12 Pemain yang Dilupakan Orang Pernah Menimba Ilmu di La Masia

"Akademi sepakbola terkenal milik Barcelona, La Masia menjadi tempat terbaik di dunia untuk mengembangkan pesepakbola muda."

Feature | 25 March 2021, 13:11
12 Pemain yang Dilupakan Orang Pernah Menimba Ilmu di La Masia

Libero.id - La Masia adalah akademi sepakbola terkenal milik Barcelona. Ini merupakan salah satu tempat terbaik di dunia untuk mengembangkan pesepakbola muda, meski dalam beberapa tahun terakhir gagal menghadirkan pemain jempolan.

Sejarah mencatat, La Masia sempat menelurkan sejumlah pemain kelas dunia yang membawa Barcelona merajai Eropa dan dunia pada beberapa tahun lalu. Pemain-pemain seperti Xavi Hernandez, Andres Iniesta, Carles Puyol, Sergio Busquets, Victor Valdes, Gerard Pique, Cesc Fabregas, Lionel Messi juga, Jordi Alba, Pedro Rodriguez, hingga Marc Bartra membawa Barcelona disegani.

Para pemain lulusan akademi itu bahu membahu dengan bintang-bintang import yang didatangkan manajemen dari seluruh dunia. Mereka membuat Barcelona sebagai tim yang disegani dengan sederet gelar bergengsi maupun rekor membanggakan yang ditorehkan.

Hanya saja tidak selamanya lulusan La Masia terkenal karena membela tim senior Barcelona. Sejumlah nama justru dibicarakan orang karena penampilan yang memukau bersama beberapa klub luar Katalunya. Ada yang mencatatkan rekor. Tapi, tidaks edikit yang mengangkat trofi.

Berikut ini contoh 12 lulusan terkenal La Masia yang terlupakan, populer, serta berprestasi karena tidak bermain untuk Barcelona:


1. Mauro Icardi

Mauro Icardi bergabung dengan klub pada awal era Pep Guardiola dan berkembang melalui tim junior selama 2,5 musim. Dia mengesankan. Tapi, tim utama telah beralih dari striker tengah menjadi false nine. Dengan sistem yang dibakukan untuk semua tim, Icardi kehilangan tempatnya dari Rafinha Alcantara.

Pada akhirnya, Icardi memutuskan pergi ke Sampdoria. Dia bersinar cerah untuk Sampdoria sebelum akhirnya bergabung dengan Inter Milan. Di sana, dia mengumpulkan lebih dari 200 pertandingan dan lebih dari 100 gol.

Segalanya memburuk untuk pemain Argentina itu, yang berpuncak pada kepindahan ke Paris Saint-Germain (PSG). Di Paris, dia berhasil menemukan alurnya dan mencetak gol tanpa ada drama di luar lapangan yang menghantui seperti di Inter.


2. Hector Bellerin

Libero.id

Kredit: instagram.com/hectorbellerin

Hector Bellerin sangat identik dengan Arsenal sehingga banyak yang lupa bahwa dia merupakan produk La Masia. Pria Katalunya itu pindah ke London Utara sebagai pemain sayap ketika baru menginjak usia 16 tahun. Di sana, dia dibentuk menjadi full back. Bellerin juga punya klub di level bawah sepakbola Inggris bernama Green Forest Rovers.


3. Nayim

Masih ingat Mohamed Ali Amar alias Nayim? Penggemar Tottenham Hotspur sejati akan ingat bahwa seorang pemain Spanyol menggantikan Paul Gascoigne di final Piala FA 1990/1991. Dia bermain bagus saat Spurs bangkit dari ketertinggalan untuk menang.

Di negeri asalnya, Spanyol, Nayim masuk jajaran lulusan La Masia. Tapi, karena peluang terbatas di bawah Terry Venables, dia memutuskan pergi ke Spurs. Venables kemudian akan bergabung dengannya di sana.

Ketika meninggalkan Tottenham, Nayim bergabung dengan Real Zaragoza. Di klub itu, dia dikenang karena gol spektakuler yang menghancurkan Arsenal dan David Seaman pada laga puncak Piala Winners 1994/1995. Gol itu dikenang selama bertahun-tahun oleh suporter kedua klub.


4. Pepe Reina

Libero.id

Kredit: instagram.com/preinaofficial

Karena datang dari Villarreal, para penggemar Liverpool pernah tidak menduga jika Pepe Reina berasal dari La Masia. Faktanya, sebelum Victor Valdes, Reina yang menjadi harapan besar klub. Bahkan, pada 2001 dia di mulut gawang Barcelona ketika Liverpool menyingkirkan mereka dari Piala UEFA.

Kehebatan Reina terbukti bersama Liverpool. Dia juga menjadi langganan tim nasional Spanyol, meski harus duduk di bangku cadangan karena permainan cemerlang Iker Casillas.

Sempat meninggalkan Liverpool untuk berkelana ke sejumlah negara, Reina menghabiskan setengah musim di Liga Premier membantu Aston Villa menghindari degradasi. Tapi, sekarang dia kembali ke Italia bersama Lazio untuk menjadi pilihan utama di depan Thomas Strakosha.


5. Mikel Arteta

Jika tidak menjadi pelatih Arsenal, orang enggan mengulik kehidupan serta latar belakang Mikel Arteta. Ternyata, dia memulai karier di Barcelona sebagai gelandang bertahan yang mirip Pep Guardiola. Tapi, jalannya ke tim utama diblokir oleh Guardiola sendiri. Lalu, Xavi Hernandez.

