebut saja ketika Ronaldo Luis Nazario da Lima, Rivaldo, hingga Ronaldinho harus menggunakan masker oksigen. Begitu pula Lionel Messi yang sempat muntah-muntah karena kekurangan udara segar saat bermain bersama Argentina.
Salah satu momen bersejarah terjadi pada Kualifikasi Piala Dunia 1994 Zona CONMEBOL Grup B. Saat itu, Brasil kalah 0-2 secara dramatis. Pasalnya, gol lahir pada menit 88 melalui Marco Etcheverry dan menit 89 lewat Alvaro Pena. Kemenangan Bolivia menjadikan Brasil untuk pertama kalinya mengalami kekalahan dalam 40 tahun bermain di Kualifikasi Piala Dunia.
Beruntung, tim Samba masih bisa melaju ke Amerika Serikat sebagai juara Grup B. Di Negeri Paman Sam, Romario Faria dkk tampil luar biasa untuk menjadi juara setelah mengalahkan Italia lewat adu penalti di final.
Momen bersejarah lain tercipta pada 1 April 2009, tepatnya ketika Bolivia mengalahkan Argentina 6-1. Itu kekalahan terburuk bagi La Albiceleste dalam kurun 60 tahun.
Saat itu, La Pulga ikut bermain bersama Carlos Tevez, Maxi Rodriguez, dan Lucho Gonzalez di lini depan. Ada pula Javier Zanetti, Martin Demichelis, dan Gabriel Heinze di sektor pertahanan. Angel di Maria juga ikut bermain, meski baru masuk lapangan sebagai pengganti.
Yang lebih menyakitkan adalah Argentina saat itu sedang berada dalam generasi emas yang dilatih langsung oleh sang legenda, Diego Maradona. Saat itu, sebelum jeda, Bolivia sudah unggul 3-1 melalui Marcelo Moreno, Joaquin Botero, dan Alex da Rosa. Satu-satunya gol La Albiceleste dihasilkan Lucho.
Keperkasaan Bolivia semakin menjadi-jadi di paruh kedua. Botero mengubah kedudukan menjadi 4-1 dan 5-1 melalui gol kedua dan ketiganya hanya dalam kurun waktu 12 menit. Masalah Argentina bertambah di menit 67 saat Di Maria dikartu merah wasit. Akibatnya, Didi Torrico membuat skor akhir 6-1.
Ironisnya, Maradona adalah salah satu orang yang dengan sangat lantang mengecam FIFA ketika melarang Estadio Hernando Siles digunakan sebagai tempat pertandingan sepakbola internasional.
Bersama Presiden Bolivia ketika itu, Evo Morales, Maradona berkampanye ke seluruh dunia atas nama keadilan bagi rakyat Bolivia. Perjuangan mereka berhasil mendesak FIFA untuk membatalkan rencana larangan bermain sepakbola di ketinggian 2.500 meter. FIFA mengubahnya menjadi 3.000 meter dengan La Paz sebagai pengecualian.
"Itu (larangan) tidak masuk akal. Bagaimana mungkin Bolivia tidak boleh bermain di negaranya. Itu diskrimatif dan tidak adil. Apakah mereka harus bermain di Amerika atau Eropa? Negara itu terdiri dari pengunungan. Jadi, mengapa mereka tidak boleh bermain sepakbola?” kata Maradona saat itu, dikutip Ole.
Akibat banyaknya kritik, FIFA kemudian mengumumkan pembebasan khusus untuk Estadio Hernando Siles. Stadion itu tetap diperbolehkan menggelar pertandingan resmi di bawah naungan FIFA dan CONMEBOL, termasuk laga melawan Argentina di Kualifikai Piala Dunia 2022, awal pekan depan.
Kemenangan penting karena Argentina harus mengalahkan Ekuador di laga pertama dengan susah payah. Bermain tanpa penonton di Estadio La Bombonera, Buenos Aires, La Albiceleste hanya menang 1-0 lewat penalti La Pulga.
"Kami tahu ini laga yang terlihat rumit. Tapi, yang penting menang. Sekarang, kami harus bekerja untuk terus berkembang. Penting untuk mulai menang karena kami tahu betapa sulitnya Kualifikasi (Piala Dunia). Pertandingan selalu sulit. Kami mengharapkan level ini. Kami sudah lama tidak bermain. Kegelisahan juga membuatnya sulit," ungka Messi kepada La Nacion.
"Bisa bermain lagi bersama timnas (Argentina) adalah kebahagiaan. Terlebih, dengan meraih kemenangan. Di luar sana, kemenangan ini bisa mengurangi tekanan (akibat pandemi Covid-19). Saya mengirimkan kekuatan untuk semua warga Argentina yang sedang menderita," pungkas megabintang Barcelona itu.
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini