Libero.id - Ivan Kolev punya reputasi yang cukup baik di sepakbola Indonesia. Pernah menukangi sejumlah klub liga dan tim nasional Indonesia, pria asal Bulgaria itu kini memiliki tugas mulia di kampung halamannya.
Lahir di Sofia, 14 Juli 1957, pemilik nama lengkap Ivan Venkov Kolev tersebut bermain sepakbola sejak usia 10 tahun ketika bergabung dengan tim junior Lokomotiv Sofia. Di usia 16 tahun, dia pindah ke Sliven 2000 Sofia sebelum bergabung dengan Akademi CSKA Sofia.
Uniknya, baru menjalani semusim bersama tim utama CSKA, Kolev sudah memutuskan pensiun. Pelatihnya menyarankan Kolev mengikuti kursus kepelatihan daripada melanjutkan karier menjadi pemain profesional. Pasalnya, bakat melatih terlihat menonjol dibanding kemampuan bermain.
Saran mentor-mentornya di CSKA benar-benar didengarkan dan dijalankan Kolev. Setelah mengambil kursus kepelatihan dan mendapatkan lisensi dari Asosiasi Sepakbola Bulgaria (BFU), Kolev menjadi pelatih tim junior Levski Sofia pada 1982. Saat itu, usianya baru 25 tahun.
Karier kepelatihan Kolev berlanjut terus. Dari Levski junior, dia diberi kepercayaan menukangi Slavia Sofia. Selanjutnya, pindah ke Danube Ruse, Kremikovtzi, dan segera ditunjuk menjadi asisten pelatih Bulgaria U-19 pada 1997. Satu tahun kemudian, dia mengambil alih kepelatihan Bulgaria U-19.
Sayang, kepemimpinan Kolev di tim junior Bulgaria tidak berjalan mulus. Dia tidak mampu membawa negaranya tampil di Euro U-19 maupun Piala Dunia U-20. Akibatnya, BFU memutuskan menghentikan kerjasama profesional dengan Kolev.
Setelah dipecat sebagai pelatih Bulgaria U-19, Kolev tidak perlu menganggur terlalu lama. Pasalnya, agen membawa dirinya ke Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Karier kepelatihan Kolev berawal di Persija Jakarta pada 1999. Sebagai pelatih baru yang ketika itu tidak terlalu lancar bicara Bahasa Inggris, Kolev ditargetkan membawa Macan Kamayoran juara Liga Indonesia.
Dalam debutnya di kompetisi Indonesia, Kolev mampu menunjukkan kualitas sebagai pelatih jempolan. Persija menjalani musim 1999/2000 dengan baik. Mereka memuncaki klasemen akhir Wilayah Barat dengan 14 kali kemenangan, 9 skor imbang, dan 3 kekalahan.
Ketika trofi terlihat ada di depan mata, langkah Kolev dan Macan Kemayoran terhenti di semifinal. Persija dikalahkan PSM Makassar 0-1. Meski Kolev berhenti di akhir musim, kerangka tim bentukannya justru sukses di tangan Sofian Hadi pada 2001 saat juara Liga Indonesia.
Dari Jakarta, Kolev kembali ke Sofia untuk melatih Bulgaria U-21. Lalu, saat PSSI membutuhkan pelatih timnas, Kolev dipanggil pada 2002. Dia diminta mempersiapkan pasukan Garuda ke Piala AFF 2002. Kolev optimistis karena materi timnas ketika itu cukup bagus. Sebut saja Hendro Kartiko, Elie Aiboy, Gendut Doni Christiawan, Bambang Pamungkas, Zaenal Arif, hingga Budi Sudarsono.
Saat turnamen digelar, Indonesia langsung menggebrak. Di fase grup, tim Merah-Putih menang 2 kali dan imbang 2 kali. Timnas tampil tajam dengan mencetak 19 gol dan hanya kebobolan 5 gol. Lalu, Indonesia berhasil menyingkirkan Malaysia melalui gol semata wayang BP di semifinal.
Pada pertandingan puncak, timnas ditantang Thailand. Sempat kebobolan 2 gol di babak pertama, Indonesia mengamuk pada babak kedua dengan membuat skor menjadi 2-2. Sayangnya gelar yang sudah di depan mata sirna. Timnas kalah melalui drama adu penalti 2-4.
Performa di Piala AFF membuat Kolev dipertahankan untuk Piala Asia 2004. Indonesia tampil bagus di China dengan mengalahkan Qatar, meski akhirnya dikalahkan Bahrain dan tuan rumah.
Setelah Piala Asia, Kolev meninggalkan Indonesia untuk memimpin Myanmar di Piala AFF 2004. Kemudian, pada 2007, PSSI kembali menunjuk Kolev sebagai pelatih untuk Piala Asia di kandang. Lagi-lagi, Indonesia meraih 1 kemenangan, yaitu saat melawan Bahrain. Tapi, tim Garuda gagal ke fase knock-out setelah dikalahkan Korea Selatan dan Arab Saudi.
Selain dengan Persija dan tim Merah-Putih, kiprah Kolev di Indonesia juga ditandai di sejumlah klub. Sebut saja Mitra Kukar, Persipura Jayapura, Sriwijaya FC, dan PS TNI. Pada 2019, dia sempat melatih Persija lagi. Tapi, dia digantikan Julio Banuelos di tengah jalan setelah Macan Kemayoran menderita sejumlah hasil negatif.
Menganggur 1 tahun, Kolev ditunjuk menjadi pelatih di klub masa kanak-kanaknya, Lokomotiv Sofia. Menggantikan Radi Zdravkov, dia dikontrak 1 tahun pada awal musim 2020/2021. Tugas utama Kolev membawa Lokomotiv promosi dari Vtora Liga (level 2) ke Parva Liga (level 1).
"Ivan Kolev adalah salah satu opsi untuk melatih. Kami berbicara dengannya. Saya sudah mengenalnya selama bertahun-tahun. Ini (negosiasi) tidak sulit karena dia mencintai klub ini dan kami juga mencintainya," kata Owner The Railwaymen, Ivan Vasilev, saat itu, kepada vitoshanews.com.
Keputusan Lokomotiv menunjuk Kolev ternyata tepat. Di klasemen sementara Vtora Liga, Lokomotiv ada di posisi 2 di belakang Pirin Blagoevgrad. Lokomotiv mengumpulkan 35 poin atau tertinggal 3 poin dari Blagoevgrad. Tapi, Lokomotiv masih memiliki 1 pertandingan tertunda yang belum dimainkan.
Jika situasi itu mampu dipertahankan, Lokomotiv berpeluang mendapatkan tiket otomatis promosi ke kasta tertinggi kompetisi Bulgaria. Jika meleset, tiket play-off promosi-degradasi bisa menjadi alternatif.
Sesuai regulasi kompetisi yang sudah disepakati, juara Vtora Liga akan mendapatkan tempat promosi otomatis. Sementara runner-up dan peringkat 3 akan menjalani play-off dengan sejumlah tim dari peringkat terbawah Parva Liga 2020/2021. Tapi, untuk klub satelit seperti Ludogorets II tidak ada hak promosi. Selain itu, ada lisensi yang harus diurus bagi klub promosi untuk bisa bermain di kasta tertinggi.
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini