Libero.id - Jika kita membahas tentang lapangan desa, mungkin yang ada di benak kita hanya tentang sebidang tanah dengan banyak batu kerikil dan berdebu yang biasa digunakan untuk turnamen antar kampung alias tarkam saja.
Namun beda cerita dengan salah satu lapangan yang terletak di Desa Purwodadi, Kecamatan Sragi, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Tak hanya luas lapangannya, rumput di lapangan ini juga berstandar internasional FIFA.
Belakangan ini, lapangan desa itu viral lantaran memiliki pemandangan sekitar yang asri. Tak jarang warganet kurang percaya jika lapangan itu benar-benar ada di sebuah desa di Indonesia.
Salah seorang warga menceritakan jika lapangan itu sebelumnya adalah area persawahan. Namun melihat antusiasme warga yang sangat suka dengan sepak bola, para pemuda lantas mempunyai inisiatif untuk mengubah area itu menjadi lapangan sepak bola yang indah.
Biaya Pembangunan Lapangan?
Kita mungkin bertanya-tanya, lapangan sebegitu bagus dari mana dana nya? Apakah kas atau anggaran khusus desa?
Ternyata bukan, dana desa aagian besar sudah dialokasikan untuk penanganan Covid-19, mereka lantas patungan untuk memberangkatkan beberapa perwakilannya untuk studi banding ke Desa Cisayong, Kota Tasikmalaya yang sebelumnya kita tahu telah memiliki fasilitas sepak bola serupa.
Hasil studi banding para pemuda desa ke Tasikmalaya cukup mengecilkan hati mereka. Dari info yang didapat, para pemuda di Desa Cisayong itu ternyata harus membayarkan uang miliaran rupiah ke PT. Harapan Jaya Lestarindo agar memiliki lapangan yang cantik itu. Hal itu tentu diluar kemampuan mereka.
Namun dengan tekad yang kuat, mereka memberanikan diri untuk bertemu dengan petinggi perusahaan dan melobi mereka untuk membuatkan lapangan serupa di Pekalongan.
Kabar baiknya. PT. Harapan Jaya Lestarindo sepakat untuk melakukan kerja sama dengan Pemerintahan Desa Purwodadi dengan sistem Bangun Guna Serah. Lapangan berstandar FIFA akhirnya dibangun diatas lahan seluas tiga hektare. "Kami hanya menyediakan lahan. Semua biaya pembangunan lapangan beserta segala fasilitasnya didanai oleh Lestarindo," kata perwakilan pemuda desa.
Selevel dengan lapangan di GBK, Lestarindo juga menggunakan salah satu rumput dengan kualitas terbaik yaitu jenis Zoysia Japonica. Hal ini tentu saja menjadi daya tarik tersendiri bagi para penggiat sepak bola di daerah tersebut.
Namun dengan sistem kerjasama yang disepakati, lapangan itu belum sepenuhnya dimiliki oleh pemerintahan desa. Selama 12 tahun kedepan, segala aktifitas dan nilai komersil yang diperoleh akan masuk ke kantong Lestarindo. Selama masa itu, pemerintah desa hanya memiliki hak untuk menyediakan fasilitas pendukung seperti kantin dan parkir.
Meski belum sepenuhnya beroperasi lantaran pandemi, pihak Lestarindo mematok harga sewa sebesar Rp 6 juta untuk dua jam pemakaian. Tarif itu tentu masuk akal mengingat biaya perawatan rumput yang mahal, sekitar Rp. 1,7 miliar per tahun.
Beberapa tim sepak bola sudah menyatakan minatnya menggunakan fasilitas lapangan itu. Bahkan tim sepakbola Selebritis FC juga sedang menyusun jadwal untuk bermain di lapangan tersebut. Keren bukan.
(diaz alvioriki/gie)
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini