Kepergiannya dari Senegal menuju Prancis justru tidak diketahui oleh keluarganya sendiri, termasuk ibunya.
Sadio Mane kini telah menjadi salah satu pemain terbaik di Liga Inggris bahkan Eropa, namun siapa sangka perjalanan hidupnya penuh dengan kisah mengharukan. Salah satunya merahasiakan kepergiannya ke Eropa dari ibunya.
Mane mengawali karir sepakbolanya di klub sepakbola lokal Generation Foot yang kemudian mengantarkannya bermain bersama Metz di Liga Prancis.
Kepergiannya dari Senegal menuju Prancis justru tidak diketahui oleh keluarganya sendiri, termasuk ibunya.
Meski tak memberitahukan ikhwal kepergiannya ke Prancis dari sang ibu, ternyata paman Mane justru diberitahu mengingat ia merupakan sosok yang sangat percaya bahwa kelak Mane akan menjadi pesepakbola sukses.
Hal tersebut membuat ibu Mane sangat heran ketika ditelepon oleh anaknya yang mengatakan sedang berada di Prancis, ia pun sempat tak percaya akan fakta tersebut.
Saat pertama kali menginjakkan kaki di Prancis, Mane yang kala itu masih berusia 19 tahun diperbolehkan untuk tidak mengikuti sesi latihan Metz, alhasil kesempatan itu digunakan olehnya untuk menelepon sang ibu.
Ternyata saat itu Mane yang memang berlatarbelakang dari keluarga miskin sedang tidak memiliki pulsa, sehingga ia harus meminjam ponsel milik rekan setimnya untuk memberikan kabar bahwa dirinya sedang berada di Prancis.
“Prancis yang mana?’ Ucap ibuku. Dia tak percaya akan hal itu. Dia berkata, ‘Prancis di Eropa. Apa maksudnya kamu ada di Eropa? Kamu tinggal di Senegal.’ Aku pun menjawab, ‘Tidak, aku di Eropa.’ Ibuku pun terkejut dan menyebutnya sebagai hal yang gila,” ujar Mane.
“Dia benar-benar terkejut dan dia menghubungiku setiap hari untuk menanyakaan apakah itu benar. Dia masih tidak bisa percaya sampai menyaksikan penampilan saya di televisi. Dia akhirnya melihat bahwa mimpi saya menjadi kenyataan,” kenang Mane.
Mane sendiri mengakui awal perantauannya ke Prancis tak berlangsung mudah. Ia kerap kali dibekap kerinduan mendalam dengan keluarga serta serba-serbi di negara asalnya, sebab, kehidupan di Benua Biru tentu saja berbeda dengan di Senegal, mulai dari kebudayaan hingga cuaca.
Walaupun begitu tak lantas membuat semangat Mane dalam mengejar impiannya sebagai pesepakbola profesional yang sukses sirna begitu saja.
Selain itu terdapat foto pertama diungkapkan seorang wartawan yang ‘ditodong’ Sadio Mane untuk memotret dirinya.
Sadio Mane, kata sang wartawan, ingin mengirimkan foto dirinya kepada sang ibu di desanya untuk mengabarkan bahwa dia sudah diterima di Metz. Sang wartawan bersedia memotret Sadio Mane yang ‘bukan siapa-siapa’ kala itu karena tertarik melihat tingkah lucu Mane yang ‘menodong’ orang-orang yang ditemuinya untuk dipotret.
“Dia melihat saya punya kamera, dan dia meminta saya untuk memotretnya karena dia ingin menunjukkan kepada ibunya,” cerita wartawan yang menerbitkan foto pertama Sadio Mane saat masih menjadi pemain muda di Metz.
“Saya meminta alamat emailnya untuk mengirim foto. Dia menggelengkan kepalanya. Dia hanya memberi saya alamat klub (Metz). Sampai kemudian, dia bertanya, ‘Ini gratis, kan?'” tuturnya.
“Saya memperhatikan seorang pria yang lucu di tim (Sadio) karena dia menghormat gaya Jepang kepada siapa pun yang dia temui. Dia mengatakan bahwa pemandu bakat FC Metz baru saja menemukannya di beberapa daerah pedesaan di Senegal, dan dia sangat menghargai kesempatan itu,” imbuh sang wartawan yang menceritakan sosok Sadio Mane di awal karirnya itu.
Kendati menggenggam prestasi cemerlang dan kesuksesan yang besar di persepakbolaan dunia, Mane tetap sosok yang mempertahankan kesederhanaannya. Dia dikenal sebagai bintang yang rendah hati.
Setelah tampil mengesankan bersama Metz, ia kemudian direkrut oleh RB Salzburg dengan mahar 4 juta Euro pada tahun 2012.
Bersama Salzburg Mane langsung mencuri perhatian berkat kecepatan dan staminanya yang di atas rata-rata sehingga membuat klub lain berupaya untuk merekrutnya.
Akhirnya lamaran dari Southampton lah yang membuat Mane Muda hengkang karena ia merasa dengan bermain di Liga Inggris maka impiannya menjadi pesepakbola terbaik di Eropa dapat diwujudkan.
Southampton menebus Mane dengan mahar 23 juta Euro dan kala itu juga langsung mencuri perhatian sejumlah klub top Inggris maupun Eropa.
