Berita

Strategi FIFA Atasi Panas Ekstrem di Piala Dunia 2026

Ringkasan Berita

  • FIFA berencana menggunakan stadion ber-AC untuk Piala Dunia 2026 guna mengatasi panas ekstrem di AS, Meksiko, dan Kanada.

  • Penyesuaian jadwal diperlukan karena perbedaan zona waktu di negara tuan rumah, mempengaruhi penyiaran turnamen.

  • Pemain dan pelatih khawatir panas ekstrem mempengaruhi performa dan keselamatan, mendesak FIFA untuk bertindak.

FIFA berencana gunakan stadion ber-AC untuk atasi panas ekstrem di Piala Dunia 2026.

FIFA dan Tantangan Panas Ekstrem di Piala Dunia 2026

Piala Dunia 2026 yang akan diselenggarakan di Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada diharapkan mengalami perubahan untuk mengurangi suhu tinggi selama pertandingan. Topik ini menjadi perhatian dan kritik dari pemain, pelatih, serta penggemar selama Piala Dunia Klub yang diadakan di negara tersebut. Presiden FIFA, Gianni Infantino, menyatakan bahwa selama kompetisi tahun depan, stadion tertutup dengan pendingin udara akan digunakan sebanyak mungkin untuk pertandingan yang dijadwalkan pada siang hari.

Baca juga : Prediksi dan Analisis Pertandingan Bologna vs Parma | 4 Desember 2025

Menurut The Guardian, Infantino mengonfirmasi akan ada peningkatan penggunaan stadion ber-AC di kota-kota seperti Atlanta, Dallas, Houston, dan Vancouver. Piala Dunia 2026 akan diadakan di 16 kota: 11 di AS, dua di Kanada, dan tiga di Meksiko. Di antara stadion dalam ruangan, Vancouver memiliki suhu rata-rata terendah pada bulan Juni dan Juli.

Penyesuaian Jadwal dan Tantangan Zona Waktu

FIFA juga perlu merencanakan perbedaan zona waktu di negara tuan rumah, yang dapat menimbulkan tantangan dalam penjadwalan dan penyiaran turnamen. Amerika Serikat memiliki enam zona waktu: Hawaii-Aleutian, Alaska, Pasifik, Pegunungan, Tengah, dan Timur. Kanada juga memiliki enam, termasuk Pasifik, Pegunungan, Tengah, Timur, Atlantik, dan Newfoundland. Meksiko beroperasi di empat zona: Tenggara, Tengah, Pasifik, dan Barat Laut. Kompleksitas ini berarti penyiar TV—baik yang gratis maupun berbayar—harus menyesuaikan jadwal mereka untuk mengakomodasi perbedaan waktu regional.

FIFA belum mengumumkan bagaimana mereka akan mengoordinasikan waktu pertandingan di seluruh zona ini. Namun, penggunaan stadion ber-AC diharapkan dapat mengurangi dampak suhu tinggi pada pemain dan penonton.

Enzo Fernandez, pemain Argentina, mengungkapkan kekhawatirannya tentang risiko panas ekstrem. Dalam konferensi pers menjelang pertandingan Chelsea melawan Paris Saint-Germain di Piala Dunia Klub, dia menggambarkan momen mengkhawatirkan saat melawan Fluminense. “Terima kasih telah menanyakan pertanyaan itu, karena panasnya tidak tertahankan. Hari itu (melawan Fluminense), saya merasa pusing selama satu permainan. Saya harus berbaring — saya merasa ringan kepala,” kata Fernandez.

Dia memperingatkan penyelenggara turnamen bahwa kondisi tersebut tidak hanya mempengaruhi pemain tetapi juga menimbulkan risiko bagi penggemar di tribun. Enzo mendesak FIFA untuk bertindak sebelum turnamen 2026. “Bermain dalam panas seperti ini sangat berbahaya dan merusak tontonan — tidak hanya untuk kami, tetapi juga untuk penggemar di stadion dan mereka yang menonton di rumah. Kecepatan permainan turun drastis; semuanya menjadi lebih lambat. Semoga tahun depan, mereka akan menyesuaikan jadwal agar sepak bola tetap menarik,” tambahnya.

Insiden lebih lanjut selama Piala Dunia Klub menyoroti masalah panas. Insiden besar pertama terjadi selama pertandingan grup antara Borussia Dortmund dan Mamelodi Sundowns di Stadion TQL di Ohio. Selama babak pertama, pemain pengganti Dortmund memilih untuk tetap berada di ruang ganti daripada duduk di tepi lapangan karena kondisi yang sangat panas.

Belakangan, pemain terlihat menggunakan payung di bangku cadangan untuk mencari naungan, mencoba mengatasi suhu 32°C dan rasa panas nyata 36°C pada siang hari waktu setempat. Ini bukan satu-satunya pertandingan yang terpengaruh. Pada 15 Juni, suhu selama pertandingan PSG melawan Atletico Madrid di Rose Bowl di Pasadena mencapai 35°C, dengan indeks panas mendekati 40°C.

Bek kiri Atletico, Javi Galán, menggambarkan pengalaman itu sebagai hampir mencekik. “Itu hampir mencekik, dan bola bergerak sangat cepat di lapangan. Kami tidak terbiasa bermain pada waktu itu, tetapi itu bukan alasan—itu sama untuk semua orang,” kata Galán.

Menanggapi kondisi tersebut, Chelsea memasang kipas industri dan semprotan pendingin di basis pelatihan mereka di Subaru Park, Pennsylvania, sementara pelatih kepala Enzo Maresca bahkan mengurangi durasi beberapa sesi latihan.

Newsletter : 📩 Dapatkan update terkini seputar dunia sepak bola langsung ke email kamu — gratis!