Indahnya toleransi. Sepakbola jadi rumah yang nyaman untuk semua
Ada yang menarik dalam laga yang mempertemukan antara RB Leipzig melawan TSG Hoffenheim di pekan ke-23 Bundesliga Jerman. Laga yang digelar di Red Bull Arena pada (10/4) Minggu malam waktu setempat itu berkesudahan dengan skor 3-0 untuk kemenangan tuan rumah.
Tapi bukan itu yang menarik. Setelah hampir 30 menit laga berjalan, dengan sadar wasit yang memimpin jalannya laga, Bastian Dankert memerintahkan kedua tim untuk mengambil jeda istirahat.
Bukan karena cuaca ekstrem. Malam itu suhu stabil enam derajat Celcius dan langit mendung. Alasannya bersifat religius. Wasit mengizinkan pesepakbola Muslim, terutama Mohamed Simakan dari RB Leipzig untuk berbuka puasa.
Puasa tentu membutuhkan banyak disiplin. Umat Islam di seluruh dunia melatih diri untuk tidak makan atau minum apapun mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Orang sakit, orang tua, wanita hamil dan anak-anak secara fiqh dibebaskan dari puasa. Ada juga pengecualian untuk atlet profesional. Tapi Simakan memilih untuk berpuasa.
Matahari terbenam di daerah-daerah Jerman umumnya malam pukul 19:58. Dan laga yang memperebutkan posisi keempat klasemen itu dimulai sekitar 45 menit sebelum itu.
Dan Dankert sadar betul akan hal itu. Atas kesempatan yang diberikan wasit tersebut, Simakan tidak hanya menggunakannya untuk minum, tetapi juga untuk makan sesuatu. Wonderkid berusia 21 tahun itu berposisi bek itu tentu saja tidak mengeluarkan kotak makan siang. Tampak yang ia makan semacam energy gel dan energy bar.
Referee Bastian Dankert has paused the Bundesliga game between RB Leipzig and Hoffenheim as the sun went down so that defender Mohamed Simakan will be able to break the Ramadan fast.#RBLTSG pic.twitter.com/FNm2na4ATf
— DW Sports (@dw_sports) April 10, 2022
Benar-benar momen yang menyejukkan hati.