Mengulas musim-musim terburuk Manchester United di Premier League, menyoroti penurunan performa setelah era Sir Alex Ferguson.
Manchester United, salah satu klub sepak bola paling ikonik di dunia, telah mengalami pasang surut selama bertahun-tahun. Musim 2024/25 menandai kampanye ke-32 mereka di Premier League, dan mereka berisiko mencatatkan perolehan poin terendah dalam sejarah mereka. Sebagian besar musim dengan perolehan poin terendah terjadi setelah kepergian Sir Alex Ferguson, menyoroti penurunan performa klub sejak saat itu.
Di bawah asuhan Ruben Amorim, Setan Merah harus mengumpulkan sejumlah poin signifikan untuk menghindari masuk dalam daftar musim terburuk ini. Musim 2024/25 ini menjadi tantangan besar bagi Amorim setelah menggantikan Erik ten Hag, yang dipecat pada Oktober setelah hanya memenangkan tiga dari sembilan pertandingan pertama.
Penurunan Pasca-Ferguson
Sejak kepergian Ferguson, Manchester United mengalami penurunan performa yang signifikan. Musim 2013/14 di bawah David Moyes dan Ryan Giggs adalah awal dari masa sulit ini, di mana mereka hanya finis di posisi ketujuh dengan 64 poin. Musim tersebut menandai titik terendah baru bagi klub yang terbiasa dengan kesuksesan.
Musim 2021/22 di bawah Ole Gunnar Solskjaer, Michael Carrick, dan Ralf Rangnick menjadi musim terburuk dalam hal perolehan poin, dengan hanya 58 poin. Ini adalah musim yang penuh tantangan, di mana mereka mengalami kekalahan telak dari rival seperti Liverpool.
Harapan dan Kekecewaan
Musim 2023/24 dimulai dengan optimisme tinggi setelah kemenangan di Piala Liga dan finis di zona Liga Champions. Namun, taktik Erik ten Hag dipertanyakan saat mereka mengalami kekalahan mengejutkan, termasuk kekalahan 3-0 dari Bournemouth di Old Trafford.
Musim 2019/20 di bawah Solskjaer juga penuh dengan harapan yang tidak terpenuhi. Setelah awal yang buruk, mereka berhasil bangkit dan finis di posisi ketiga, tetapi tetap tanpa trofi.
Louis van Gaal, yang mengambil alih pada 2014, menghadapi tantangan besar dengan gaya permainan yang tidak populer dan sejumlah pemain baru yang tidak memenuhi harapan. Meski berhasil finis di posisi keempat pada musim 2014/15, mereka gagal meraih trofi besar.
Jose Mourinho membawa harapan baru saat menggantikan van Gaal, dengan kedatangan pemain bintang seperti Zlatan Ibrahimovic dan Paul Pogba. Namun, meski memenangkan Liga Europa dan Piala Liga, mereka hanya finis di posisi keenam di liga.
Musim 2016/17 di bawah Mourinho adalah salah satu yang lebih sukses pasca-Ferguson, dengan finis di posisi kedua. Namun, ketidakpuasan Mourinho terhadap aktivitas transfer menjadi sorotan, terutama di lini pertahanan.
Musim 2015/16 di bawah van Gaal berakhir dengan kemenangan di Piala FA, tetapi performa liga yang buruk membuatnya dipecat. Penggantinya, Mourinho, membawa beberapa kesuksesan, tetapi tidak mampu mengembalikan United ke puncak liga.
Musim 2020/21 menunjukkan potensi di bawah Solskjaer, dengan finis di posisi kedua. Namun, inkonsistensi dan kekalahan dari tim-tim papan bawah menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
Musim 2018/19 di bawah Mourinho dan Solskjaer menunjukkan ketidakstabilan, dengan pergantian manajer di tengah musim. Meski Solskjaer membawa angin segar, mereka hanya finis di posisi keenam.
Musim 2003/04 adalah satu-satunya musim dalam daftar ini di mana Ferguson masih memimpin. Meski finis ketiga, mereka kalah dalam persaingan gelar dari Arsenal yang tak terkalahkan.
Musim-musim ini menyoroti tantangan yang dihadapi Manchester United dalam mempertahankan status mereka sebagai kekuatan dominan di sepak bola Inggris. Dengan manajer baru dan strategi yang terus berkembang, para penggemar berharap untuk melihat kebangkitan kembali klub kesayangan mereka.