Harus diakui, Lewandowski sangat terbantukan keberadaan empat pemain sayap, semuanya berkelas dunia ini. Ini analisis perbandingannya.
Setelah sukses meraih treble winner pada musim lalu, Bayern Munchen makin mengkokohkan skuadnya dengan mendatangkan sejumlah pemain incaran.
Tanpa mengesampingkan posisi lain, apa-apa yang diraih Bayern Muenchen selama ini, tak lepas dari peran vital barisan lini depan, juru gedor utama seperti Lewandowski sangat terbantu dengan keberadaan para pemain sayap Bayern Muenchen.
Tim asuhan Hansi Flick ini punya banyak stok di posisi winger, dan pada musim panas ini mereka melengkapi posisi itu dengan memboyong Leroy Sane dari Manchester City dan Douglas Costa dari Juventus, dengan begitu lengkap menjadi kuartet, ditambah duo lainnya yakni Serge Gnabry dan Kingsley Coman.
“Memiliki empat pemain sayap, menurut saya adalah sesuatu yang ideal” Ujar Hansi Flick pada Sport Bild. Lalu pelatih asal Jerman itu menambahkan, "Dalam sebuah skuad, idealnya setiap posisi memiliki dua pemain yang bersaing untuk itu."
Lalu pertanyaan mendasar nya, bagaimana perbandingan antara keempat pemain sayap itu? Mari kita lihat :
1. Leroy Sane
Sane didatangkan dengan maksud jadi pelapis atau bahkan pilihan utama untuk posisi yang ditinggalkan Coutinho dan Ivan Perisic. Namun itu bukan alasan tunggal, mantan punggawa Schalke dan Manchester City itu memiliki punya alasan yang lebih teknis, misalnya saja, pemilik saham Bayern, Karl-Heinz Rummenigge mengungkapkan di balik alasan transfer Leroy Sane. "Kecepatannya, kemampuan menggiring bola, dan insting di depan gawang membuatnya sangat cocok untuk tipe bermain Bayern. Dia pemain yang kami inginkan,” ujarnya.
Apa yang dikatakan Rummenigge bukanlah omong kosong. Lihatlah statistik Sane ketika masih berusia 19, di Schalke angka keberhasilan dribbling nya mencapai 120 kali, dua kali lipat lebih banyak kegunaan dribel Gnabry, Coman dan Costa, sementara itu, Sane juga mencatatkan 8 gol dan 8 assist dalam 33 penampilan.
Catatan itu berlanjut ketika di Manchester City, di mana ia menorehkan 25 gol dan 31 assist dalam 89 pertandingan Liga Premier di tiga musim pertamanya.
Lebih jauh, baik Gnabry dan Coman mereka mengandalkan kaki kanan (seperti juga Coutinho dan Perisic). Sementara Sane datang dengan tawaran lain, kemampuan kaki kiri membuka dimensi permainan Bayern yang belum mereka miliki sejak kepergian Arjen Robben.
Gaya Sane tak jauh dari Arjen Robben, ia pemain yang serba bisa, meski lebih memilih beroperasi sebagai pemain sayap terbalik di sisi kanan (inverted), dan Sane mampu memotong serta menembak dengan kaki yang lebih kuat. “Saya biasanya bermain di sisi kiri di City, tetapi sebagai pemain muda dan di Schalke, saya bermain di sisi kanan,” kata Sane.
“Posisi favorit saya ada di sayap kanan. Saya merasa paling nyaman di sana. Tapi saya tidak punya masalah dengan bermain di kiri,” tambahnya.
2. Douglas Costa
Kedatangan Sane masih menyisakan ruang lain untuk diisi. Bayern Munchen tak mau coba-coba, untuk melengkapi posisi yang diinginkan mereka mendatangkan kembali Douglas Costa yang telah matang dan teruji di Juventus.
“Douglas akan membuat kami lebih kuat di sayap, itu sangat penting untuk permainan kami,” kata Salihamidzic tentang kembalinya pemain internasional Brasil itu ke Allianz Arena.
Douglas hanya tinggal menyesuaikan atmosfer bermain di Bayern Muenchen. Dengan adanya Douglas kini Mudnchen lebih percaya diri.
“Douglas membuat kami lebih kuat dari musim lalu, di posisi penyerang kami memiliki dua kaki kiri dan dua kaki kanan. Mereka adalah empat pemain dengan profil beragam yang semuanya hebat dalam menggiring bola. Itu akan membuat Bayern Munich lebih tidak terduga," kata Salihamidzic.
