Mantan pemain tim nasional Andik Vermansyah meluapkan kekesalannya di akun media sosial miliknya. Dia menyebut liga tempatnya bermain sebagai liga bobrok.
Mantan pemain tim nasional Andik Vermansyah meluapkan kekesalannya di akun media sosial miliknya. Dia menyebut liga tempatnya bermain sebagai liga bobrok.
Kekesalan Andik dipicu usai pertandingan tandang antara timnya Persiraja melawan PSPS Pekanbaru di babak 8 besar Liga 2 2025 diadakan di Stadion Kaharuddin Nasution, Pekanbaru, pada Selasa, 11 Februari 2025. PSPS Pekanbaru meraih kemenangan tipis 1-0 di depan sekitar 15.800 pendukungnya berkat gol Noriki Akada yang tercipta di menit ke-73.
Meskipun demikian, babak pertama diwarnai oleh sejumlah kontroversi. Salah satu keputusan yang dianggap kontroversial oleh wasit Amri Nurhadi terjadi pada menit ke-18, ketika pemain PSPS Pekanbaru melakukan pelanggaran terhadap pemain Persiraja Banda Aceh. Namun, wasit tidak memberikan penalti kepada Persiraja dan membiarkan insiden tersebut berlalu.
Bahkan, kontroversi wasit tentang penalti berulang pada menit ke-23 setelah salah satu pemain Persiraja dijatuhkan di kotak penalti, kali ini tepat di depan mata wasit Amri Nurhadi. Setelah pertandingan berakhir, Amri Nurhadi mengalami situasi tidak menyenangkan ketika dia dikerubungi oleh para pemain Persiraja Banda Aceh di Stadion Kaharuddin Nasution.
Andik Vermansyah merupakan salah satu pemain sepakbola Indonesia yang paling dikenal pada era 2010-an. Lahir di Jember, 23 November 1991, Andik memulai karirnya di Persebaya Surabaya pada tahun 2008. Posturnya yang mungil dengan tinggi 163 cm justru menjadi kelebihannya di lapangan berkat kelincahan dan kecepatannya yang luar biasa.
Andik memulai karirnya bersama Persebaya Surabaya, di mana ia berkembang menjadi salah satu pemain muda paling menjanjikan di Indonesia. Performanya yang impresif membawanya ke klub Malaysia, Selangor FA pada tahun 2013. Di Selangor, Andik menjadi salah satu pemain asing tersukses dengan meraih beberapa gelar termasuk Piala Malaysia.
Setelah periode suksesnya di Malaysia, Andik kembali ke Indonesia dan membela beberapa klub termasuk PSIS Semarang dan Bhayangkara FC. Pengalamannya bermain di dua negara berbeda memberikannya perspektif unik tentang perbedaan kualitas liga di kawasan Asia Tenggara.
Bersama timnas Indonesia, Andik tercatat sebagai salah satu pemain kunci di era 2010-an. Debutnya bersama timnas senior terjadi pada tahun 2012. Ia menjadi bagian dari skuad Indonesia yang berlaga di berbagai turnamen seperti Piala AFF dan kualifikasi Piala Dunia. Kemampuannya mengobrak-abrik pertahanan lawan dari sisi sayap membuatnya menjadi salah satu pemain favorit suporter Indonesia.
Kritik Andik terhadap Liga Indonesia dengan menyebutnya sebagai "Liga Bobrok" mencerminkan frustrasinya terhadap berbagai permasalahan yang masih menghantui sepakbola Indonesia. Kalimat yang dia tulis sebagai berikut: Jadi Pemain Bola Pro 2008 sampai sekarang Main bola kayak jadi wayang." Dia kemudian menandai PT LIB, PSSI dan akun ketua umum PSSI Erick Thohir. Dia kemudian menulis "Liga Bobrok" dengan emoticon menangis tiga buah.
Sejauh ini, Liga Indonesia kerap menuai kontroversi. Di antaranya manajemen klub yang sering bermasalah dengan pembayaran gaji pemain, infrastruktur stadion dan fasilitas latihan yang masih tertinggal, sistem kompetisi yang sering berubah-ubah, serta keputusan wasit yang kerap kontroversial. Bahkan pada pertandingan Deltras melawan Persibo, PT LIB mengubah hasil pertandingan yang sudah diputuskan wasit di lapangan.
Kritik Andik Vermansyah terhadap Liga Indonesia tentu perlu dilihat sebagai bentuk kepeduliannya terhadap perkembangan sepakbola nasional. Pengalamannya bermain di Malaysia memberinya perspektif pembanding tentang bagaimana seharusnya sebuah liga profesional dikelola. Meski Indonesia memiliki basis suporter yang besar dan passion yang tinggi terhadap sepakbola, masih banyak aspek yang perlu diperbaiki untuk mencapai standar profesional seperti yang telah dicapai negara-negara tetangga.