Pirlo mengumpulkan 107 poin dari 110 nilai sempurna pada ujian akhir.
Mungkin sebagian dari penggemar sepakbola atau lebih spesifik lagi untuk para Juventini bertanya-tanya, kenapa seorang Andrea Pirlo bisa langsung memulai karier sebagai pelatih di Juventus?
Padahal banyak nama besar yang jauh lebih berpengalaman, tetapi klub raksasa asal Italia itu bahkan tak sama sekali melirik nama-nama seperti Pep Guardiola, Carlo Ancelotti atau lainnya.
Banyak yang belum mengerti, bahwa untuk menukangi sebuah klub sepakbola, seseorang tak begitu saja langsung menjadi hebat dan tahu-tahu melatih. Ada proses panjang sebelum itu. Sama seperti para sarjana, pelatih sepakbola juga belajar di sebuah lembaga khsusus untuk mengambil 'gelar kepelatihannya' atau biasa yang disebut lisensi.
Mereka melewati serangkaian pembelajaran dan tes kompetensi. Dan memang harus begitu, sebab sepakbola modern tak dijalankan dengan cara serampangan, dalam kasus ini, Andrea Pirlo telah mendapat lencana kepelatihan berlisensi pro dari UEFA dengan skor yang menakjubkan. Menurut Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) Pirlo mengumpulkan 107 poin dari 110 nilai sempurna pada ujian akhir dalam bentuk tulisan ilmiah tentang sepakbola dan seputar pengaplikasian menjadi pelatih.
Hal itu membuktikan kualitas seorang Pirlo dan mengingatkan pada hal yang sama ketika Pirlo menjadi maestro lapangan tengah ketika masih aktif bermain.
Thesis Andrea Pirlo
Dalam tulisannya Andrea Pirlo bicara panjang lebar soal karakteristik pemain di semua posisi dan kaitannya dengan teknik bermain atau formasi apa yang kira-kira cocok untuk dijalankan.
Di awal thesisnya dia menulis: ide sepak bola saya didasarkan pada keinginan sepak bola yang memiliki tujuan, penguasaan, dan menyerang. Saya ingin bermain sepak bola total dan kolektif, dengan 11 pemain aktif dalam fase ofensif dan defensif.
Dengan memanfaatkan ruang dan waktu, kami memiliki ambisi untuk menguasai permainan di kedua fase tersebut. "Permainan" harus menjadi motif utama tim saya. Makna untuk “permainan” itu benang merah terdiri dari prinsip, posisi dan emosi di antara pemain itu sendiri. Sebuah permainan yang didasarkan pada kolektif tetapi mampu meningkatkan individualitas yang paling kuat.
Dua prinsip utama dari ide saya tentang sepak bola terkait dengan bola: kami ingin dan harus mempertahankannya selama mungkin sampai kami menyerang dan kami harus memiliki kemauan kuat untuk merebut bola segera setelah kehilangan.
Pirlo juga menganalisis bagaimana sebuah tim bisa besar dan menjadi lebih luar biasa seperti ketika ditangani oleh Pep Guardiola, Louis Van Gaal, Carlo Ancelotti, dan banyak lagi.
Secara keseluruhan Pirlo secara detail dan mendalam menyinggung soal teknik, variasi dan efektivitas bermain.
"Saya ingin memainkan sepakbola dengan total baik dengan cara ofensif dan defensif. Tetapi semua itu diikat oleh kebersamaan, kolektivitas. Tanpa mengenyampingkan kualitas individu pemain,” tulis Pirlo. “Kami memiliki ambisi untuk menguasai permainan,” tambahnya.
Di bagian akhir tulisan Pirlo juga mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak, karena berkat mereka, ia bisa sampai pada titik yang dirasakannya sekarang.
"Saya ingin berterima kasih kepada rekan-rekan saya dan para guru kursus kepelatihan untuk hari-hari yang luar biasa selama masa belajar.
Lalu legenda sepakbola Italia itu menambahkan, "Terima kasih juga kepada staf saya yang dengannya saya berbagi ide tentang proyeksi melatih saya ke depan."
Dan yang kini jadi pertanyaan baru, akankah Pirlo membuktikan hasil tes tertulis itu dengan capaian permainan di atas lapangan hijau yang sebenarnya?
Padahal banyak nama besar yang jauh lebih berpengalaman, tetapi klub raksasa asal Italia itu bahkan tak sama sekali melirik nama-nama seperti Pep Guardiola, Carlo Ancelotti atau lainnya.
BACA BERITA LAINNYA
Kalau Masih Pasang Dua Pemain Ini, Neville Sebut MU Tak Akan Pernah Juara
Kalau Masih Pasang Dua Pemain Ini, Neville Sebut MU Tak Akan Pernah Juara
Dalam tulisannya Andrea Pirlo bicara panjang lebar soal karakteristik pemain di semua posisi dan kaitannya dengan teknik bermain atau formasi apa yang kira-kira cocok untuk dijalankan.
Di awal thesisnya dia menulis: ide sepak bola saya didasarkan pada keinginan sepak bola yang memiliki tujuan, penguasaan, dan menyerang. Saya ingin bermain sepak bola total dan kolektif, dengan 11 pemain aktif dalam fase ofensif dan defensif.
BACA BERITA LAINNYA
Kisah Tersisa Gareth Bale di Madrid, Per 1 Menit Main Dibayar Rp 418 Juta
Kisah Tersisa Gareth Bale di Madrid, Per 1 Menit Main Dibayar Rp 418 Juta
Dengan memanfaatkan ruang dan waktu, kami memiliki ambisi untuk menguasai permainan di kedua fase tersebut. "Permainan" harus menjadi motif utama tim saya. Makna untuk “permainan” itu benang merah terdiri dari prinsip, posisi dan emosi di antara pemain itu sendiri. Sebuah permainan yang didasarkan pada kolektif tetapi mampu meningkatkan individualitas yang paling kuat.
Pirlo juga menganalisis bagaimana sebuah tim bisa besar dan menjadi lebih luar biasa seperti ketika ditangani oleh Pep Guardiola, Louis Van Gaal, Carlo Ancelotti, dan banyak lagi.
Secara keseluruhan Pirlo secara detail dan mendalam menyinggung soal teknik, variasi dan efektivitas bermain.
Di bagian akhir tulisan Pirlo juga mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak, karena berkat mereka, ia bisa sampai pada titik yang dirasakannya sekarang.
"Saya ingin berterima kasih kepada rekan-rekan saya dan para guru kursus kepelatihan untuk hari-hari yang luar biasa selama masa belajar.
Lalu legenda sepakbola Italia itu menambahkan, "Terima kasih juga kepada staf saya yang dengannya saya berbagi ide tentang proyeksi melatih saya ke depan."
Dan yang kini jadi pertanyaan baru, akankah Pirlo membuktikan hasil tes tertulis itu dengan capaian permainan di atas lapangan hijau yang sebenarnya?