Kisah William Prunier, rekrutan kontroversial Sir Alex Ferguson di Manchester United yang berakhir dengan cepat.
Pada musim dingin 1995/96, Manchester United menghadapi krisis cedera yang memaksa Sir Alex Ferguson mencari solusi cepat. Dengan beberapa pemain kunci seperti Gary Pallister, Steve Bruce, dan David May absen, Ferguson beralih ke rekomendasi Eric Cantona, seorang bek asal Prancis bernama William Prunier.
Prunier, yang saat itu berusia 28 tahun, bermain untuk klub Ligue 1, Bordeaux. Menurut BBC Sport, ia begitu antusias dengan kesempatan ini hingga memutuskan kontraknya sendiri di Prancis untuk bergabung dengan Manchester United. Meski awalnya hanya bergabung dengan status percobaan, situasi memaksanya masuk ke tim utama setelah Denis Irwin mengalami cedera.
Debut yang Menjanjikan
Debut Prunier dimulai dengan baik. Ia memberikan assist untuk gol Andy Cole dalam kemenangan 2-1 atas Queen Park Rangers. Namun, penampilan keduanya tidak seberuntung itu. Prunier bermain dalam pertahanan darurat bersama Gary Neville, Phil Neville, dan Paul Parker saat United kalah 4-1 dari Tottenham pada 1 Januari 1996. Pertandingan ini menjadi penampilan terakhirnya untuk klub sebelum kembali ke Prancis.
Setelah meninggalkan United, Prunier dipinjamkan ke Copenhagen dan kemudian bermain untuk beberapa klub lain, termasuk Napoli dan Hearts. Dalam wawancara dengan Telegraph pada 2019, Prunier menggambarkan pengalamannya di United sebagai mimpi dan kehormatan yang tidak ia sesali.
Kenangan Bersama Cantona
Prunier juga mengungkapkan bagaimana pemain seperti David Beckham dan Roy Keane tertarik mendengar cerita tentang Cantona, yang telah menjadi temannya selama beberapa tahun. “Di ruang ganti, para pemain ingin mendengar kenangan lucu tentang Eric,” kenangnya. Namun, karena Prunier tidak bisa berbahasa Inggris, ia menceritakan kisah-kisah itu kepada Cantona untuk diterjemahkan. Cantona, dengan caranya sendiri, mengubah cerita tersebut agar tim tidak bisa menertawakannya.
Meski begitu, Ferguson tampaknya menyesali keputusannya merekrut Prunier. Dalam autobiografinya tahun 2015 berjudul 'Leading', Ferguson menyebut Prunier sebagai “bencana”.