Jadi, Arteta pergi dari Camp Nou untuk selanjutnya bergabung dengan Ronaldinho serta Mauricio Pochettino di PSG sebelum pindah ke Glasgow Rangers.

Saat berada di Liga Premier, Arteta menghabiskan lebih dari satu dekade untuk menunjukkan kualitas sepakbola yang tak terbantahkan sebelum menjadi asisten Guardiola di Manchester City. Di sana dia menemukan sejarah terulang kembali saat jalannya untuk menjadi pelatih diblokir Guardiola. Jadi, dia mengambil pekerjaan di Arsenal.


6. Jordi Cruyff

Sebagai anak kandung Johan Cruyff, tentu saja ada banyak keistimewaan yang didapatkan Jordi Cruyff. Tapi, dia meninggalkan Barcelona untuk menuju Manchester United. Dia bermain di sana secara sporadis selama sekitar 4 tahun sebelum kembali ke La Liga membantu Deportivo Alaves mencapai final Piala UEFA 2000/2001.

Setelah pensiun, dia menjadi direktur olahraga di Maccabi Tel Aviv dan sempat melatih tim nasional Ekuador. Kini, Cruyff telah kembali ke China untuk memimpin Shenzhen.


7. Keita Balde

Libero.id

Kredit: instagram.com/keitabaldeofficial

Keita Balde menjadi salah satu dari banyak pemain muda berbakat La Masia. Ketidaksabaran untuk kesempatan tim utama membuatnya bergabung dengan Lazio. Bahkan, sebelum dia memenuhi syarat untuk memainkan pertandingan tim utama.

Tapi, ketika dia melakukan debut, dia bermain dengan penuh semangat. Dia bergabung dengan AS Monaco, tapi tidak pernah benar-benar membawa permainannya ke level tinggi. Dia juga sempat dipinjamkan ke Inter Milan dan Sampdoria. Tapi, permainannya tidak sehebat saat di Lazio.


8. Adama Traore

Adama Traore memiliki semua peralatan teknis dan fisik untuk menjadi legenda Barcelona. Sayang, dia kesulitan untuk mengadopsi tuntutan taktis El Barca sehingga Luis Enrique ragu-ragu untuk memilihnya.

Traore pergi dan membuat langkah karier yang buruk dengan bergabung ke Aston Villa. Saat klubnya terdegradasi, Traore bergabung dengan Middlesbrough dan kemudian terdegradasi lagi. Anehnya, justru Tony Pulis yang berhasil membuka potensinya di Championship Division.

Sekarang, dia berada di Wolverhampton Wanderers dan akhirnya belajar cara mengawinkan keahlian menggiring bola manusia supernya dengan produk akhir yang konsisten dan layak. Kini, dia menjadi salah satu kekuatan paling dahsyat di Liga Premier.


9. Giovani dos Santos

Libero.id

Kredit: instagram.com/oficialgio

Giovani dos Santos menerobos skuad utama pada saat yang sama dengan Bojan Krkic dan Lionel Messi. Ketiganya seharusnya menjadi trisula masa depan. Tapi, Giovani justru meninggalkan Barcelona untuk Tottenham Hotspur. Gagal di London Utara, Giovani pergi ke Amerika Serikat (AS) sebelum akhirnya pulang ke Meksiko membela Club America.


10. Alex Grimaldo

Memulai karier di tim kanak-kanak Valencia, Alex Grimaldo tiba di La Masia pada tahun 2008 ketika berusia 12 tahun. Sebagai pemain yang sangat menjanjikan, dia melanjutkan debut di Barcelona B dalam usia 15 tahun 349 hari pada 2011. Itu membuatnya menjadi pemain termuda di Segunda Division.

Meski tampil mengesankan di tim B, Grimaldo gagal membuat satu pun penampilan untuk tim utama Barcelona. Dengan kontrak yang akan berakhir pada musim panas 2016, Benfica membelinya pada Desember 2015 seharga 1,5 juta euro.

Sejak pindah ke Portugal, Grimaldo terus berkembang pesat. Dia memainkan 14 pertandingan di musim penuh pertamanya yang digandakan di musim 2017/2018. Sekarang, dia adalah superstar di klubnya. Di Benfica, dia juga memenangkan delapan trofi termasuk, back-to-back Primeira Liga.


11. Luis Garcia

Di masa itu, banyak yang tidak ada tahu jika Luis Garcia lulusan La Masia. Itu wajar karena dia bermain untuk banyak klub berbeda. Liverpool mengontraknya dari Barcelona. Tapi, Barcelona mengontraknya dari Atletico Madrid. Dia juga pernah membela Tenerife setelah melewati La Masia. Intinya, sangat rumit.

Tetap saja, orang mengenalnya sebagai legenda Liverpool. Itu karena dia bermain lebih banyak untuk The Reds daripada klub lainnya. Dia membantu Liverpool memenangkan Liga Champions.


12. Andre Onana

Libero.id

Kredit: instagram.com/andreonana.24

Andre Onana bergabung dengan La Masia dari Samuel Eto’o’s Foundation di negara asalnya, Kamerun. Tapi, dia tidak akan pernah mewakili tim utama Barcelona. Beberapa pertandingan di level remaja sudah cukup untuk meyakinkan Direktur olahraga Ajax, dan mantan pemain sayap El Barca, Marc Overmars untuk membawanya ke Amsterdam.

Awalnya, Onana bermain untuk Jong Ajax. Kemudian, dia menjadi pelapis Jasper Cillessen. Setelah Cillessen pergi ke Spanyol, posisi utama di bawah mistar gawang Ajax menjadi milik Onana. Tapi, kasus doping membuat Onana harus menjalani hukuman 12 bulan.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network