Denmark dan Ceko, Dua Underdog yang Ingin Mengulang Deja vu
Semua mata pencinta sepakbola bakal tertuju pada duel antara Inggris vs Jerman. Namun, siapa yang akan memenangkan pertandingan itu diyakini tak akan mudah mencapai final begitu saja.
Euro telah memunculkan banyak kejutan, salah satunya gelar juara yang diraih tim berstatus underdog seperti Denmark pada 1992. Kemudian, Yunani menghentak Benua Eropa setelah menjuarai Euro 2004. Sementara Euro 2020 juga memiliki potensi yang sama.
Faktanya, Denmark atau Republik Ceko akan berada di semifinal Euro 2020. Mereka akan saling berjibaku saat bertemu di perempat final nanti.
Bagan sistem gugur memang telah dibuat dan kita bisa melihat bahwa Italia, Prancis, Belgia, dan Spanyol harus saling menjatuhkan untuk mencapai final. Sedangkan sisi lain, bagan memiliki cara yang lebih mudah.
Dan, tampaknya sedikit yang percaya bahwa Denmark atau Republik Ceko memiliki kualitas yang cukup untuk menghadapi tantangan dari Spanyol, Prancis, Belgia, dan Italia secara berurutan.
Tetapi, seperti hampir setiap tim di Euro 2020, mereka memiliki kualitas yang cukup untuk mengalahkan tim manapun di Kejuaraan Eropa.
Sejak September 2018, satu-satunya tim yang mengalahkan Denmark adalah Belgia, yang berhasil sebanyak tiga kali, dan Finlandia dalam pertandingan traumatis di awal turnamen ini.
Saat itu, Denmark bermain imbang dengan Jerman, dan mendapat satu kemenangan melawan Inggris. Hasil itu telah membawa mereka ke sepuluh besar peringkat FIFA menjelang Euro 2020.
Deja vu Euro 1992
Ketika Denmark memenangkan Kejuaraan Eropa pada 1992, mereka memiliki peringkat jauh lebih rendah. Mereka beruntung dapat berpartisipasi ketika Yugoslavia didiskualifikasi.
Pada periode tersebut, tim Dinamit hanya diperkuat tujuh pemain yang bermain di luar kompetisi sepakbola Denmark. Bandingkan dengan Euro 2020, di mana hanya empat pemain yang merumput di Liga Denmark. Sementara sisanya adalah pemain yang merumput di liga top Eropa, seperti dari Chelsea, AC Milan, dan Barcelona.
Sama seperti 1992, mereka memiliki awal yang lambat dalam babak penyisihan grup. Mereka juga membutuhkan kemenangan di pertandingan terakhir untuk lolos ke 16 besar.
Mereka, 29 tahun yang lalu, mengalahkan Prancis pada pertandingan terakhir penyisihan grup. Kali ini, mereka mengalahkan Rusia 4-1 berkat tendangan jarak jauh dari Mikkel Damsgaard dan Andreas Christensen.
Persamaan lainnya antara 1992 dan 2020 di kubu Denmark adalah mereka tanpa pemain bintang di sisa laga. Pada 1992, Denmark harus kehilangan Michael Laudrup yang terpaksa keluar dari tim menjelang turnamen.
Sementara di Euro kali ini, tim Dinamit kehilangan Christian Eriksen dalam pertandingan melawan Finlandia. Pemain Inter Milan mengalami serangan jantung saat berlaga.
Beruntung Denmark memiliki pertahanan solid tanpa Eriksen. Denmark memiliki jumlah kebobolan paling sedikit, hanya kalah dari Spanyol. Dalam dua pertandingan terakhir, mereka telah menunjukkan bisa mencetak gol. Denmark saat ini adalah pencetak gol terbanyak bersama di Euro 2020 dan memiliki tembakan terbanyak kedua per pertandingan.
Kuda Hitam Berikutnya
Sementara itu, performa Republik Ceko saat memasuki turnamen sedikit lebih buruk daripada Denmark. Tetapi, mereka telah mengalahkan Inggris dan bermain imbang dengan Belgia dalam dua tahun menjelang Euro 2020.
Empat tahun setelah kemenangan bersejarah Denmark di Euro 1992, Ceko hampir menjadi pemenang kejutan di Euro 1996. Mereka mampu mengalahkan Prancis dan Portugal di sistem gugur sebelum kalah di final melawan Jerman berkat gol emas Oliver Bierhoff di perpanjangan waktu.