Pesepakbola berusia 30 tahun itu jauh lebih efektif sebagai pengumpan atau pemberi assist daripada pencetak gol.
3. Serge Gnabry
Jika Douglas Costa adalah pengumpan yang baik dan Sane seorang penggiring bola tingkat elit, bisa dibilang Gnabry adalah gabungan antar keduanya.
Dia mencetak 12 gol dan 11 assist di Bundesliga musim lalu, musim paling produktifnya hingga saat ini. Maka, tidak mengherankan jika musim lalu Gnabry bermain jauh lebih banyak daripada tiga pemain sayap lainnya di skuat Bayern. Gnabry memiliki 2.203 menit bermain di Bundesliga, dibandingkan dengan 1.506 menit bermain untuk Coman, atau 1.413 untuk Coutinho dan 1.204 menit bermain untuk Perisic.
Gnabry juga selalu tampil konsisten pada saat laga-laga yang krusial, lihatlah golnya ketika melawan Tottenham Hotspur di Liga Champions UEFA, ditambah 2 gol melawan Chelsea dan Lyon, dan 1 gol dan 2 assist pada saat menekuk Barcelona.
Hansi Flick sangat sadar betapa berharganya Gnabry bagi tim. "Perkembangan Gnabry dalam beberapa tahun terakhir luar biasa dan Anda bisa melihat bahwa dia hampir menjadi pemain kelas dunia," kata pelatih berusia 55 tahun itu saat final Liga Champions pada Agustus lalu.
4. Kingsley Coman
Sejak tiba di Bayern pada Agustus 2015, Coman mencetak 19 gol dalam 109 pertandingan di Bundesliga, seandainya bukan karena serangkaian cedera parah yang memaksanya absen lebih dari 80 pertandingan dalam periode itu, Coman pasti bisa berbuat lebih.
Dari semua pemain di sayap yang dimiliki Bayern saat ini, mantan punggawa Paris Saint-Germain itu adalah yang tercepat, kemampuan lari Coman pernah tercatat sejauh 22,18 mph atau 35,7km/jam.
Setiap kali berlaga, Coman selalu mobile dan tampil dalam intensitas tinggi. Dia seorang pekerja keras, dan itu yang membuatnya disayangi oleh rekan setim dan jajaran pelatih.
Coman akan selalu diingat oleh para penggemar Bayern Muenchen, pemain asal Perancis ini menyundul bola dan terciptalah gol penentu kemenangan di final Liga Champions atas mantan klubnya Paris Saint-Germain.
"Kingsley Coman memiliki kemampuan luar biasa dan dia menunjukkan hari ini bahwa dia bisa mencetak gol," kata Flick setelah pertandingan itu usai.
Coman mampu bermain di kedua sayap, di mana gerakannya yang melesat dan kemauannya untuk mengelabui lawan dapat menyebabkan masalah serius bagi bek. Ia juga masih muda, baru berusia 24 tahun, tetapi banyak yang tak menyadari, Coman diam-diam mulai masuk dalam jajaran pemain sayap yang menjanjikan dan patut untuk diwaspadai.
Tanpa mengesampingkan posisi lain, apa-apa yang diraih Bayern Muenchen selama ini, tak lepas dari peran vital barisan lini depan, juru gedor utama seperti Lewandowski sangat terbantu dengan keberadaan para pemain sayap Bayern Muenchen.
BACA BIOGRAFI LAINNYA
6 Fakta Unik Pemain Baru Arsenal Thomas Partey, Punya Klub di Madrid
6 Fakta Unik Pemain Baru Arsenal Thomas Partey, Punya Klub di Madrid
BACA FEATURE LAINNYA
13 Pemain Liga Indonesia Selain Kempes, Milla, Essien Pernah Tampil di Piala Dunia
13 Pemain Liga Indonesia Selain Kempes, Milla, Essien Pernah Tampil di Piala Dunia
Apa yang dikatakan Rummenigge bukanlah omong kosong. Lihatlah statistik Sane ketika masih berusia 19, di Schalke angka keberhasilan dribbling nya mencapai 120 kali, dua kali lipat lebih banyak kegunaan dribel Gnabry, Coman dan Costa, sementara itu, Sane juga mencatatkan 8 gol dan 8 assist dalam 33 penampilan.
