"Saya minta maaf," kata Nova. Namun dia memberi beberapa pesan penting seiring kiprah Indonesia U17.
Pelatih timnas Indonesia U17 meminta maaf usai tim asuhannya digulung Korut 0-6 pada perempat final Piala Asia U17 di Arab Saudi, Senin (14/4). Indonesia gagal melaju ke semifinal namun masih lolos ke Piala Dunia U17 di Qatar lima bulan ke depan.
"Saya minta maaf akhirnya perjalanan kami di Piala Asia U17 harus terhenti di babak 8 besar 🙏
Pertama tama saya sampaikan terima kasih sebesar besarnya atas kerja keras semua pemain yang sudah berjuang untuk memberikan yang terbaik , banyak pengorbanan dilakukan pemain tetapi isemua terbayarkan dengan kami lolos Piala Dunia U17
Termasuk semua staff pelatih dan official yg bekerja sangat keras dalam menyiapkan agar pemain bisa maksimal di setiap pertandingan , pastinya semua punya peran masing”dalam kesuksesan tim ini meraih mimipi kami ke Piala Dunia U17 🙏
Tak lupa kepada PSSI & bapak @erickthohir beserta jajarannya termasuk pemerintah atas semua dukungan dan support yang diberikan kepada kami selama ini karena pastinya kami tidak bisa berjalan sendirian dan kami sangat membutuhkan semua supprt dari semua pihak 🇮🇩
Untuk semua pendukung Tim Nasional saya mewakili timnas U17 mengucapkan terima kasih atas doa dan dukungannya karena kami sangat membutuhkan support yang positif dari pecinta sepak bola Indonesia sehingga kami bisa meraih mimpi kami
Akhirnya kami bersyukur kami bisa meraih mimpi kami ke Piala Dunia U17 pastiny tim ini belum sempurna dan masih banyak evaluasi yng harus kami perbaiki dan kami masih memiliki waktu 7 bulan untuk mempersiapkan Tim Nas U17 menuju Piala Dunia U17 di bulan November."
Begitulah yang ditulis Nova Arianto di akun media sosialnya. Dia berjanji akan menyusun roadmap sebelum tampil di Piala Dunia.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, ingin mempersiapkan Timnas Indonesia U-17 dengan lebih matang untuk Piala Dunia U-17 2025, setelah Garuda Muda dikalahkan 0-6 oleh Korea Utara pada perempat final Piala Asia U-17 2025, Senin.
"Harus diakui babak delapan besar memang berat. Lihat bagaimana Jepang dikalahkan Arab Saudi melalui adu penalti. Lalu kemunculan kekuatan baru, seperti Uzbekistan yang konsisten permainannya, baik junior dan senior serta bisa mengalahkan kekuatan Asia lainnya. Model pembinaan berkelanjutan seperti itulah yang harus kita temukan agar bisa seperti Jepang, Korsel, dan kini Uzbekistan," ujar Erick dikutip dari keterangan tertulis yang diterima pewarta, Selasa.
Walau Timnas U-17 telah tersingkir dari ajang dwitahunan itu, Erick tetap meminta para pemain dan tim pelatih kembali ke Tanah Air dengan kepala tegak karena mampu berkompetisi dengan baik dan meraih tiket ke Piala Dunia U-17 setelah berhasil lolos dari fase grup.
Erick juga meminta agar publik sepak bola dan warganet untuk tidak menghukum para pemain karena kekalahan itu, serta merisak mereka.
"Jangan hukum mereka karena kalah. Mereka anak-anak muda dan jalan mereka masih panjang. Terlebih mereka mencetak prestasi bagus loh. Luar biasa! Dan harus dihargai sebagai pencapaian pribadi yang tinggi. Apalagi beberapa pemain berasal dari keluarga yang sederhana dan menjalani hidup yang pas-pasan. Ini perjuangan besar mereka sebagai pribadi dan orang tuanya agar bisa menjadi pemain nasional," tutur Erick.
Sosok yang juga menjabat sebagai Menteri BUMN itu menyatakan akan memberikan perhatian lebih kepada timnas U-17, dalam persiapan menuju Piala Dunia U-17.
"Pencapaian mereka menandakan program yang kita jalankan, hasilnya nyata. Kita buktikan. Jika 2023 kita ke Piala Dunia U-17 karena tuan rumah, kini mengulangi lewat kualifikasi. Para pemain dan tim kepelatihan benar-benar memberikan kebanggaan sehingga PSSI akan mempersiapkan mereka lebih matang dan Lebih kuat agar bisa menjalani Piala Dunia U-17 mendatang dengan prestasi yang jauh Lebih baik lagi," ungkapnya.
Sebagai penutup, Erick menegaskan bahwa PSSI tidak akan berhenti membina para pemain muda sehingga dapat terus konsisten berprestasi di kelompok usia masing-masing.
"Kita dihadapkan pada tantangan, bagaimana menyiapkan Timnas U-17 mendatang yang sebagus Timnas U-17 hari ini. Jadi pembinaan Garuda Muda harus berkelanjutan. Belum lagi ajang lain, seperti Olimpiade yang batasan usia harus di bawah 23 tahun dan kuota pesertanya berkurang dari 16 tim negara menjadi 12 tim. Artinya, kita harus bersiap lebih dini, lebih panjang, dan lebih ketat," pungkasnya.