Kisah Ragnar Oratmangoen Calon Pemain Timnas Indonesia Pernah Main Film Tentang RMS

"Sisi lain dari pemain yang kini berkiprah di Eredivisie..."

Biografi | 05 January 2022, 03:26
Kisah Ragnar Oratmangoen Calon Pemain Timnas Indonesia Pernah Main Film Tentang RMS

Libero.id - Tiap kali kita mengetahui pemain keturunan Indonesia yang berkiprah diluar negeri, ada jenis nasionalisme tertentu yang tiba-tiba saja berkobar. Dan diam-diam kita memacak harapan, suatu kelak pemain itu akan bermain untuk timnas Indonesia. Untuk mewakili mimpi-mimpi kecil kita yang gagal. 

Ada banyak nama, tapi reputasinya yang paling mentereng antara lain mulai dari Robin Van Persie, Giovanni Van Bronckhorst, Nigel de Jong, hingga Radja Nainggolan, secara terbuka mengaku punya darah Indonesia,  entah dari ayah, kakek, atau hubungan nasab yang semisalnya.

Dan membayangkan mereka membela Indonesia adalah mimpi di siang bolong. Tapi entah di siang yang keberapa kita yakin betul mimpi itu bakal terwujud.

Meskipun kita sering lupa kalau kisah tentang naturalisasi pemain-pemain itu lebih banyak berakhir dengan sedih.
Namun hal itu tidak menghentikan kita untuk bermimpi lagi, lagi, dan seterusnya entah sampai kapan.

Kini salah satu nama mencuat --- setelah Shin Tae-yong merekomendasikan beberapa nama yang bisa diurus oleh PSSI --- ia bernama Ragnar Oratmangoen, darah muda Belanda keturunan Maluku yang pada musim 2021-2022 ini berlaga di kasta tertinggi sepakbola Belanda, Eredivisie, bersama Go Ahead Eagles, sebuah klub yang terletak di kota kecil Deventer, Provinsi Overijssel, yang penduduknya sangat akrab dengan atmosfer sepak bola.

Oratmangoen. Nama yang terdengar sangat Indonesia ketika disebutkan. Merupakan pemain dengan peran vital ketika SC Cambuur juara liga menengah Eerste Divisie musim 2020-2021 --- kasta kedua sepakbola Belanda. Dari data yang disediakan Transfermarkt, diketahui dalam dua musim Oratmangoen mencetak 13 gol dan 5 asssit.  

Musim debutnya untuk Go Ahead Angels, tidak bisa juga dikatakan remeh, sejauh ini ia hampir selalu tampil, menjadi pilihan utama dengan catatan dua assist.

Oratmangoen adalah tipikal pemain petarung, ia sangat ulet ketika bola berada di kakinya, kuat dalam duel dan selalu menatap ke depan. Pemain yang penuh dengan kepercayaan diri.

Dan dengan begitu ia telah menjawab segala skeptisme orang-orang yang diarahkan padanya. 

"Saya tidak pernah bermain di liga utama dan kemudian orang-orang mulai bertanya: 'Bisakah dia melakukan sesuatu?' Sangat menyenangkan bahwa saya telah menghilangkan  keraguan orang-orang," katanya suatu kali.

Kisah Tersembunyi Ragnar Oratmangoen

Beberapa pesepakbola jagoan kisah hidupnya dijadikan film, diceritakan ulang disebuah buku. Kita bisa sebut banyak sekali nama misalnya film dengan judul besar nama mereka sendiri, Pele dalam Pele: Birth of the Legend (2020) dan legenda lainnya, Diego Maradona dalam Diego Maradona (2019).

Beberapa lagi cuma jadi figuran, memainkan peran cameo di film-film yang berhubungan dengan sepakbola, ambil contoh satu saja, Zinedine Zidane di Goal: The Dream Begin (2005) dan Goal II: Livin the Dream (2007).

Di level yang lain, seorang Oratmangoen ternyata juga pernah kecil-kecilan memainkan peran dalam sebuah film bergenre drama dengan latar sejarah yang kuat.

Jika diatas lapangan hijau ia memainkan peran utama. Maka dalam film yang berjudul De Punt (2009), ia memainkan peran pendukung.

Oratmangoen ternyata punya seorang kakak sepupu seorang aktor bernama Gerson Oratmangoen. Dan menariknya dalam sebuah scene, Oratmangoen yang saat itu berusia 12 tahun memainkan peran yang sangat natural: bermain bola dengan kakaknya itu.

Itu adalah film tentang pembajakan kereta api tahun 1977 di desa Drenthe. 

" Sepupu saya Gerson adalah seorang aktor dan memainkan salah satu peran utama, sebagai pembajak. Peran saya jauh lebih kecil'', kata Oratmangoen dilansir dari destentor.nl sambil tertawa.

“Mereka membutuhkan tambahan orang dan kemudian saya diizinkan pergi ke studio di Amsterdam bersama sepupu laki-laki saya. Dalam film kami menendang bola bersama-sama.”

Pembajakan kereta api tersebut merupakan protes kekerasan oleh masyarakat Maluku Selatan terhadap pemerintah Belanda yang menurut mereka gagal memenuhi kesepakatan. Setelah lebih dari dua puluh tahun di bawah kondisi yang keras antara lain di Kamp Vught dan situasinya tidak lagi bisa diterima dan konflik menyebar dan makin menjadi-jadi di daerah Drenthe.

Peran film sederhana memberi Oratmangoen wawasan mendalam tentang sejarah nenek moyangnya, yang juga datang ke Belanda pada 1950-an. 
Itu merupakan tahun dimana rakyat Maluku Selatan berupaya untuk pisah dari Indonesia. Karena satu dan lain hal menyangkut persoalan politik.

"Saya setengah Belanda, setengah Maluku. Ayah saya lahir di kamp Nistelrode. Penerimaan mereka di Belanda tidak menyenangkan, mereka mengalami tahun-tahun yang sulit. Itu meningkat dengan pembajakan itu, tetapi ceritanya jauh lebih jauh dari film itu."

Dan saat ditanyai tentang kesempatan membela Indonesia, dengan meyakinkan Oratmangoen berkata sambil memberikan saran.

"Saya sudah berpikir untuk menjadi pemain timnas Indonesia, tetapi level kompetisi disana harus dinaikkan, harus ada lebih banyak lagi pemain yang bermain klub Eropa,"

Oratmangoen sendiri masih memiliki keluarga yang tinggal di Maluku dan berencana mengunjungi Indonesia suatu kelak.

"Saya belum pernah kesana. Itu karena tiket pesawat yang sangat mahal, tapi sekarang setelah kami dewasa, kami ingin pergi ke sana bersama orang tua saya."

Dan mungkin inilah jalan awal bagi Oratmangoen untuk kembali ke negeri permai tempat keluarganya berasal: Indonesia.

(gigih imanadi darma/gie)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network