Jauh sebelum dikenal sebagai penguasa Inggris, Manchester City sempat mengalami satu periode kelam.
Jauh sebelum dikenal sebagai penguasa Inggris, Manchester City sempat mengalami satu periode kelam. Pada masa jahiliyah, The Citizens harus rela berjibaku di kompetisi kasta ketiga akibat ulah konyol pemain baru bernama Jamie Pollock.
Cerita lucu sekaligus menyedihkan itu terjadi pada Divisi I (Championship Division) 1997/1998. Pada pertandingan pekan 45 dari 46 pekan yang direncanakan, Man City harus bertemu Queens Park Rangers di Maine Road (stadion lama sebelum Etihad Stadium). Saat laga baru berlangsung 21 menit, Pollock melakukan gol bunuh diri.
Sebagai gelandang bertahan, Pollock sebenarnya bermain baik dan penuh semangat menghalau setiap serangan QPR di lini tengah. Dia jatuh bangun untuk menjaga wilayahnya agar pemain-pemain QPR tidak leluasa masuk ke pertahanan The Citizens.
Lalu, dalam sebuah momentum, Pollock melakukan aksi memindahkan bola lewat udara untuk mengecoh pemain QPR. Dengan kepercayaan diri yang sangat tinggi, bola itu dia sundul. Sial, bola tidak keluar lapangan seperti yang ada dibenak Pollock. Bola hasil sundulan itu justru masuk ke gawang Man City. Skor sementara 1-2.
Awalnya, semua biasa-basa saja karena waktu masih panjang. Man City mencoba bangkit, khususnya di babak kedua. Mereka memulai dengan menekan QPR. Hasilnya, skor 2-2 berhasil dicetak lewat Lee Michael Bradbury. Sayang, setelah itu tidak ada lagi gol tercipta.
Meski kecewa, Man City tetap optimistis. The Citizens sebenarnya masih berpeluang bertahan di Divisi I pada laga pekan terakhir. Saat itu, mereka meraih kemenangan 5-2 atas Stoke City. Tapi, kemenangan itu tidak berpengaruh karena QPR maupun Portsmouth, yang jadi pesaing di zona merah, juga turut meraih meraup tiga poin. Imbasnya, Man City harus terdegradasi ke Divisi II (League One).
Setelah gagal bertahan di kasta kedua, fans Man City marah besar. Mereka menghujat Pollock. Suporter menganggap pria kelahiran Stockton-on-Tees, 16 Maret 1974, sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas mimpi buruk itu. Saat itu, suporter sempat mencari Pollock di kediamannya dan membuat kegaduhan sebelum akhirnya dihalau Polisi.
Sebaliknya, para pendukung QPR mengucapkan terima kasih kepada Pollock. Mereka menggelar polling melalui internet dan menetapkan Pollock sebagai "Orang paling berpengaruh di klub selama 2.000 tahun".
"Itu lucu. Saat itu Jumat (satu hari sebelum pertandingan), seseorang memberi saya hadiah video yang berisi kompilasi gol bunuh diri. Dalam hati saya tidak ingin menontonnya. Namun, entah mengapa saya justru menonton video tersebut hari itu juga. Istri saya, Linzie, mengetahuinya dan menegur saya (karena akan membawa kesialan). Tapi, saya bilang tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja," ujar Pollock beberapa tahun berselang, dikutip The Guardian.
"Hari berikutnya (Sabtu) saya datang ke pertandingan. Bola memantul. Lalu, saya melewatkan bola itu di kepala Mike Sheron (pemain QPR) sembari melihat Martyn Margetson (kiper Man City). Dia ada di posisinya. Namun, ketika saya menyundul bola, dia justru berlari keluar sehingga bola masuk ke gawang. Ya, Tuhan! Stadion tiba-tiba hening," tambah mantan pemain Inggris U-19 dan U-21 itu.
Setelah laga, Pollock masuk ruang ganti. Awalnya, dia mengira rekan-rekannya akan menyalahkan dirinya. Namun, dia terkejut karena tidak seorang pun pemain The Citizens yang menjadikan Pollock kambing hitam. Bahkan, hingga hari ini.
"Saya masih ingat saat masuk ruang ganti. Saat itu saya meminta maaf kepada teman-teman. Saya terkejut karena mereka justru memberi dukungan kepada saya. Saat itu, Joe Royle (pelatih) dan Willie Donachie (legenda Man City) tidak menyalahkan saya. Hingga sekarang saya terus berterima kasih kepada teman-teman," ungkap Pollock.
Meski dimaafkan, suporter tidak bisa menerima kehadiran Pollock lagi. Pelan dan pasti, dia tidak mendapat tempat di skuad utama Man City. Pollock terpaksa dibuang ke Crystal Palace pada 2000. Di Palace dia juga gagal bersinar sehingga harus dipinjamkan ke Birmingham City. Pollock akhirnya gantung sepatu pada 2002 setelah tidak ada klub yang menampung.