Liverpool menjadi klub beruntung yang mampu mendapatkan jasanya hanya dengan 41 juta Euro, angka yang relatif terjangkau pada masanya.
Bermain bersama Liverpool ternyata membuat pemain yang kini berusia 28 tahun ini mencapai puncak karirnya dengan mampu membawa the Reds menyabet gelar Liga Champions musim lalu dan Liga Inggris musim ini.
Musim ini Mane menutupnya dengan catatan 18 gol dan 9 assist dalam 35 pertandingan yang ia mainkan di kompetisi Liga Inggris.
Mané telah mendapatkan 60 caps untuk Senegal sejak debutnya pada 2012 dan mewakili tim nasional di Olimpiade 2012, Piala Afrika 2015, Piala Afrika 2017 dan Piala Dunia FIFA 2018. Mané memenangkan Sepatu Emas Premier League 2019 dengan 22 gol.
Mane mengawali karir sepakbolanya di klub sepakbola lokal Generation Foot yang kemudian mengantarkannya bermain bersama Metz di Liga Prancis.
BACA FEATURE LAINNYA
15 Nama, Tempat, dan Istilah yang Terinspirasi dari Johan Cruyff
15 Nama, Tempat, dan Istilah yang Terinspirasi dari Johan Cruyff
Ternyata saat itu Mane yang memang berlatarbelakang dari keluarga miskin sedang tidak memiliki pulsa, sehingga ia harus meminjam ponsel milik rekan setimnya untuk memberikan kabar bahwa dirinya sedang berada di Prancis.
BACA ANALISIS LAINNYA
Beleid Unik di Balik Kepergian Lampard, Drogba, Willian dari Chelsea
Beleid Unik di Balik Kepergian Lampard, Drogba, Willian dari Chelsea
“Dia benar-benar terkejut dan dia menghubungiku setiap hari untuk menanyakaan apakah itu benar. Dia masih tidak bisa percaya sampai menyaksikan penampilan saya di televisi. Dia akhirnya melihat bahwa mimpi saya menjadi kenyataan,” kenang Mane.
Walaupun begitu tak lantas membuat semangat Mane dalam mengejar impiannya sebagai pesepakbola profesional yang sukses sirna begitu saja.
Sadio Mane, kata sang wartawan, ingin mengirimkan foto dirinya kepada sang ibu di desanya untuk mengabarkan bahwa dia sudah diterima di Metz. Sang wartawan bersedia memotret Sadio Mane yang ‘bukan siapa-siapa’ kala itu karena tertarik melihat tingkah lucu Mane yang ‘menodong’ orang-orang yang ditemuinya untuk dipotret.
“Dia melihat saya punya kamera, dan dia meminta saya untuk memotretnya karena dia ingin menunjukkan kepada ibunya,” cerita wartawan yang menerbitkan foto pertama Sadio Mane saat masih menjadi pemain muda di Metz.
“Saya meminta alamat emailnya untuk mengirim foto. Dia menggelengkan kepalanya. Dia hanya memberi saya alamat klub (Metz). Sampai kemudian, dia bertanya, ‘Ini gratis, kan?'” tuturnya.
“Saya memperhatikan seorang pria yang lucu di tim (Sadio) karena dia menghormat gaya Jepang kepada siapa pun yang dia temui. Dia mengatakan bahwa pemandu bakat FC Metz baru saja menemukannya di beberapa daerah pedesaan di Senegal, dan dia sangat menghargai kesempatan itu,” imbuh sang wartawan yang menceritakan sosok Sadio Mane di awal karirnya itu.
Kendati menggenggam prestasi cemerlang dan kesuksesan yang besar di persepakbolaan dunia, Mane tetap sosok yang mempertahankan kesederhanaannya. Dia dikenal sebagai bintang yang rendah hati.
Setelah tampil mengesankan bersama Metz, ia kemudian direkrut oleh RB Salzburg dengan mahar 4 juta Euro pada tahun 2012.
Bersama Salzburg Mane langsung mencuri perhatian berkat kecepatan dan staminanya yang di atas rata-rata sehingga membuat klub lain berupaya untuk merekrutnya.
Akhirnya lamaran dari Southampton lah yang membuat Mane Muda hengkang karena ia merasa dengan bermain di Liga Inggris maka impiannya menjadi pesepakbola terbaik di Eropa dapat diwujudkan.
Southampton menebus Mane dengan mahar 23 juta Euro dan kala itu juga langsung mencuri perhatian sejumlah klub top Inggris maupun Eropa.
Liverpool menjadi klub beruntung yang mampu mendapatkan jasanya hanya dengan 41 juta Euro, angka yang relatif terjangkau pada masanya.
Bermain bersama Liverpool ternyata membuat pemain yang kini berusia 28 tahun ini mencapai puncak karirnya dengan mampu membawa the Reds menyabet gelar Liga Champions musim lalu dan Liga Inggris musim ini.
Musim ini Mane menutupnya dengan catatan 18 gol dan 9 assist dalam 35 pertandingan yang ia mainkan di kompetisi Liga Inggris.
Mané telah mendapatkan 60 caps untuk Senegal sejak debutnya pada 2012 dan mewakili tim nasional di Olimpiade 2012, Piala Afrika 2015, Piala Afrika 2017 dan Piala Dunia FIFA 2018. Mané memenangkan Sepatu Emas Premier League 2019 dengan 22 gol.