Lebih jauh, baik Gnabry dan Coman mereka mengandalkan kaki kanan (seperti juga Coutinho dan Perisic). Sementara Sane datang dengan tawaran lain, kemampuan kaki kiri membuka dimensi permainan Bayern yang belum mereka miliki sejak kepergian Arjen Robben.
“Posisi favorit saya ada di sayap kanan. Saya merasa paling nyaman di sana. Tapi saya tidak punya masalah dengan bermain di kiri,” tambahnya.
2. Douglas Costa
Kedatangan Sane masih menyisakan ruang lain untuk diisi. Bayern Munchen tak mau coba-coba, untuk melengkapi posisi yang diinginkan mereka mendatangkan kembali Douglas Costa yang telah matang dan teruji di Juventus.
“Douglas akan membuat kami lebih kuat di sayap, itu sangat penting untuk permainan kami,” kata Salihamidzic tentang kembalinya pemain internasional Brasil itu ke Allianz Arena.
Douglas hanya tinggal menyesuaikan atmosfer bermain di Bayern Muenchen. Dengan adanya Douglas kini Mudnchen lebih percaya diri.
“Douglas membuat kami lebih kuat dari musim lalu, di posisi penyerang kami memiliki dua kaki kiri dan dua kaki kanan. Mereka adalah empat pemain dengan profil beragam yang semuanya hebat dalam menggiring bola. Itu akan membuat Bayern Munich lebih tidak terduga," kata Salihamidzic.
Pesepakbola berusia 30 tahun itu jauh lebih efektif sebagai pengumpan atau pemberi assist daripada pencetak gol.
3. Serge Gnabry
Jika Douglas Costa adalah pengumpan yang baik dan Sane seorang penggiring bola tingkat elit, bisa dibilang Gnabry adalah gabungan antar keduanya.
Dia mencetak 12 gol dan 11 assist di Bundesliga musim lalu, musim paling produktifnya hingga saat ini. Maka, tidak mengherankan jika musim lalu Gnabry bermain jauh lebih banyak daripada tiga pemain sayap lainnya di skuat Bayern. Gnabry memiliki 2.203 menit bermain di Bundesliga, dibandingkan dengan 1.506 menit bermain untuk Coman, atau 1.413 untuk Coutinho dan 1.204 menit bermain untuk Perisic.
Gnabry juga selalu tampil konsisten pada saat laga-laga yang krusial, lihatlah golnya ketika melawan Tottenham Hotspur di Liga Champions UEFA, ditambah 2 gol melawan Chelsea dan Lyon, dan 1 gol dan 2 assist pada saat menekuk Barcelona.
Hansi Flick sangat sadar betapa berharganya Gnabry bagi tim. "Perkembangan Gnabry dalam beberapa tahun terakhir luar biasa dan Anda bisa melihat bahwa dia hampir menjadi pemain kelas dunia," kata pelatih berusia 55 tahun itu saat final Liga Champions pada Agustus lalu.
4. Kingsley Coman
Sejak tiba di Bayern pada Agustus 2015, Coman mencetak 19 gol dalam 109 pertandingan di Bundesliga, seandainya bukan karena serangkaian cedera parah yang memaksanya absen lebih dari 80 pertandingan dalam periode itu, Coman pasti bisa berbuat lebih.
Dari semua pemain di sayap yang dimiliki Bayern saat ini, mantan punggawa Paris Saint-Germain itu adalah yang tercepat, kemampuan lari Coman pernah tercatat sejauh 22,18 mph atau 35,7km/jam.
Setiap kali berlaga, Coman selalu mobile dan tampil dalam intensitas tinggi. Dia seorang pekerja keras, dan itu yang membuatnya disayangi oleh rekan setim dan jajaran pelatih.
Coman akan selalu diingat oleh para penggemar Bayern Muenchen, pemain asal Perancis ini menyundul bola dan terciptalah gol penentu kemenangan di final Liga Champions atas mantan klubnya Paris Saint-Germain.
"Kingsley Coman memiliki kemampuan luar biasa dan dia menunjukkan hari ini bahwa dia bisa mencetak gol," kata Flick setelah pertandingan itu usai.
Coman mampu bermain di kedua sayap, di mana gerakannya yang melesat dan kemauannya untuk mengelabui lawan dapat menyebabkan masalah serius bagi bek. Ia juga masih muda, baru berusia 24 tahun, tetapi banyak yang tak menyadari, Coman diam-diam mulai masuk dalam jajaran pemain sayap yang menjanjikan dan patut untuk diwaspadai.