"Saya sadar sepenuhnya bahwa gol bunuh diri saya telah membawa Man City ke titik terendah dalam sejarah. Menjadi orang yang terlibat langsung bukan sesuatu yang ideal bagi saya. Namun, saya juga harus mengatakan bahwa Joe (Royle) telah melakukan pekerjaan hebat untuk klub itu. Seharusnya dia layak dikenang sebagai salah satu legenda (Man City)," beber Pollock.
Setelah pensiun, Pollock menekuni dunia barunya sebagai pelatih. Dia sempat menjabat pelatih klub amatir, Spennymoor United dan Spennymoor Town. Dia juga menukangi Billingham Synthonia. Selain itu, Pollock juga memiliki sekolah sepakbola di Middlesbrough yang diberi label Polton Allstars. Di tempat itu dia aktif mengajar teknik-teknik yang benar, kecuali cara gol bunuh diri fenomenal.
"Saya punya lima anak. Bayangkan jika ada orang yang memberitahu mereka tentang apa yang dilakukan ayah mereka di masa lalu. Jadi, saya mendidik mereka untuk menghormati Man City. Saya rasa mereka kini menjadi klub yang fantastis," pungkas Pollock.
Cerita lucu sekaligus menyedihkan itu terjadi pada Divisi I (Championship Division) 1997/1998. Pada pertandingan pekan 45 dari 46 pekan yang direncanakan, Man City harus bertemu Queens Park Rangers di Maine Road (stadion lama sebelum Etihad Stadium). Saat laga baru berlangsung 21 menit, Pollock melakukan gol bunuh diri.
BACA FEATURE LAINNYA
9 Pertandingan Paling Dikenang Sepanjang Sejarah, Apa Saja?
9 Pertandingan Paling Dikenang Sepanjang Sejarah, Apa Saja?
Meski kecewa, Man City tetap optimistis. The Citizens sebenarnya masih berpeluang bertahan di Divisi I pada laga pekan terakhir. Saat itu, mereka meraih kemenangan 5-2 atas Stoke City. Tapi, kemenangan itu tidak berpengaruh karena QPR maupun Portsmouth, yang jadi pesaing di zona merah, juga turut meraih meraup tiga poin. Imbasnya, Man City harus terdegradasi ke Divisi II (League One).
BACA BERITA LAINNYA
Bikin Gol Saat Terjatuh, Lukaku Tunjukkan Strength & Power Luar Biasa
Bikin Gol Saat Terjatuh, Lukaku Tunjukkan Strength & Power Luar Biasa
Sebaliknya, para pendukung QPR mengucapkan terima kasih kepada Pollock. Mereka menggelar polling melalui internet dan menetapkan Pollock sebagai "Orang paling berpengaruh di klub selama 2.000 tahun".
"Hari berikutnya (Sabtu) saya datang ke pertandingan. Bola memantul. Lalu, saya melewatkan bola itu di kepala Mike Sheron (pemain QPR) sembari melihat Martyn Margetson (kiper Man City). Dia ada di posisinya. Namun, ketika saya menyundul bola, dia justru berlari keluar sehingga bola masuk ke gawang. Ya, Tuhan! Stadion tiba-tiba hening," tambah mantan pemain Inggris U-19 dan U-21 itu.
"Saya masih ingat saat masuk ruang ganti. Saat itu saya meminta maaf kepada teman-teman. Saya terkejut karena mereka justru memberi dukungan kepada saya. Saat itu, Joe Royle (pelatih) dan Willie Donachie (legenda Man City) tidak menyalahkan saya. Hingga sekarang saya terus berterima kasih kepada teman-teman," ungkap Pollock.
Meski dimaafkan, suporter tidak bisa menerima kehadiran Pollock lagi. Pelan dan pasti, dia tidak mendapat tempat di skuad utama Man City. Pollock terpaksa dibuang ke Crystal Palace pada 2000. Di Palace dia juga gagal bersinar sehingga harus dipinjamkan ke Birmingham City. Pollock akhirnya gantung sepatu pada 2002 setelah tidak ada klub yang menampung.
"Saya sadar sepenuhnya bahwa gol bunuh diri saya telah membawa Man City ke titik terendah dalam sejarah. Menjadi orang yang terlibat langsung bukan sesuatu yang ideal bagi saya. Namun, saya juga harus mengatakan bahwa Joe (Royle) telah melakukan pekerjaan hebat untuk klub itu. Seharusnya dia layak dikenang sebagai salah satu legenda (Man City)," beber Pollock.
Setelah pensiun, Pollock menekuni dunia barunya sebagai pelatih. Dia sempat menjabat pelatih klub amatir, Spennymoor United dan Spennymoor Town. Dia juga menukangi Billingham Synthonia. Selain itu, Pollock juga memiliki sekolah sepakbola di Middlesbrough yang diberi label Polton Allstars. Di tempat itu dia aktif mengajar teknik-teknik yang benar, kecuali cara gol bunuh diri fenomenal.
"Saya punya lima anak. Bayangkan jika ada orang yang memberitahu mereka tentang apa yang dilakukan ayah mereka di masa lalu. Jadi, saya mendidik mereka untuk menghormati Man City. Saya rasa mereka kini menjadi klub yang fantastis," pungkas Pollock.