Dalam perjalanan ke final itu, tidak ada pemain Ceko yang mencetak lebih dari satu gol. Tetapi, di turnamen kali ini, Patrik Schick dari Bayer Leverkusen sudah memiliki empat gol. Dia bisa mendapatkan Sepatu Emas jika terus mencetak setidaknya satu gol lagi di sistem gugur.
Terakhir kali pemain Ceko memenangkan Sepatu Emas di Kejuaraan Eropa adalah pada 2004. Ketika itu, Milan Baros mencetak lima gol sebelum mereka kalah dari Yunani di semifinal.
Ceko memiliki lebih banyak pemain domestik daripada banyak tim di sistem gugur, walau mayoritas dari tim seperti Slavia Prague dan Sparta Prague. Mereka memang tak lagi diperkuat sang legenda, Pavel Nedved, tapi setidaknya ada bintang masa depan mereka dalam diri Adam Hlozek.
Kurangnya nama besar dikombinasikan dengan peringkat FIFA yang cuma di peringkat 40 tak membuat Ceko gentar. Mereka membuktikan itu ketika melumat Belanda di babak 16 besar. Kemenangan itu menjadi jawaban betapa Ceko wajib diperhitungkan.
Belanda memiliki banyak bola di sekitar area Ceko dalam pertandingan itu, namun entah bagaimana tidak berhasil mendapatkan satu pun tembakan tepat sasaran. Keberuntungan kemudian menguntungkan Ceko di babak kedua ketika Matthijs de Ligt tergelincir dan mendapat kartu merah.
Tapi, seperti gol Yussuf Poulsen untuk Denmark melawan Rusia, Anda membuat keberuntungan Anda sendiri dalam sepakbola dengan menekan lawan dengan baik.
Ketika Denmark memenangkan Euro 1992, mereka tidak memiliki keuntungan sebagai tuan rumah. Kali ini, mereka memainkan pertandingan grup mereka di Copenhagen, dan suasana di Stadion Parken pasti telah membantu mendorong tim melawan Rusia.
Mereka juga menghindari banyak perjalanan yang harus dihadapi tim lain. Babak perempat final antara Denmark dan Republik Ceko akan mengirim kedua tim menuju Baku, Azerbaijan, sebelum pemenang di laga itu akan terbang ke London untuk bermain di semifinal.
Ketika sampai ke tahap itu, baik Denmark atau Ceko, hanya selangkah lagi mencapai final. Mereka sejauh ini menunjukkan dapat mengalahkan siapa pun dalam satu pertandingan.
Euro telah memunculkan banyak kejutan, salah satunya gelar juara yang diraih tim berstatus underdog seperti Denmark pada 1992. Kemudian, Yunani menghentak Benua Eropa setelah menjuarai Euro 2004. Sementara Euro 2020 juga memiliki potensi yang sama.
Faktanya, Denmark atau Republik Ceko akan berada di semifinal Euro 2020. Mereka akan saling berjibaku saat bertemu di perempat final nanti.
Bagan sistem gugur memang telah dibuat dan kita bisa melihat bahwa Italia, Prancis, Belgia, dan Spanyol harus saling menjatuhkan untuk mencapai final. Sedangkan sisi lain, bagan memiliki cara yang lebih mudah.
Dan, tampaknya sedikit yang percaya bahwa Denmark atau Republik Ceko memiliki kualitas yang cukup untuk menghadapi tantangan dari Spanyol, Prancis, Belgia, dan Italia secara berurutan.
Tetapi, seperti hampir setiap tim di Euro 2020, mereka memiliki kualitas yang cukup untuk mengalahkan tim manapun di Kejuaraan Eropa.
Sejak September 2018, satu-satunya tim yang mengalahkan Denmark adalah Belgia, yang berhasil sebanyak tiga kali, dan Finlandia dalam pertandingan traumatis di awal turnamen ini.
Saat itu, Denmark bermain imbang dengan Jerman, dan mendapat satu kemenangan melawan Inggris. Hasil itu telah membawa mereka ke sepuluh besar peringkat FIFA menjelang Euro 2020.
Deja vu Euro 1992
Ketika Denmark memenangkan Kejuaraan Eropa pada 1992, mereka memiliki peringkat jauh lebih rendah. Mereka beruntung dapat berpartisipasi ketika Yugoslavia didiskualifikasi.
Pada periode tersebut, tim Dinamit hanya diperkuat tujuh pemain yang bermain di luar kompetisi sepakbola Denmark. Bandingkan dengan Euro 2020, di mana hanya empat pemain yang merumput di Liga Denmark. Sementara sisanya adalah pemain yang merumput di liga top Eropa, seperti dari Chelsea, AC Milan, dan Barcelona.
Sama seperti 1992, mereka memiliki awal yang lambat dalam babak penyisihan grup. Mereka juga membutuhkan kemenangan di pertandingan terakhir untuk lolos ke 16 besar.
Mereka, 29 tahun yang lalu, mengalahkan Prancis pada pertandingan terakhir penyisihan grup. Kali ini, mereka mengalahkan Rusia 4-1 berkat tendangan jarak jauh dari Mikkel Damsgaard dan Andreas Christensen.
Persamaan lainnya antara 1992 dan 2020 di kubu Denmark adalah mereka tanpa pemain bintang di sisa laga. Pada 1992, Denmark harus kehilangan Michael Laudrup yang terpaksa keluar dari tim menjelang turnamen.
Sementara di Euro kali ini, tim Dinamit kehilangan Christian Eriksen dalam pertandingan melawan Finlandia. Pemain Inter Milan mengalami serangan jantung saat berlaga.
Beruntung Denmark memiliki pertahanan solid tanpa Eriksen. Denmark memiliki jumlah kebobolan paling sedikit, hanya kalah dari Spanyol. Dalam dua pertandingan terakhir, mereka telah menunjukkan bisa mencetak gol. Denmark saat ini adalah pencetak gol terbanyak bersama di Euro 2020 dan memiliki tembakan terbanyak kedua per pertandingan.
Kuda Hitam Berikutnya
Sementara itu, performa Republik Ceko saat memasuki turnamen sedikit lebih buruk daripada Denmark. Tetapi, mereka telah mengalahkan Inggris dan bermain imbang dengan Belgia dalam dua tahun menjelang Euro 2020.
Empat tahun setelah kemenangan bersejarah Denmark di Euro 1992, Ceko hampir menjadi pemenang kejutan di Euro 1996. Mereka mampu mengalahkan Prancis dan Portugal di sistem gugur sebelum kalah di final melawan Jerman berkat gol emas Oliver Bierhoff di perpanjangan waktu.
Dalam perjalanan ke final itu, tidak ada pemain Ceko yang mencetak lebih dari satu gol. Tetapi, di turnamen kali ini, Patrik Schick dari Bayer Leverkusen sudah memiliki empat gol. Dia bisa mendapatkan Sepatu Emas jika terus mencetak setidaknya satu gol lagi di sistem gugur.
Terakhir kali pemain Ceko memenangkan Sepatu Emas di Kejuaraan Eropa adalah pada 2004. Ketika itu, Milan Baros mencetak lima gol sebelum mereka kalah dari Yunani di semifinal.
Ceko memiliki lebih banyak pemain domestik daripada banyak tim di sistem gugur, walau mayoritas dari tim seperti Slavia Prague dan Sparta Prague. Mereka memang tak lagi diperkuat sang legenda, Pavel Nedved, tapi setidaknya ada bintang masa depan mereka dalam diri Adam Hlozek.
Kurangnya nama besar dikombinasikan dengan peringkat FIFA yang cuma di peringkat 40 tak membuat Ceko gentar. Mereka membuktikan itu ketika melumat Belanda di babak 16 besar. Kemenangan itu menjadi jawaban betapa Ceko wajib diperhitungkan.
Belanda memiliki banyak bola di sekitar area Ceko dalam pertandingan itu, namun entah bagaimana tidak berhasil mendapatkan satu pun tembakan tepat sasaran. Keberuntungan kemudian menguntungkan Ceko di babak kedua ketika Matthijs de Ligt tergelincir dan mendapat kartu merah.
Tapi, seperti gol Yussuf Poulsen untuk Denmark melawan Rusia, Anda membuat keberuntungan Anda sendiri dalam sepakbola dengan menekan lawan dengan baik.
Ketika Denmark memenangkan Euro 1992, mereka tidak memiliki keuntungan sebagai tuan rumah. Kali ini, mereka memainkan pertandingan grup mereka di Copenhagen, dan suasana di Stadion Parken pasti telah membantu mendorong tim melawan Rusia.
Mereka juga menghindari banyak perjalanan yang harus dihadapi tim lain. Babak perempat final antara Denmark dan Republik Ceko akan mengirim kedua tim menuju Baku, Azerbaijan, sebelum pemenang di laga itu akan terbang ke London untuk bermain di semifinal.
Ketika sampai ke tahap itu, baik Denmark atau Ceko, hanya selangkah lagi mencapai final. Mereka sejauh ini menunjukkan dapat mengalahkan siapa pun dalam satu pertandingan.